Efek Gempa Rabu Lalu di Nanggroe Aceh Darussalam
SIGLI-Sebanyak 33 tahanan dari ratusan warga binaan Lembaga Pemasyarakat (Lapas) Sigli yang kabur saat gempa Rabu (11/4) dilaporkan belum kembali. Pencarian masih terus dilakukan pihak Lapas dibantu kepolisian.
Kepala Lapas Kota Sigli, Joko Budi Supiyanto kepada Rakyat Aceh (grup Sumut Pos)Kamis (12/4) mengatakan, saat gempa berkekuatan 8,5 SR melanda Kota Sigli, sejumlah 206 Nara Pidana (Napi) kabur karena takut tsunami.
Sejumlah petugas sipir rutan tersebut dibantu personel TNI/Polri masih melakukan pengejaran terhadap para napi yang masih di luar Rutan. “Jadi sekarang kita masih melakukan pengejaran terhadap 33 orang napi yang kabur, karena isu tsunami,” kata Joko.
Menurut Joko, para napi itu kabur pada saat gempa sedang berlangsung. Seperti diketahui posisi Lapas Benteng, Sigli hanya terpaut 60 meter dari bibir pantai.” Dan inilah yang menyebabkan para napi kabur karena khawatir terjadinya tsunami” sebutnya.
Dinding Lapas Meunasah Rubuh
Sementara itu, gempa melanda Kota Banda Aceh juga mengakibatkan tembok atau dinding bagian belakang Lapas di Desa Meunasah Manyang, runtuh. Meski begitu, tidak ada korban jiwa maupun luka.
Kepala Lapas Banda Aceh di Desa Meunasah Manyang, Kecamatan Lambaro, Aceh Besar Ridwan Salam, mengungkapkan kekagetannya pascagempa petugas lapas menghubunginya dan seketika itu juga memeriksa tembok yang runtuh juga dinding lainnya yang retak.
Tak hanya itu, Ridwan Salam pun, meminta petugas jaga di Lapas yang baru saja dua minggu lebih relokasi dari Lapas Kajhu, untuk menghubungi pihak kepolisian agar mengamankan lokasi karena dbanyak masyarakat yang ingin menyaksikan runtuhnya dinding Lapas dari dekat.
Diperkirakan dinding yang runtuh sepanjang 60 meter lebih dan belum bisa ditaksir berapa kerugian yang didarita dari kejadian tersebut. Hanya saja, ujarnya, usai memeriksa ini, ia akan melaporkan kejadian itu ke Kepala Kementrian Hukum dan HAM atau dulunya Kakanwil Kehakiman Aceh.
Dipastikan 6 Tewas
Dari Jakarta, Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan ada lima korban tewas akibat gempa Rabu lalu. Berarti, total tewas adalah enam orang; 1 di Padangpariaman dan lima lagi di Aceh. Menurutnya, dari lima korban meninggal tersebut diantaranya terjadi di Banda Aceh, Lhokseumawe, dan Aceh Barat. Sementara dua lainnya terjadi di Aceh Besar . “Rata-rata korban meninggal akibat serangan jantung dan shock menghadapi kondisi yang terjadi,”ungkapnya.
Sementara terkait korban luka-luka, menurut Sutopo tercatat setidaknya dua korban luka berat dan enam lainnya luka ringan. “Di Aceh Singkil terdapat seorang anak luka berat (kritis) karena tertimpa pohon. Kini telah dirawat di rumah sakit. Sementara di Aceh Selatan satu orang juga luka berat karena patah tulang kaki. Korban juga kini tengah mendapat perawatan di RSU Tapaktuan,” jelasnya.
BNPB belum memperoleh data pasti berapa korban materil yang terjadi akibat gempa berkekuatan 8.5 skala richter (SR) yang mengguncang bumi NAD kali ini. Namun dari hasil penelitian sementara dilaporkan, sebuah jembatan di Kecamatan Jatmalaka, Aceh Barat, terputus. Demikian juga satu unit asrama putri pesantren Arrazatun Nabawiyah juga mengalami rusak berat. “Sementara di Simeulue, berdasarkan laporan Bupati Simeulue kepada Kepala BNPB dan rombongan, tidak ada kerusakan dan korban jiwa. Dinyatakan seluruh pengungsi yang ada juga telah kembali ke rumah masing-masing. Jadi dengan demikian, dipastikan sudah tidak ada pengungsi baik di Aceh, Sumut, Sumbar, Bengkulu, dan Lampung. Pengungsi yang ada di 14 titik di Kabupaten Aceh Besar yang sebelumnya berjumlah seribu jiwa, juga pada pukul 07.00 WIB sudah meninggalkan lokasi,” pungkasnya. (mir/ian/smg/gir)