30 C
Medan
Monday, May 27, 2024

Terus Upayakan Pencarian Satu Pendaki yang Masih Hilang, Korban Meninggal Jadi 22 Orang

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Tim SAR Gabungan kembali menemukan sebelas pendaki yang menjadi korban meninggal dunia pasca erupsi Gunung Marapi. Temuan itu disampaikan langsung oleh Kepala Kantor SAR Padang Abdul Malik pada Selasa (5/12). Dengan temuan itu, total ada 22 pendaki yang ditemukan meninggal dunia. Sementara satu pendaki lainnya masih dinyatakan hilang. Sampai menjelang malam kemarin, pencarian belum berhenti.

Malik menegaskan bahwa Basarnas bersama tim dari instansi lainnya terus mengupayakan pencarian dan evakuasi para korban. “Pencarian terus dilakukan oleh Tim SAR Gabungan,” kata dia. Dari total 22 pendaki yang meninggal dunia, 13 diantaranya sudah berhasil dievakuasi. Jenazah para pendaki itu sudah berada di rumah sakit. “Sembilan orang (korban meninggal dunia) masih proses evakuasi,” tambah Malik.

Operasi SAR untuk mencari dan mengevakuasi pendaki yang terjebak di Gunung Marapi kemarin berlangsung sejak pagi hari. Satu per satu korban meninggal dunia dievakuasi dari lokasi penemuan jenazah. Letaknya cukup dekat dengan puncak gunung tersebut. Proses evakuasi turut dibantu oleh TNI, Polri, pemerintah daerah, dan berbagai komunitas. Malik menyatakan, Tim SAR Gabungan melakukan evakuasi secara estafet.

Karena itu, Tim SAR gabungan menyebar di beberapa titik. Ada tim yang mengambil jenazah dan tim yang menunggu jenazah. Malik memastikan bahwa seluruh korban meninggal langsung dimasukkan ke dalam kantong jenazah. “Sekarang sedang dievakuasi ke bawah. Selanjutnya secara estafet tim yang dibawah akan menyambut,” imbuhnya. Setelah itu, jenazah langsung dibawa ke rumah sakit menggunakan ambulans.

Kendala yang dialami oleh tim di lapangan adalah aktivitas Gunung Marapi. Malik menyampaikan, sampai kemarin erupsi masih terjadi. Sejak pagi hingga tengah hari kemarin, gunung tersebut erupsi sebanyak lima kali. Erupsi tersebut disusul dengan hujan abu vulkanik di beberapa titik. “Abu vulkanik juga turun sampai ke kaki bukit. Itu membuat visibility kurang,” bebernya. Selain evakuasi jenazah para korban, pencarian satu pendaki yang masih hilang juga menjadi prioritas.

Terpisah, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan menyampaikan, Gunung Marapi memiliki karakter yang sulit untuk diprediksi. Buktinya saat erupsi tidak terdapat tanda-tanda akan terjadi erupsi. “Begitu karakternya,” tuturnya. Menurut dia, tidak ada gempa yang tercatat sebelum terjadi erupsi. Gempa hanya terjadi sebulan sekali di Gunung Marapi. “Erupsi ini terjadi mendadak sekali,” terangnya.

Karena itu, semua pihak diharapkan patuh terhadap skenario tidak masuk ke radius 3 kilometer. Saat aturan ini dipatuhi, tidak akan ada korban bila mendadak erupsi. “Ini perlu,” paparnya.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyampaikan, sesuai data BPBD Kabupaten Agam diketahui bahwa hujan abu masih terjadi di sejumlah kecamatan seperti, Canduang, Sungai Pua, Ampek Angkek, dan Malala. “Masyarakat diharapkan tidak beraktivitas di luar rumah,” imbaunya.

Petugas kesehatan juga diharapkan siaga untuk mengantisipasi banyaknya warga yang terdampak kesehatannya. Tentu akibat dari hujan vulkanik tersebut. “Pusat kesehatan diharapkan siaga untuk antisipasi,” tuturnya.

Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto menjelaskan bahwa erupsi Gunung Marapi memberikan dampak yang signifikan terhadap penerbangan di sekitar Sumatera Barat. Berdasarkan pengamatan PVMBG semburan abu vulkanik mencapai ketinggian 5.891 mdpl. “Kondisi ini menyebabkan kode warna penerbangan menjadi merah,” ujarnya.

Terdata abu vulkanik bergerak ke arah Utara hingga Barat dengan intensitas yang pekat. Agar penerbangan aman, BMKG melalui Meteorologi Watch Office dan berdasarkan VAA menerbitkan SIGMET sebagai panduan bagi penerbangan yang melewati daerah terdampak. “Nantinya Air Controller Traffic (ATC) yang menentukan jalur lalu lintas penerbangan agar aman saat melewati daerah terdampak letusan,” jelasnya.

