25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Virus Corona Terus Bermutasi, Percepat Vaksinasi Sebelum Virus Kebal

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Temuan-temuan baru kasus mutasi virus SARS-CoV-2 atau Corona di berbagai belahan dunia memunculkan kekhawatiran baru. Mutasi virus dinilai dapat mempengaruhi efektivitas dan kemanjuran vaksin dalam menghasilkan antibodi yang melawan paparan Covid-19 dalam tubuh. Sebelum virus sempat kebal, program vaksinasi di Indonesia diminta agar dipercepat.

RS Brasil Nyaris Kolaps: Hampir semua rumah sakit dan unit perawatan intensif (ICU) di Brasil tumbang akibat dihantam lonjakan kasus varian baru virus corona. Varian baru corona yang dikenal dengan P.1 saat ini ditemukan pada sebagian besar pasien Covid-19 di setidaknya enam negara bagian Brasil. P1 juga telah terdeteksi di Amerika Serikat, Inggris, hingga Venezuela.

“SEBELUM musuh berubah bentuk, ganti baju dan sebagainya, sistem kekebalan kita harus segera dibentuk,” kata Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Amin Soebandrio, dalam acara daring yang disiarkan melalui kanal YouTube BNPB Indonesia, Jumat (12/3).

LBM Eijkman menyebut ada temuan 48 kasus mutasi virus SARS-CoV-2 varian N439K di Indonesia. Varian N439K ini memiliki karakteristik untuk lebih menginfeksi seseorang dan memiliki daya ikat ke reseptor yang lebih besar. Dengan studi itu, Amin khawatir N439K bakal ‘kebal’ terhadap vaksin.

“Mutasi ini dikhawatirkan bisa resisten terhadap antibodi yang menetralisasi, sehingga dikhawatirkan juga memengaruhi hasil vaksinasi,” kata Amin.

Amin mengatakan, mutasi virus corona B.1.1.7 berpotensi tidak dikenali antibodi yang telah terbentuk dari vaksinasi, disebabkan karena terjadinya perubahan bentuk virus. “Dikhawatirkan lagi bahwa virus ini nanti tidak bisa dinetralisasi oleh si antibodi setelah vaksinasi,” ujarnya.

Amin mengakui, hingga kini belum menemukan studi terkait daya kecepatan penularan mutasi ini. Ia hanya menjelaskan bahwa varian N439K lebih cepat menginfeksi seseorang. Selain itu, berdasarkan beberapa penelitian, Amin menyebut vairan N439K tak jauh berbeda dengan mutasi virus SARS-CoV-2 yang ada, seperti tingkat keganasan yang tidak jauh berbeda.

“Jadi lebih mudah menginfeksi saja, dan juga dia mungkin bisa melepaskan diri dari antibodi pasca vaksinasi,” jelasnya.

Temuan itu didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan sejumlah pihak, seperti LBM Eijkman, tim peneliti di Universitas Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga, dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan.

Kendati demikian, Amin mengatakan, belum ada penelitian yang menyebutkan vaksin Covid-19 yang tengah dikembangkan tak mampu melawan virus. “Memang ada kekhawatiran varian virus B117 ini tidak bisa dinetralisasi antibodi yang terbentuk pascavaksinasi. Namun produsen vaksin yang beredar di Indonesia saat ini telah memastikan vaksinnya masih efektif untuk melawan varian virus ini,” katanya.

Untuk itu, dia meminta agar warga yang menjadi sasaran vaksinasi pemerintah tidak lagi menolak untuk segera mendapatkan suntikan dua dosis vaksin Covid-19. Pemerintah diketahui menargetkan vaksinasi Covid-19 dilakukan terhadap 181,5 juta orang untuk mencapai herd immunity.

Dengan memperhitungkan dua dosis vaksin untuk satu orang, serta mengikuti anjuran WHO agar disiapkan cadangan sebanyak 15 persen, maka Indonesia membutuhkan sebanyak 426 juta dosis vaksin. “Jangan ditunda lagi, tidak usah nolak-nolak lagi, vaksinasilah. Namun, vaksinasi tidak serta menghentikan pandemi, karena tidak berarti setelah kita menerima vaksin 100 persen kebal, tidak,” jelasnya.

