30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Kualitas Percakapan Terakhir Awak AirAsia Bagus

Foto: Guslan Gumilang/Jawa Pos Black Box Air Asia QZ8501 dari KRI Banda Aceh disimpan di kotak khusus yang berisi air didatangkan dengan helikopter. (12/01/15).
Foto: Guslan Gumilang/Jawa Pos
Black Box Air Asia QZ8501 dari KRI Banda Aceh disimpan di kotak khusus yang berisi air didatangkan dengan helikopter. (12/01/15).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Proses download rekaman suara kokpit atau CVR dari AirAsia QZ8501 telah selesai. Investigator langsung mendengarkan rekaman suara percakapan terakhir awak pesawat nahas tersebut.

“Pukul 15.30 WIB, tim sudah memproses CVR dan sudah bisa didengarkan oleh tim investigasi,” kata Kepala Sub Komite Penyelidikan Kecelakaan Transportasi Udara, Masruri, di kantor KNKT, Rabu (14/1).

Masruri menyatakan kualitas suara rekaman area kokpit, percakapan antar pilot, pilot dengan ATC dan pengumuman kru kabin ke penumpang itu bagus sehingga mempermudah investigator untuk melakukan proses transkrip.

“Kualitasnya bagus. Begitu juga FDR, kualitasnya bagus. Kita sudah memulai memvalidasi data-data yang ada untuk kemudian melakukan analisis,” ujar Masruri.

Investigator yang mendengarkan rekaman tersebut adalah 2 pilot senior yakni Ertata Lananggalih dan Santoso Sayogo. Mereka juga yang ditunjuk untuk melakukan proses transkrip.

“Selanjutnya transkrip, sinkronisasi CVR-FDR dan analisis untuk bisa memberikan gambaran-gambaran mulai dari terbang sampai kejadian. Setelah di-download, ada 2 pilot senior kami untuk mendengarkan,” ucap Masruri.

Dengan demikian, Masruri memperkirakan penyelidikan QZ8501 bisa mencapai tahap laporan akhir lebih cepat dari batas maksimum yakni 1 tahun. Ia juga menegaskan tak ada kesulitan dalam proses validasi suara dalam rekaman tersebut.

“Insya Allah akan lebih cepat, artinya tidak ada kesulitan berarti. Mudah-mudahan dalam validasi bisa berjalan dengan baik. Kualitasnya bagus sehingga kesulitan validasi itu kecil,” ujar Masruri.

Sementara Ketua Tim Investigasi QZ8501, Prof Marjono, menyatakan investigator yang mendengarkan rekaman tersebut tak diperkenankan membicarakan material rekaman kepada pihak luar. Begitu pula dengan rekaman atau transkripnya yang juga dilarang didengarkan atau diperlihatkan pada publik.

“‎Investigator tidak boleh membicarakannya keluar, bahkan yang mendengarkan itu harus tanda tangan pernyataan bahwa tidak akan menyiarkan, sesuai protokol,” ujar Marjono di lokasi yang sama.

Sementara, bagian bodi pesawat AirAsia QZ8501 ditemukan oleh kapal Singapura MV Swift. Kini, Basarnas pun dihadapkan pada pengoptimalan evakuasi jenazah yang kemungkinan masih berada di bagian bodi tersebut.

Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI F. Bambang Henry Soelistyo dalam keterangan persnya di Gedung Basarnas mengatakan, pihaknya tak seketika memutuskan mengambil bagian bodi pesawat tersebut. Penyelam basarnas akan memeriksa dulu bodi pesawat tersebut untuk memastikan jenazah yang masih tersisa.

“Besok (ahri ini) kami akan cek dulu dengan target bisa mengevakuasi jenazah yang masih tertinggal,” ujarnya. Dirops Basarnas Marsma SB Supriyadi di Pangkalan Bun juga mengungkapkan hal yang sama. Menurut dia penyelam perlu mengobservasi bodi pesawat. “Kalau tidak ada jenazah, buat apa diambil. Sebab proses pengangkatan bodi itu sulit karena besar dan sebagian sudah terjebak di lumpur,” ujarnya.

Oleh karena itu hari ini penyelam langsung diminta melihat ke dalam bodi pesawat. Dari situ baru Basarnas bisa memutuskan skenario evakuasi jenazah yang masih tersisa. “Proses evakuasi jenazahnya tergantung hasil dari penyelaman besok (hari ini),” paparnya.

Menurut dia untuk mempercepat bisa saja jenazah dimasukan kantong dan ditarik dari atas kapal. “Kalau tidak memungkinkan ya satu penyelam mengevakuasi satu jenazah. Tapi itu prosesnya lama karena penyelam yang naik harus berhenti menyelam dulu,” paparnya.