Kemarin Jawa Pos juga berupaya menghubungi Wanadri. Salah seorang anggota Wanadri yang terlibat dalam rescue di Gunung Marapi bernama Andria Azhar belum merespon panggilan dan pesan singkat sampai berita ini selesai dibuat. (idr/syn/jpg)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Tim SAR Gabungan kembali menemukan sebelas pendaki yang menjadi korban meninggal dunia pasca erupsi Gunung Marapi. Temuan itu disampaikan langsung oleh Kepala Kantor SAR Padang Abdul Malik pada Selasa (5/12). Dengan temuan itu, total ada 22 pendaki yang ditemukan meninggal dunia. Sementara satu pendaki lainnya masih dinyatakan hilang. Sampai menjelang malam kemarin, pencarian belum berhenti.

Malik menegaskan bahwa Basarnas bersama tim dari instansi lainnya terus mengupayakan pencarian dan evakuasi para korban. “Pencarian terus dilakukan oleh Tim SAR Gabungan,” kata dia. Dari total 22 pendaki yang meninggal dunia, 13 diantaranya sudah berhasil dievakuasi. Jenazah para pendaki itu sudah berada di rumah sakit. “Sembilan orang (korban meninggal dunia) masih proses evakuasi,” tambah Malik.

Operasi SAR untuk mencari dan mengevakuasi pendaki yang terjebak di Gunung Marapi kemarin berlangsung sejak pagi hari. Satu per satu korban meninggal dunia dievakuasi dari lokasi penemuan jenazah. Letaknya cukup dekat dengan puncak gunung tersebut. Proses evakuasi turut dibantu oleh TNI, Polri, pemerintah daerah, dan berbagai komunitas. Malik menyatakan, Tim SAR Gabungan melakukan evakuasi secara estafet.

Karena itu, Tim SAR gabungan menyebar di beberapa titik. Ada tim yang mengambil jenazah dan tim yang menunggu jenazah. Malik memastikan bahwa seluruh korban meninggal langsung dimasukkan ke dalam kantong jenazah. “Sekarang sedang dievakuasi ke bawah. Selanjutnya secara estafet tim yang dibawah akan menyambut,” imbuhnya. Setelah itu, jenazah langsung dibawa ke rumah sakit menggunakan ambulans.

Kendala yang dialami oleh tim di lapangan adalah aktivitas Gunung Marapi. Malik menyampaikan, sampai kemarin erupsi masih terjadi. Sejak pagi hingga tengah hari kemarin, gunung tersebut erupsi sebanyak lima kali. Erupsi tersebut disusul dengan hujan abu vulkanik di beberapa titik. “Abu vulkanik juga turun sampai ke kaki bukit. Itu membuat visibility kurang,” bebernya. Selain evakuasi jenazah para korban, pencarian satu pendaki yang masih hilang juga menjadi prioritas.

Terpisah, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan menyampaikan, Gunung Marapi memiliki karakter yang sulit untuk diprediksi. Buktinya saat erupsi tidak terdapat tanda-tanda akan terjadi erupsi. “Begitu karakternya,” tuturnya. Menurut dia, tidak ada gempa yang tercatat sebelum terjadi erupsi. Gempa hanya terjadi sebulan sekali di Gunung Marapi. “Erupsi ini terjadi mendadak sekali,” terangnya.

Karena itu, semua pihak diharapkan patuh terhadap skenario tidak masuk ke radius 3 kilometer. Saat aturan ini dipatuhi, tidak akan ada korban bila mendadak erupsi. “Ini perlu,” paparnya.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyampaikan, sesuai data BPBD Kabupaten Agam diketahui bahwa hujan abu masih terjadi di sejumlah kecamatan seperti, Canduang, Sungai Pua, Ampek Angkek, dan Malala. “Masyarakat diharapkan tidak beraktivitas di luar rumah,” imbaunya.

Petugas kesehatan juga diharapkan siaga untuk mengantisipasi banyaknya warga yang terdampak kesehatannya. Tentu akibat dari hujan vulkanik tersebut. “Pusat kesehatan diharapkan siaga untuk antisipasi,” tuturnya.

Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto menjelaskan bahwa erupsi Gunung Marapi memberikan dampak yang signifikan terhadap penerbangan di sekitar Sumatera Barat. Berdasarkan pengamatan PVMBG semburan abu vulkanik mencapai ketinggian 5.891 mdpl. “Kondisi ini menyebabkan kode warna penerbangan menjadi merah,” ujarnya.

Terdata abu vulkanik bergerak ke arah Utara hingga Barat dengan intensitas yang pekat. Agar penerbangan aman, BMKG melalui Meteorologi Watch Office dan berdasarkan VAA menerbitkan SIGMET sebagai panduan bagi penerbangan yang melewati daerah terdampak. “Nantinya Air Controller Traffic (ATC) yang menentukan jalur lalu lintas penerbangan agar aman saat melewati daerah terdampak letusan,” jelasnya.

Kemarin Jawa Pos juga berupaya menghubungi Wanadri. Salah seorang anggota Wanadri yang terlibat dalam rescue di Gunung Marapi bernama Andria Azhar belum merespon panggilan dan pesan singkat sampai berita ini selesai dibuat. (idr/syn/jpg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/