Lebih lanjut, Amin mengaku saat ini pihaknya tengah merencanakan pemantauan terhadap efek mutasi virus corona dengan populasi warga yang rampung mendapat vaksinasi dua dosis.

Penelitian itu nantinya akan dijalankan secara acak, untuk kemudian mencari kesimpulan apakah varian virus corona baru yang bermutasi di Indonesia mempengaruhi kinerja vaksin atau tidak.

“Kita sedang merencanakan untuk memantau seberapa tinggi kekebalan, sedang dipelajari kemungkinannya. Namun tidak seluruhnya yang vaksinasi diperiksa, secara random saja,” pungkas Amin.

Adapun perihal perkembangan mutasi virus baru yang diperkirakan terdeteksi di Indonesia sejak akhir tahun lalu ini. Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M. Faqih turut mewanti-wanti potensi penularan baru terhadap N439K. Sebab menurut IDI, varian ini lebih ‘smart’ dari mutasi covid-19 lainnya.

Mutasi virus ini pertama dideteksi pada Maret 2020 di Skotlandia, Inggris. Penelitian tentang varian ini sudah diterbitkan di Jurnal Cell sejak 25 Januari dan sudah ditinjau rekan sejawat.

Peneliti menunjukkan bahwa mutasi ini memberikan resistansi terhadap antibodi serum dan banyak antibodi monoklonal penawar, termasuk salah satu bagian dari pengobatan yang diizinkan untuk penggunaan darurat oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (AS).

Presiden Jokowi meminta program vaksinasi covid-19 di Indonesia dapat rampung dalam waktu satu tahun. Sementara target dari Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin lebih lama dari perkiraan Jokowi.

Kemenkes sendiri telah menetapkan timeline atau alur waktu vaksinasi di Indonesia. Rinciannya, vaksinasi tahap pertama berlangsung selama Januari-Februari yang menyasar tenaga kesehatan. Tahap kedua Februari-April 2021 menyasar petugas pelayanan publik, dan lansia.

Tahap ketiga April 2021-Maret 2022 menyasar masyarakat rentan dari aspek geospasial, sosial, dan ekonomi. Dan tahap keempat juga dengan waktu pelaksanaan April 2021-Maret 2022 menyasar masyarakat dan pelaku perekonomian lainnya dengan pendekatan klaster sesuai dengan ketersediaan vaksin.

83 Kasus Baru di Sumut

Sementara itu, kasus baru terkonfirmasi Covid-19 di Sumut belum juga berkurang. Berdasarkan data Satgas Covid-19 Sumut, hingga Jumat (12/3) akumulasinya angka positif kini 25.786 orang setelah bertambah 83 kasus baru.

“Penambahan kasus baru positif tersebut didapatkan dari laporan 5 kabupaten/kota. Antara lain, Medan 54 orang, Deliserdang 16 orang, Tapanuli Utara 11 orang, Simalungun dan Dairi masing-masing 1 orang,” ujar Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Sumut, dr Aris Yudhariansyah.

Aris menyebutkan, penambahan kasus baru juga didapatkan dari pasien corona yang sembuh yakni 79 orang dari 13 daerah. Akumulasi angka kesembuhan saat ini mencapai 22.411 orang. “Penambahan kasus baru sembuh terbanyak juga dari Medan 55 orang dan Deliserdang 5 orang,” sebut dia.

Selain itu, sambung Aris, penambahan kasus baru juga diperoleh dari pasien yang meninggal dunia akibat Covid-19 sebanyak 4 orang dari Tapanuli Utara 2 orang, Medan 1 orang dan Deliserdang 1 orang. Karena itu, akumulasinya saat ini menjadi 871 orang meninggal karena terpapar virus corona.

