22.8 C
Medan
Saturday, June 22, 2024

Korban Tewas Banjir Bandang di Madina Capai 17 Jiwa

istimewa
EVAKUASI: Para prajurit TNI bersama warga saat mengevakuasi korban tewas tertimbun lumpur saat banjir bandang menerjang Kabupaten Mandailing Natal.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Evakuasi yang dilakukan tim SAR gabungan bersama relawan dan masyarakat telah menemukan 17 korban meninggal akibat banjir bandang di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara. Sedangkan 11 kecamatan yang terisolir akibat akses jalan tertutup longsor, sudah berhasil dibuka.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, 11 titik longsor yang awalnya menutup beberapa ruas jalan di Mandailing Natal juga sudah dapat diatasi. Alat berat dikerahkan untuk membantu evakuasi korban dan membersihkan material longsor.

“Jumlah korban meninggal dunia tercatat 17 orang, dan 12 orang anak sekolah di Kecamatan Ulu Pungkut, 3 orang pekerja gorong-gorong jalan di Kecamatan Muara Batang Gadis, dan 2 orang yang kecelakaan mobil masuk ke Sungai Aek Batang Gadis saat banjir,” kata Sutopo.

Dari 29 anak sekolah SD Negeri 235 yang sekolah sore saat diterjang banjir bandang di Desa Muara Saladi, Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal, pada Jumat, 12 Oktober 2018, kondisinya 12 anak meninggal dunia dan 17 anak berhasil diselamatkan.”Semua korban adalah anak-anak berusia di bawah 12 tahun,” ujar dia.

Sutopo menyebut, dari 17 anak yang selamat, 7 anak di antaranya luka-luka dan dirawat di Puskesmas setempat. Selain itu, 2 orang guru juga ditemukan selamat. Korban selamat ditemukan di bawah reruntuhan bangunan dan sebagian terseret oleh banjir bandang.

Sedangkan 2 korban meninggal yang ditemukan di dalam mobil yang terjebur ke Sungai Aek Batang Gadis adalah seorang pegawai PT Bank Sumut dan seorang personel Polri yang sedang mengawal pegawai PT Bank Sumut. Korban telah diserahkan kepada pihak keluarga. Sementara korban 3 orang pekerja gorong-gorong jalan di Kecamatan Muara Batang Gadis juga sudah diserahkan pada keluarga.

Sedangkan Kabid Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mandailing Natal Muhammad Yasir mengatakan hal yang sama. Jumlah korban meninggal dunia hingga saat ini, tercatat 17 orang. Korban terdiri dari 12 orang pelajar SD di Kecamatan Ulu Pungkut, dan tiga orang pekerja gorong-gorong jalan di Kecamatan Mura Batang Gadis.

“Evakuasi yang dilakukan Tim SAR, TNI, Polri, satpol PP, relawan dan masyarakat telah menemukan 17 warga yang meninggal,” kata Yasir, Minggu (14/10).

Yasir menjelaskan, dua orang korban meninggal dunia yang ditemukan di dalam mobil yang tercebur ke Sungai Aek Batang Gadis adalah pegawai PT Bank Sumut dan anggota Polri yang tengah melakukan pengawalan, kedua korban itu, telah diserahkan kepada pihak keluarganya.

Adapun jumlah korban yang meninggal dunia di Kecamatan Ulu Pungkut, tercatat 12 orang, yakni Mutiah (12), Aisyah (12), Soifah (12), Rian Syahputra (10), Ahidan (10), Isnan (10), Tiara (10), Dahleni (10), Masitoh (9), Alfisyhari (9), Habsoh (9) dan Israil (9).

Sedangkan, korban mengalami luka-luka 17 orang, yaitu Tasya Amaelia (12), Abel (12), Lusiana (22), Sobbiah (12), Sulton (11), Jibril Saukani (11), Solehuddin (11), Ahaddin (11), Raihansyah (11), Risdah (11), Jufriadi (10), Mujiburrohman (10), Annasofa (10), Khoirunissa (10), Putri (9), Nabila (9), dan Adawiyah (9).

