SUMUTPOS.CO – Gunung Merapi kembali erupsi, Sabtu (11/3) lalu, sekira pukul 12.12 WIB. Awan panas guguran meluncur ke arah Kali Bebeng dan Krasak sejauh 4 kilometer.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Sugeng Mujiyanto menjelaskan, awan panas guguran Gunung Merapi juga terbawa angin yang berembus cukup kencang ke arah barat laut. Akibatnya, debu-debu terbawa angin ke arah Magelang.
“Tapi, secara parameter statusnya masih tetap sama, belum kami tingkatkan,” ungkap Sugeng.
Gunung Merapi masih berada di level 3 (siaga) sejak 5 November 2020.
Dilansir dari Radar Jogja (Grup Sumut Pos), berdasar laporan pos pengamatan Gunung Merapi, BPBD, serta relawan, dan masyarakat di lereng Gunung Merapi, hujan abu dominan mengarah ke sektor barat laut-utara, dengan intensitas bervariasi. Hingga pukul 15.30 WIB, titik terjauh jangkauan hujan abu berada di Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, sejauh 33 kilometer, dari puncak Merapi.
Sugeng menyatakan, pihaknya terus memantau aktivitas Gunung Merapi dari berbagai parameter. Baik itu kegempaan dalam maupun dangkal.
“Bisa jadi kondisinya tetap seperti ini, atau bisa jadi menurun, dan bisa naik,” jelasnya.
Masyarakat tetap diminta mengikuti imbauan untuk tidak berkegiatan hingga radius 7 kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Sementara itu, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Daerah Istimewa Jogjakarta, Agus Budi Santoso menjelaskan, intensitas erupsi Gunung Merapi kali ini terhitung cukup besar. Yakni terbesar kedua setelah 27 Januari 2021. Saat itu rentetan awan panas guguran terjadi sekitar 52 kali.
“Kalau ini, hingga pukul 16.00 WIB, itu terhitung terjadi sebanyak 24 kali rentetan awan panas. Jaraknya ini sekitar 4 kilometer, tapi abu-abunya tersebar sejauh 33 kilometer hingga Wonosobo,” bebernya.
Aktivitas Gunung Merapi hingga saat ini juga tinggi. Yakni aktivitas vulkanis dalam 77 kejadian per hari, vulkanik dangkal satu kejadian per hari, multivis 6 kejadian per hari, dan guguran 44 kejadian per hari. Gunung Merapi juga masih menunjukkan ada suplai magma dari dalam. Jadi, potensi bahayanya masih tinggi. (jpc/saz)