Pengangkatan bodi sendiri sepertinya mustahil dilakukan. Salah satu kesulitan yang didapat ialah melilitkan tali seling yang akan dikaitkan ke floating bag. “Harus cari cara tali selingnya ditempatkan dimana, sebab posisi bodi itu juga sudah penuh lumpur. Makanya itu fokus kita evakuasi jenazah dulu,” jelasnya.

Bagian dari bodi pesawat berhasil ditemukan setelah Remotely Operated Vehicle (ROV) dari MV Swift beroperasi di area pencarian empat. Perangkat milik Negeri Singapura itu bergerak setelah sebelumnya kapal Geo Survey yang menggunakan side scan Sonar menangkap objek besar di bawah laut.

Dari informasi yang disampaikan pilot ROV Geo Survey, Sari Darmarani pada Jawa Pos (grup POSMETRO MEDAN) sebenarnya sejak dua hari lalu Geo Survey berhasil menangkap obyek yang dicurigai bagian bodi pesawat. Namun hasil side scan belum jelas apakah itu bodi pesawat atau kapal tangker.

Nah, hasil observasi Geo Survey itu langsung ditindaklanjuti oleh kapal MV Swift. “Kemampuan ROV yang dimiliki kapal Singapura lebih baik dari yang kita punya. ROV mereka bisa bekerja hingga kedalaman 3000 meter. Oleh karenanya bisa menangkap gambar begitu detail,” ujar Supriyadi.

ROV MV Swift memang berhasil mendeteksi bodi dari tulisan
“Now Everyone”. Tulisan itu merujuk pada tagline AirAsia, “Now Everyone Can Fly”. Saat ditemukan kondisi bodi sendri sudah penuh lumpur.

Dalam hasil side scan itu juga tampak masih ada satu sayap yang melekat di bagian bodi. Bodi pesawat itu ditemukan di” 3000 meter dari lokasi ekor ditemukan dan 800 meter dari ditemukannya FDR. Bodi pesawat ditemukan di kedalaman 28 meter.”Sedangkan dimensi bodi yang terdeteksi ukurannya sekitar 10 X 30 meter.

Selain berhasil mendapatkan bodi pesawat, tim juga mendapatkan dua tambahan jenazah. Jenazah yang belum diketahui jenis kelaminya itu ditemukan di perairan Pulau Sembilan Kabupaten Kota Baru Kalimantan Selatan. Tepatnya di 70 mil sebelah barat daya kota baru. (aph/gun/jpnn)

Foto: Guslan Gumilang/Jawa Pos Black Box Air Asia QZ8501 dari KRI Banda Aceh disimpan di kotak khusus yang berisi air didatangkan dengan helikopter. (12/01/15).
Foto: Guslan Gumilang/Jawa Pos
Black Box Air Asia QZ8501 dari KRI Banda Aceh disimpan di kotak khusus yang berisi air didatangkan dengan helikopter. (12/01/15).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Proses download rekaman suara kokpit atau CVR dari AirAsia QZ8501 telah selesai. Investigator langsung mendengarkan rekaman suara percakapan terakhir awak pesawat nahas tersebut.

“Pukul 15.30 WIB, tim sudah memproses CVR dan sudah bisa didengarkan oleh tim investigasi,” kata Kepala Sub Komite Penyelidikan Kecelakaan Transportasi Udara, Masruri, di kantor KNKT, Rabu (14/1).

Masruri menyatakan kualitas suara rekaman area kokpit, percakapan antar pilot, pilot dengan ATC dan pengumuman kru kabin ke penumpang itu bagus sehingga mempermudah investigator untuk melakukan proses transkrip.

“Kualitasnya bagus. Begitu juga FDR, kualitasnya bagus. Kita sudah memulai memvalidasi data-data yang ada untuk kemudian melakukan analisis,” ujar Masruri.

Investigator yang mendengarkan rekaman tersebut adalah 2 pilot senior yakni Ertata Lananggalih dan Santoso Sayogo. Mereka juga yang ditunjuk untuk melakukan proses transkrip.

“Selanjutnya transkrip, sinkronisasi CVR-FDR dan analisis untuk bisa memberikan gambaran-gambaran mulai dari terbang sampai kejadian. Setelah di-download, ada 2 pilot senior kami untuk mendengarkan,” ucap Masruri.

Dengan demikian, Masruri memperkirakan penyelidikan QZ8501 bisa mencapai tahap laporan akhir lebih cepat dari batas maksimum yakni 1 tahun. Ia juga menegaskan tak ada kesulitan dalam proses validasi suara dalam rekaman tersebut.

“Insya Allah akan lebih cepat, artinya tidak ada kesulitan berarti. Mudah-mudahan dalam validasi bisa berjalan dengan baik. Kualitasnya bagus sehingga kesulitan validasi itu kecil,” ujar Masruri.

