JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kementerian Kesehatan bersama Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI kembali mengumumkan hasil survei serologi antibodi penduduk Indonesia terhadap virus SARS-CoV-2, Kamis (11/8). Ini merupakan survei serologi yang ketiga. Hasilnya, kadar antibodi penduduk Indonesia meningkat menjadi 2.097 unit per mililiter.
Peneliti dari FKM UI Iwan Ariawan mengatakan uji serologi ini bersifat nasional. Sebelumnya pada uji serologi kedua hanya berlaku Jawa dan Bali yang merupakan daerah tujuan mudik. “Yang pertama di Desember 2021 itu bersifat nasional,” tutur Iwan.
Survei serologi ketiga ini sebelumnya mengunjungi kembali responden dari survei serologi pertama. Dari 20.501 responden, sebanyak 84,5 persen berhasil dikunjungi. Mereka merupakan responden dari 100 kabupaten/kota di 34 provinsi. Pemilihan responden yang sama ini untuk menunjukkan peningkatan jumlah dan kadar antibodi pada orang yang sama. Metode survei menggunakan kuesioner, pengambilan darah, kemudian pemeriksaan ada tidaknya antibodi SARS-CoV-2 dan kadarnya. “Hasilnya ini menggambarkan kadar antibodi pada penduduk di Indonesia,” ucap Iwan.
Iwan mengungkapkan hasil dari survei serologi ketiga ini menunjukkan adanya peningkatan proporsi penduduk yang mempunyai antibodi SARS-CoV-2. Yang pada Desember 2021 hanya 87,8 persen, maka pada survey kali ini meningkat menjadi 98,5 persen. “Kadar antibodi penduduk Indonesia meningkat lebih dari empat kali lipat,” tuturnya.
Anggota tim penelitik FKM UI lainnya Muhammad N Farid menjelaskan peningkatan kadar antibodi tersebut disebabkan oleh vaksinasi dan terinfeksi Covid-19 atau terjadi secara alami. Pada Desember lalu, penduduk yang belum divaksin proporsinya sekitar 30 persen, sudah divaksin dosis pertama 19 persen, sudah divaksin dosis 2 50 persen, dan penduduk yang sudah booster baru 0,5 persen. Jika dibandingkan dengan tahun ini, yang belum divaksin menurun menjadi 18,1 persen. Lalu penduduk yang baru mendapat dosis pertama 11,6 persen, sudah divaksin dosis kedua meningkat jadi 47,7 persen, dan penduduk yang sudah booster 22,6 persen. .
Peneliti lainnya Pandu Riono menjelaskan peningkatan kadar antibody yang tinggi trerjadi pada usia di atas 18 tahun. “Karena kelompok usia tersebut sudah ada program vaksinasi booster sejak Januari 2022,” ujar Pandu. Dia menegaskan, semakin lengkap vaksinasi maka semakin banyak antibodinya.
Meski booster atau suntikan dosis tambahan penting, Pandu mengingatkan cakupan vaksinasi ketiga ini baru 20 persen. Sehingga masih jauh dari target yang diinginkan. Untuk itu dia meminta menuntaskan cakupan booster pertama ini. “Barangkali kalau ini dituntaskan tidak perlu booster kedua,” tegasnya. (lyn/jpg)