30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Tak Serentak Pertama dalam Sejarah

Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI), Sulistyo terus mengikuti perkembangan persiapan Ujian Nasional (UN) yang dilakukan  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Termasuk pernyataan resmi Mendikbud Mohammad Nuh terkait penundaan UN di 11 Provinsi, kemarin.

Menurut Sulistyo, kejadian seperti ini baru pertama kalinya terjadi sejak Indonesia merdeka. “UN tahun ini tidak serentak, untuk yang pertama terjadi di Indonesia,” kata Sulistyo, Minggu (14/4).

Anggota DPD asal Jawa Tengah itu menyebut Mendikbud ada benarnya, bahwa penundaan ini ada hikmahnya. Setidaknya, kata Sulistyo, itu alasan pembenaran, seperti dalam dunia politik UN tidak serentak pun menurut Sulis sebenarnya tidak masalah. Asalkan, materi soal UN-nya beda. “Tetapi, tidak serentak karena lemahnya perencanaan dan koordinasi, tentu maknanya lain. PGRI prihatin, hal-hal sederhana dan teknis seperti itu mestinya tidak menjadi kendala kegiatan yang dianggap penting,” sindirnya.

Diketahui, Mendikbud resmi merilis penundaan UN di 11 provinsi karena salah satu kontraktor percetakan naskah UN tidak bisa mendistribusikan naskah UN sesuai deadline ke-11 daerah itu.

Penundaan dilakukan dari sedianya UN dilakukan serentak 15 April 2013, khusus 11 provinsi ini UN dimulai 18 April 2013. Sebelas provinsi itu yakni Provinsi Bali, Kaltim, Kalsel, Sulut, Sulteng, Selsel, Sultra, NTB, NTT, Gorontalo dan sulbar. Jumlah siswa di 11 daerah ini mencapai 1,1 juta orang di 3.601 SMA/MA dan 1.508 SMK.

Masih Sempat Ucap ‘Alhamdulillah’

Sementara itu,  PT Ghalia Indonesia Printingternyata bukan kali ini saja memenangi tender percetakan naskah UN. Bedanya, tahun lalu mereka hanya mendapat satu provinsi, tahun ini perusahaan asal Bogor ini memenangi proyek naskah UN untuk 11 provinsi.

“Sebelumnya kami hanya mengerjakan satu provinsi, Sumbar. Tahun ini untuk 11 provinsi, ya Alhamdulillah lah Mas,” kata Direktur PT Ghalia Indonesia Printing, Hamzah Lukman usai konferensi pers di Kemdikbud, Jakarta, Minggu (14/4).

Pada kesempatan itu Hamzah mengklaim perusahaan mereka merupakan perusahaan besar yang sudah 40 tahun bergerak di bidang percetakan.  Bahkan perusahaannya  juga pernah memenangi proyek Pilkada. Namun kali ini mereka tidak sanggup mengerjakan naskah UN sesuai deadline.

Berdasarkan data yang pernah dirilis Seknas FITRA, PT Ghalia memenangi paket 3 dalam tender proyek UN, yakni penggandaan dan distribusi bahan UN SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB, SMK, Paket A/Ula, Paket B/Wusta, Paket C, dan Paket C Kejuruan TP 2012/2013.

Paket 3 ini nilai paket HPS-nya sebesar Rp27.162.209.903, namun PT Ghalia Indonesia Printing memenangkannya dengan nilai penawaran sebesar Rp22.489.952.830.

FITRA melihat tender ini aneh karena nilai penawaran dari PT Ghalia Indonesia Printing terlalu mahal bila dibandingkan dengan perusahaan lain yang penawarannya lebih murah tapi dikalahkan.

Misalnya PT Aneka Ilmu dengan penawaran sebesar Rp17.107.372.806, PT Jasuindo Tiga Perkasa dengan nilai penawaran sebesar Rp21.171.902.444, dan PT Balebat Dedikasi Prima dengan penawaran sebesar Rp21.604.198.430.

Saat ditanya apakah kejanggalan yang pernah dirilis FITRA ini juga akan diselidiki, Mendikbud Mohammad Nuh menjawab bahwa PT Ghalia juga pernah dapat pekerjaan UN sebelumnya. Karena itu pihaknya yakin dari sisi teknis penilaian tim, PT Ghalia dinilai sudah memenuhi persyaratan. (fat/jpnn)

Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI), Sulistyo terus mengikuti perkembangan persiapan Ujian Nasional (UN) yang dilakukan  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Termasuk pernyataan resmi Mendikbud Mohammad Nuh terkait penundaan UN di 11 Provinsi, kemarin.