Sementara Ketua Tim Investigasi QZ8501, Prof Marjono, menyatakan investigator yang mendengarkan rekaman tersebut tak diperkenankan membicarakan material rekaman kepada pihak luar. Begitu pula dengan rekaman atau transkripnya yang juga dilarang didengarkan atau diperlihatkan pada publik.

“‎Investigator tidak boleh membicarakannya keluar, bahkan yang mendengarkan itu harus tanda tangan pernyataan bahwa tidak akan menyiarkan, sesuai protokol,” ujar Marjono di lokasi yang sama.

Sementara, bagian bodi pesawat AirAsia QZ8501 ditemukan oleh kapal Singapura MV Swift. Kini, Basarnas pun dihadapkan pada pengoptimalan evakuasi jenazah yang kemungkinan masih berada di bagian bodi tersebut.

Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI F. Bambang Henry Soelistyo dalam keterangan persnya di Gedung Basarnas mengatakan, pihaknya tak seketika memutuskan mengambil bagian bodi pesawat tersebut. Penyelam basarnas akan memeriksa dulu bodi pesawat tersebut untuk memastikan jenazah yang masih tersisa.

“Besok (ahri ini) kami akan cek dulu dengan target bisa mengevakuasi jenazah yang masih tertinggal,” ujarnya. Dirops Basarnas Marsma SB Supriyadi di Pangkalan Bun juga mengungkapkan hal yang sama. Menurut dia penyelam perlu mengobservasi bodi pesawat. “Kalau tidak ada jenazah, buat apa diambil. Sebab proses pengangkatan bodi itu sulit karena besar dan sebagian sudah terjebak di lumpur,” ujarnya.

Oleh karena itu hari ini penyelam langsung diminta melihat ke dalam bodi pesawat. Dari situ baru Basarnas bisa memutuskan skenario evakuasi jenazah yang masih tersisa. “Proses evakuasi jenazahnya tergantung hasil dari penyelaman besok (hari ini),” paparnya.

Menurut dia untuk mempercepat bisa saja jenazah dimasukan kantong dan ditarik dari atas kapal. “Kalau tidak memungkinkan ya satu penyelam mengevakuasi satu jenazah. Tapi itu prosesnya lama karena penyelam yang naik harus berhenti menyelam dulu,” paparnya.

Pengangkatan bodi sendiri sepertinya mustahil dilakukan. Salah satu kesulitan yang didapat ialah melilitkan tali seling yang akan dikaitkan ke floating bag. “Harus cari cara tali selingnya ditempatkan dimana, sebab posisi bodi itu juga sudah penuh lumpur. Makanya itu fokus kita evakuasi jenazah dulu,” jelasnya.

Bagian dari bodi pesawat berhasil ditemukan setelah Remotely Operated Vehicle (ROV) dari MV Swift beroperasi di area pencarian empat. Perangkat milik Negeri Singapura itu bergerak setelah sebelumnya kapal Geo Survey yang menggunakan side scan Sonar menangkap objek besar di bawah laut.

Dari informasi yang disampaikan pilot ROV Geo Survey, Sari Darmarani pada Jawa Pos (grup POSMETRO MEDAN) sebenarnya sejak dua hari lalu Geo Survey berhasil menangkap obyek yang dicurigai bagian bodi pesawat. Namun hasil side scan belum jelas apakah itu bodi pesawat atau kapal tangker.

Nah, hasil observasi Geo Survey itu langsung ditindaklanjuti oleh kapal MV Swift. “Kemampuan ROV yang dimiliki kapal Singapura lebih baik dari yang kita punya. ROV mereka bisa bekerja hingga kedalaman 3000 meter. Oleh karenanya bisa menangkap gambar begitu detail,” ujar Supriyadi.

ROV MV Swift memang berhasil mendeteksi bodi dari tulisan
“Now Everyone”. Tulisan itu merujuk pada tagline AirAsia, “Now Everyone Can Fly”. Saat ditemukan kondisi bodi sendri sudah penuh lumpur.

Dalam hasil side scan itu juga tampak masih ada satu sayap yang melekat di bagian bodi. Bodi pesawat itu ditemukan di” 3000 meter dari lokasi ekor ditemukan dan 800 meter dari ditemukannya FDR. Bodi pesawat ditemukan di kedalaman 28 meter.”Sedangkan dimensi bodi yang terdeteksi ukurannya sekitar 10 X 30 meter.

Selain berhasil mendapatkan bodi pesawat, tim juga mendapatkan dua tambahan jenazah. Jenazah yang belum diketahui jenis kelaminya itu ditemukan di perairan Pulau Sembilan Kabupaten Kota Baru Kalimantan Selatan. Tepatnya di 70 mil sebelah barat daya kota baru. (aph/gun/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/