MAGELANG, SUMUTPOS.CO – Air hujan mengiringi rangkaian acara menjelang hari suci umat Buddha, Waisak, kemarin (13/5). Di pelataran Candi Mendut, ratusan umat Buddha”khidmat melakukan upacara penyemayaman api abadi dan air murni lambang perdamaian dunia. Ratusan biksu mengawal prosesi penyemayaman api abadi dan air murni tersebut.
Sebelum upacara Api Dharma Trisuci Waisak, api abadi diambil dari Desa Mrapen, Godong, Grobogan, Jawa Tengah. Sedangkan air murni diambil dari sumber mata air Umbul Jumprit”di lereng Gunung Sindoro, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Keduanya dibawa ke Candi Mendut dan tiba sekitar pukul 15.30.
Dua simbol kehidupan itu kemudian disemayamkan sehari sebelum perayaan puncak Waisak yang jatuh pada detik-detik Waisak Kamis dini hari (15/5) pukul 02.15.37. “Air merupakan simbol menyucikan diri dan membuat kesuburan dalam kehidupan. Sedangkan api melambangkan cahaya kehidupan. Api menjadi lambang kekuatan kehidupan manusia,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Walubi Arief Harsono kemarin.
Tahun ini ada 12 ribu botol air berkah yang diambil dari mata air Umbul Jumprit. Mata air dari Umbul Jumprit dikisahkan tidak pernah kering. Termasuk saat musim kemarau panjang sekalipun. Air di sumber mata air itu telah lama disucikan umat Buddha Indonesia. Setiap berlangsung upacara menjelang Waisak, air di sana selalu menjadi salah satu bagian yang tak terlepaskan dari prosesi.
Sementara itu, sarana puja bakti kedua adalah api darma yang diambil dari api abadi di Desa Mrapen, Grobogan. Menurut Arief, api selalu menyala sepanjang masa yang memancarkan cahaya kehidupan. Serta melambangkan kekuatan yang menerangi hati manusia. “Air dan api merupakan sarana puja bakti yang memiliki keunggulan masing-masing untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Buddha,” katanya.
Setelah penerimaan api dan air, dilakukan pembacaan paritta suci secara bersama-sama. Mereka berdoa untuk keselamatan dan kedamaian seluruh umat Buddha serta kesejahteraan bangsa dan negara Indonesia. Termasuk perdamaian dunia. Selanjutnya, api dan air akan dijaga agar tidak padam sampai jatuhnya Hari Raya Waisak besok. Dua elemen tersebut akan dibawa ke Candi Borobudur saat peribadatan puncak Waisak. (ady/hes/JPNN/c9/kim)
MAGELANG, SUMUTPOS.CO – Air hujan mengiringi rangkaian acara menjelang hari suci umat Buddha, Waisak, kemarin (13/5). Di pelataran Candi Mendut, ratusan umat Buddha”khidmat melakukan upacara penyemayaman api abadi dan air murni lambang perdamaian dunia. Ratusan biksu mengawal prosesi penyemayaman api abadi dan air murni tersebut.
Sebelum upacara Api Dharma Trisuci Waisak, api abadi diambil dari Desa Mrapen, Godong, Grobogan, Jawa Tengah. Sedangkan air murni diambil dari sumber mata air Umbul Jumprit”di lereng Gunung Sindoro, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Keduanya dibawa ke Candi Mendut dan tiba sekitar pukul 15.30.
Dua simbol kehidupan itu kemudian disemayamkan sehari sebelum perayaan puncak Waisak yang jatuh pada detik-detik Waisak Kamis dini hari (15/5) pukul 02.15.37. “Air merupakan simbol menyucikan diri dan membuat kesuburan dalam kehidupan. Sedangkan api melambangkan cahaya kehidupan. Api menjadi lambang kekuatan kehidupan manusia,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Walubi Arief Harsono kemarin.
Tahun ini ada 12 ribu botol air berkah yang diambil dari mata air Umbul Jumprit. Mata air dari Umbul Jumprit dikisahkan tidak pernah kering. Termasuk saat musim kemarau panjang sekalipun. Air di sumber mata air itu telah lama disucikan umat Buddha Indonesia. Setiap berlangsung upacara menjelang Waisak, air di sana selalu menjadi salah satu bagian yang tak terlepaskan dari prosesi.
Sementara itu, sarana puja bakti kedua adalah api darma yang diambil dari api abadi di Desa Mrapen, Grobogan. Menurut Arief, api selalu menyala sepanjang masa yang memancarkan cahaya kehidupan. Serta melambangkan kekuatan yang menerangi hati manusia. “Air dan api merupakan sarana puja bakti yang memiliki keunggulan masing-masing untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Buddha,” katanya.
Setelah penerimaan api dan air, dilakukan pembacaan paritta suci secara bersama-sama. Mereka berdoa untuk keselamatan dan kedamaian seluruh umat Buddha serta kesejahteraan bangsa dan negara Indonesia. Termasuk perdamaian dunia. Selanjutnya, api dan air akan dijaga agar tidak padam sampai jatuhnya Hari Raya Waisak besok. Dua elemen tersebut akan dibawa ke Candi Borobudur saat peribadatan puncak Waisak. (ady/hes/JPNN/c9/kim)