“Jumlah penderita aktif Covid-19 Sumut saat ini tetap jumlahnya dari hari sebelumnya yaitu 2.504 orang. Dari jumlah ini, 660 orang isolasi di rumah sakit dan 1.844 orang isolasi mandiri,” tukasnya. (cnn/kps/ris)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Temuan-temuan baru kasus mutasi virus SARS-CoV-2 atau Corona di berbagai belahan dunia memunculkan kekhawatiran baru. Mutasi virus dinilai dapat mempengaruhi efektivitas dan kemanjuran vaksin dalam menghasilkan antibodi yang melawan paparan Covid-19 dalam tubuh. Sebelum virus sempat kebal, program vaksinasi di Indonesia diminta agar dipercepat.

RS Brasil Nyaris Kolaps: Hampir semua rumah sakit dan unit perawatan intensif (ICU) di Brasil tumbang akibat dihantam lonjakan kasus varian baru virus corona. Varian baru corona yang dikenal dengan P.1 saat ini ditemukan pada sebagian besar pasien Covid-19 di setidaknya enam negara bagian Brasil. P1 juga telah terdeteksi di Amerika Serikat, Inggris, hingga Venezuela.

“SEBELUM musuh berubah bentuk, ganti baju dan sebagainya, sistem kekebalan kita harus segera dibentuk,” kata Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Amin Soebandrio, dalam acara daring yang disiarkan melalui kanal YouTube BNPB Indonesia, Jumat (12/3).

LBM Eijkman menyebut ada temuan 48 kasus mutasi virus SARS-CoV-2 varian N439K di Indonesia. Varian N439K ini memiliki karakteristik untuk lebih menginfeksi seseorang dan memiliki daya ikat ke reseptor yang lebih besar. Dengan studi itu, Amin khawatir N439K bakal ‘kebal’ terhadap vaksin.

“Mutasi ini dikhawatirkan bisa resisten terhadap antibodi yang menetralisasi, sehingga dikhawatirkan juga memengaruhi hasil vaksinasi,” kata Amin.

Amin mengatakan, mutasi virus corona B.1.1.7 berpotensi tidak dikenali antibodi yang telah terbentuk dari vaksinasi, disebabkan karena terjadinya perubahan bentuk virus. “Dikhawatirkan lagi bahwa virus ini nanti tidak bisa dinetralisasi oleh si antibodi setelah vaksinasi,” ujarnya.

Amin mengakui, hingga kini belum menemukan studi terkait daya kecepatan penularan mutasi ini. Ia hanya menjelaskan bahwa varian N439K lebih cepat menginfeksi seseorang. Selain itu, berdasarkan beberapa penelitian, Amin menyebut vairan N439K tak jauh berbeda dengan mutasi virus SARS-CoV-2 yang ada, seperti tingkat keganasan yang tidak jauh berbeda.

“Jadi lebih mudah menginfeksi saja, dan juga dia mungkin bisa melepaskan diri dari antibodi pasca vaksinasi,” jelasnya.

Temuan itu didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan sejumlah pihak, seperti LBM Eijkman, tim peneliti di Universitas Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga, dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan.

Kendati demikian, Amin mengatakan, belum ada penelitian yang menyebutkan vaksin Covid-19 yang tengah dikembangkan tak mampu melawan virus. “Memang ada kekhawatiran varian virus B117 ini tidak bisa dinetralisasi antibodi yang terbentuk pascavaksinasi. Namun produsen vaksin yang beredar di Indonesia saat ini telah memastikan vaksinnya masih efektif untuk melawan varian virus ini,” katanya.

Untuk itu, dia meminta agar warga yang menjadi sasaran vaksinasi pemerintah tidak lagi menolak untuk segera mendapatkan suntikan dua dosis vaksin Covid-19. Pemerintah diketahui menargetkan vaksinasi Covid-19 dilakukan terhadap 181,5 juta orang untuk mencapai herd immunity.

Dengan memperhitungkan dua dosis vaksin untuk satu orang, serta mengikuti anjuran WHO agar disiapkan cadangan sebanyak 15 persen, maka Indonesia membutuhkan sebanyak 426 juta dosis vaksin. “Jangan ditunda lagi, tidak usah nolak-nolak lagi, vaksinasilah. Namun, vaksinasi tidak serta menghentikan pandemi, karena tidak berarti setelah kita menerima vaksin 100 persen kebal, tidak,” jelasnya.