Menurut Sulistyo, kejadian seperti ini baru pertama kalinya terjadi sejak Indonesia merdeka. “UN tahun ini tidak serentak, untuk yang pertama terjadi di Indonesia,” kata Sulistyo, Minggu (14/4).

Anggota DPD asal Jawa Tengah itu menyebut Mendikbud ada benarnya, bahwa penundaan ini ada hikmahnya. Setidaknya, kata Sulistyo, itu alasan pembenaran, seperti dalam dunia politik UN tidak serentak pun menurut Sulis sebenarnya tidak masalah. Asalkan, materi soal UN-nya beda. “Tetapi, tidak serentak karena lemahnya perencanaan dan koordinasi, tentu maknanya lain. PGRI prihatin, hal-hal sederhana dan teknis seperti itu mestinya tidak menjadi kendala kegiatan yang dianggap penting,” sindirnya.

Diketahui, Mendikbud resmi merilis penundaan UN di 11 provinsi karena salah satu kontraktor percetakan naskah UN tidak bisa mendistribusikan naskah UN sesuai deadline ke-11 daerah itu.

Penundaan dilakukan dari sedianya UN dilakukan serentak 15 April 2013, khusus 11 provinsi ini UN dimulai 18 April 2013. Sebelas provinsi itu yakni Provinsi Bali, Kaltim, Kalsel, Sulut, Sulteng, Selsel, Sultra, NTB, NTT, Gorontalo dan sulbar. Jumlah siswa di 11 daerah ini mencapai 1,1 juta orang di 3.601 SMA/MA dan 1.508 SMK.

Masih Sempat Ucap ‘Alhamdulillah’

Sementara itu,  PT Ghalia Indonesia Printingternyata bukan kali ini saja memenangi tender percetakan naskah UN. Bedanya, tahun lalu mereka hanya mendapat satu provinsi, tahun ini perusahaan asal Bogor ini memenangi proyek naskah UN untuk 11 provinsi.

“Sebelumnya kami hanya mengerjakan satu provinsi, Sumbar. Tahun ini untuk 11 provinsi, ya Alhamdulillah lah Mas,” kata Direktur PT Ghalia Indonesia Printing, Hamzah Lukman usai konferensi pers di Kemdikbud, Jakarta, Minggu (14/4).

Pada kesempatan itu Hamzah mengklaim perusahaan mereka merupakan perusahaan besar yang sudah 40 tahun bergerak di bidang percetakan.  Bahkan perusahaannya  juga pernah memenangi proyek Pilkada. Namun kali ini mereka tidak sanggup mengerjakan naskah UN sesuai deadline.

Berdasarkan data yang pernah dirilis Seknas FITRA, PT Ghalia memenangi paket 3 dalam tender proyek UN, yakni penggandaan dan distribusi bahan UN SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB, SMK, Paket A/Ula, Paket B/Wusta, Paket C, dan Paket C Kejuruan TP 2012/2013.

Paket 3 ini nilai paket HPS-nya sebesar Rp27.162.209.903, namun PT Ghalia Indonesia Printing memenangkannya dengan nilai penawaran sebesar Rp22.489.952.830.

FITRA melihat tender ini aneh karena nilai penawaran dari PT Ghalia Indonesia Printing terlalu mahal bila dibandingkan dengan perusahaan lain yang penawarannya lebih murah tapi dikalahkan.

Misalnya PT Aneka Ilmu dengan penawaran sebesar Rp17.107.372.806, PT Jasuindo Tiga Perkasa dengan nilai penawaran sebesar Rp21.171.902.444, dan PT Balebat Dedikasi Prima dengan penawaran sebesar Rp21.604.198.430.

Saat ditanya apakah kejanggalan yang pernah dirilis FITRA ini juga akan diselidiki, Mendikbud Mohammad Nuh menjawab bahwa PT Ghalia juga pernah dapat pekerjaan UN sebelumnya. Karena itu pihaknya yakin dari sisi teknis penilaian tim, PT Ghalia dinilai sudah memenuhi persyaratan. (fat/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/