26 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Waktu Diulur, Korban Berjatuhan

Gencarnya pemberitaan mengenai pembajakan kapal Indonesia, MV Sinar Kudus menjadi pembicaraan di penjuru tanah air. Selama 29 hari dikuasai pembajak Somalia, para Anak Buah Kapal (ABK) seperti tersiksa, bahkan keluarganya hanya bisa meratapi tangis.

Ternyata, hal tersebut pernah dialami Aep Saepudin yang juga Warga Negara Indonesia (WNI). Aep ketika itu bekerja sebagai ABK kapal pancing berbendera Taiwan, Win Far 161. Dirinya bersama 31 ABK lainnya disandera pembajak selama 10 bulan. “Pembajakan itu kejadiannya klise,” katanya, Selasa (12/4).

Dikenangnya, 5 April 2009, terlihat ada sebuah titik di tengah laut, di tengah Samudera Hindia. Tapi, titik itu tak diketahui pasti. Hanya saja titik itu terus mengikuti dari belakang. Aep mengaku curiga dengan adanya titik itu, dibicarakannya ke Kapten kapal. Keesokan pagi, sekitar pukul 06.00 ada kapal berada di depan. “Ada sekitar 6 orang mengeluarkan tembakan dari senjata AK47, mereka menembak radar kami,” sebutnya.

Selanjutnya, kapal dan kru digiring ke perairan Somalia, menempuh perjalanan 14 hari. Kapal lalu melepas jangkar di perairan Somalia, 7 mil dari darat.

Saat itulah, banyak diantara kami akhirnya tak bisa berkumpul lagi dengan keluarga akibat waktu dan negosiasi tebusan senilai dolar US 9 juta. Semakin lama waktunya, rekannya pun hilang satu persatu.
“Saya dan kru WNI lain bilang, kami muslim, sama dengan orang Somalia. Lantas, orang Somali itu bilang don’t worry be happy, kami hanya ingin kapalnya, bukan orang-orangnya,” sebutnya.

Selanjutnya, kapal dan kru digiring ke perairan Somalia, menempuh perjalanan 14 hari. Kapal lalu melepas jangkar di perairan Somalia, 7 mil dari darat. “Sejak 6 April 2009 itu, kami tidak boleh masuk kamar dek. Semua di geladak, tidak boleh membawa pakaian,” sebutnya.

Saat itulah, banyak diantara kami akhirnya tak bisa berkumpul lagi dengan keluarga akibat waktu dan negosiasi tebusan senilai dolar US 9 juta. Semakin lama waktunya, rekannya pun hilang satu persatu. Syukurnya dirinya selamat, ketika bala bantuan datang untuk menebusnya. (*)

Gencarnya pemberitaan mengenai pembajakan kapal Indonesia, MV Sinar Kudus menjadi pembicaraan di penjuru tanah air. Selama 29 hari dikuasai pembajak Somalia, para Anak Buah Kapal (ABK) seperti tersiksa, bahkan keluarganya hanya bisa meratapi tangis.

Ternyata, hal tersebut pernah dialami Aep Saepudin yang juga Warga Negara Indonesia (WNI). Aep ketika itu bekerja sebagai ABK kapal pancing berbendera Taiwan, Win Far 161. Dirinya bersama 31 ABK lainnya disandera pembajak selama 10 bulan. “Pembajakan itu kejadiannya klise,” katanya, Selasa (12/4).

Dikenangnya, 5 April 2009, terlihat ada sebuah titik di tengah laut, di tengah Samudera Hindia. Tapi, titik itu tak diketahui pasti. Hanya saja titik itu terus mengikuti dari belakang. Aep mengaku curiga dengan adanya titik itu, dibicarakannya ke Kapten kapal. Keesokan pagi, sekitar pukul 06.00 ada kapal berada di depan. “Ada sekitar 6 orang mengeluarkan tembakan dari senjata AK47, mereka menembak radar kami,” sebutnya.

Selanjutnya, kapal dan kru digiring ke perairan Somalia, menempuh perjalanan 14 hari. Kapal lalu melepas jangkar di perairan Somalia, 7 mil dari darat.

Saat itulah, banyak diantara kami akhirnya tak bisa berkumpul lagi dengan keluarga akibat waktu dan negosiasi tebusan senilai dolar US 9 juta. Semakin lama waktunya, rekannya pun hilang satu persatu.
“Saya dan kru WNI lain bilang, kami muslim, sama dengan orang Somalia. Lantas, orang Somali itu bilang don’t worry be happy, kami hanya ingin kapalnya, bukan orang-orangnya,” sebutnya.

Selanjutnya, kapal dan kru digiring ke perairan Somalia, menempuh perjalanan 14 hari. Kapal lalu melepas jangkar di perairan Somalia, 7 mil dari darat. “Sejak 6 April 2009 itu, kami tidak boleh masuk kamar dek. Semua di geladak, tidak boleh membawa pakaian,” sebutnya.

Saat itulah, banyak diantara kami akhirnya tak bisa berkumpul lagi dengan keluarga akibat waktu dan negosiasi tebusan senilai dolar US 9 juta. Semakin lama waktunya, rekannya pun hilang satu persatu. Syukurnya dirinya selamat, ketika bala bantuan datang untuk menebusnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/