Lebih lanjut, Amin mengaku saat ini pihaknya tengah merencanakan pemantauan terhadap efek mutasi virus corona dengan populasi warga yang rampung mendapat vaksinasi dua dosis.

Penelitian itu nantinya akan dijalankan secara acak, untuk kemudian mencari kesimpulan apakah varian virus corona baru yang bermutasi di Indonesia mempengaruhi kinerja vaksin atau tidak.

“Kita sedang merencanakan untuk memantau seberapa tinggi kekebalan, sedang dipelajari kemungkinannya. Namun tidak seluruhnya yang vaksinasi diperiksa, secara random saja,” pungkas Amin.

Adapun perihal perkembangan mutasi virus baru yang diperkirakan terdeteksi di Indonesia sejak akhir tahun lalu ini. Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M. Faqih turut mewanti-wanti potensi penularan baru terhadap N439K. Sebab menurut IDI, varian ini lebih ‘smart’ dari mutasi covid-19 lainnya.

Mutasi virus ini pertama dideteksi pada Maret 2020 di Skotlandia, Inggris. Penelitian tentang varian ini sudah diterbitkan di Jurnal Cell sejak 25 Januari dan sudah ditinjau rekan sejawat.

Peneliti menunjukkan bahwa mutasi ini memberikan resistansi terhadap antibodi serum dan banyak antibodi monoklonal penawar, termasuk salah satu bagian dari pengobatan yang diizinkan untuk penggunaan darurat oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (AS).

Presiden Jokowi meminta program vaksinasi covid-19 di Indonesia dapat rampung dalam waktu satu tahun. Sementara target dari Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin lebih lama dari perkiraan Jokowi.

Kemenkes sendiri telah menetapkan timeline atau alur waktu vaksinasi di Indonesia. Rinciannya, vaksinasi tahap pertama berlangsung selama Januari-Februari yang menyasar tenaga kesehatan. Tahap kedua Februari-April 2021 menyasar petugas pelayanan publik, dan lansia.

Tahap ketiga April 2021-Maret 2022 menyasar masyarakat rentan dari aspek geospasial, sosial, dan ekonomi. Dan tahap keempat juga dengan waktu pelaksanaan April 2021-Maret 2022 menyasar masyarakat dan pelaku perekonomian lainnya dengan pendekatan klaster sesuai dengan ketersediaan vaksin.

83 Kasus Baru di Sumut

Sementara itu, kasus baru terkonfirmasi Covid-19 di Sumut belum juga berkurang. Berdasarkan data Satgas Covid-19 Sumut, hingga Jumat (12/3) akumulasinya angka positif kini 25.786 orang setelah bertambah 83 kasus baru.

“Penambahan kasus baru positif tersebut didapatkan dari laporan 5 kabupaten/kota. Antara lain, Medan 54 orang, Deliserdang 16 orang, Tapanuli Utara 11 orang, Simalungun dan Dairi masing-masing 1 orang,” ujar Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Sumut, dr Aris Yudhariansyah.

Aris menyebutkan, penambahan kasus baru juga didapatkan dari pasien corona yang sembuh yakni 79 orang dari 13 daerah. Akumulasi angka kesembuhan saat ini mencapai 22.411 orang. “Penambahan kasus baru sembuh terbanyak juga dari Medan 55 orang dan Deliserdang 5 orang,” sebut dia.

Selain itu, sambung Aris, penambahan kasus baru juga diperoleh dari pasien yang meninggal dunia akibat Covid-19 sebanyak 4 orang dari Tapanuli Utara 2 orang, Medan 1 orang dan Deliserdang 1 orang. Karena itu, akumulasinya saat ini menjadi 871 orang meninggal karena terpapar virus corona.

“Jumlah penderita aktif Covid-19 Sumut saat ini tetap jumlahnya dari hari sebelumnya yaitu 2.504 orang. Dari jumlah ini, 660 orang isolasi di rumah sakit dan 1.844 orang isolasi mandiri,” tukasnya. (cnn/kps/ris)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/