Banjir di Kecamatan Ulu Pungkut, juga mengakibatkan 12 rumah warga hanyut dan rusak total, sembilan rumah rusak berat, serta tiga fasilitas umum di Desa Muara Saladi berupa Poliklinik Desa, Gedung SD Negeri 235, dan gedung PKK rusak.

“Banjir bandang di 11 Kecamatan itu, beberapa di antaranya Kecamatan Natal, Lingga Bayu, Muara Batang Gadis, Naga Juang, Panyabungan Utara, Bukit Malintang, Ulu Pungkut, Kota Nopan dan Batang Natal,” katanya.

Begitu juga dikatakan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Utara, Riadil Akhir Lubis, Kabupaten Mandailing Natal masih dalam status darurat bencana. Status itu dikeluarkan bupati Madina selama tujuh hari, mulai dari 12 hingga 18 Oktober mendatang.

“Penanganan darurat masih terus dilakukan Bupati telah menetapkan status tanggap darurat banjir dan longsor selama 7 hari (12-18 Oktober 2018),” kata dia.

Pihaknya, kata Riadil, masih terus membantu melakukan evakuasi terhadap korban banjir dan longsor bersama BPBD Madina dan masyarakat, serta membuka desa-desa yang masih terisolir dari genangan dan pembersihan di Kecamatan Ulu Pungkut. “Hari ini (Minggu) BPBD Madina, BPBD Provsu bersama TNI, Polri, SAR daerah, organisasi perangkat daerah (OPD), PMI, dan relawan (masih) menangani darurat bencana di sana,” katanya.

Riadil mengungkapkan, banjir bandang di daerah tersebut juga menyebabkan 22 rumah hanyut dan rusak total, 19 rumah rusak berat dan 3 bangunan fasilitas umum rusak berat di Desa Muara Saladi. Masyarakat katanya saat ini telah mengungsi di tempat yang aman (madrasah/balai desa) dan rumah kerabatnya.

Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Sumut Kombes Pol Tatan Dirsan Atmaja mengatakan, sebanyak 11 titik longsor yang menutup beberapa ruas jalan provinsi sudah dapat diatasi. Alat berat dikerahkan untuk membantu evakuasi korban dan membersihkan material longsor. Sedangkan ruas jalan nasional di Kecamatan Natal masih tergenang. Hingga kemarin, Sabtu (13/10) akses jalan pun tertutup namun malamnya akses jalan berhasil ditembus.

“Tim SAR telah melakukan evakuasi terhadap belasan korban jiwa. Bersama relawan dan masyarakat seluruh korban banjir bandang telah berhasil dipindahkan. Alat berat dikerahkan untuk membantu evakuasi korban dan membersihkan material longsor,” ungkap Tatan, Minggu (14/10).

Rencananya, kata Tatan, hari ini, Senin (15/10) Kapolda Sumut melepas personel untuk diperbantukan menuju ke lokasi banjir bandang Madina. “Besok kita lihat apa arahan Kapolda untuk mereka. Tentunya, kami dari polri akan bersinergi membantu korban di Madina,” pungkas Tatan.

Sedangkan pihak Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, akan menurunkan tim kesehatannya sekaligus mengirimkan bantuan obat-obatan.”Kalau dibutuhkan tenaga medis, segera kita kirim. Namun, tetap ada juga kita kirim tim untuk melakukan beberapa kegiatan seperti survei dan ditribusi bantuan obat-obatan,” ujar Kepala Dinas Kesehatan, Agustama melalui Kasi Surveilan dan Imunisasi, Suhadi.

Sementara itu, Anggota DPRD Sumut Sutrisno Pangaribuan meminta agar pemerintah memastikan kehadirannya bagi rakyat dalam hal tanggap darurat. “Kami meminta agar Balai Jalan Nasional (BBPJN) Kementerian PU PR, Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Pemerintah Provinsi Sumut, Dinas PU Kabupaten Mandailing Natal, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Mandailing Natal, dan Basarnas, untuk melakukan tindakan di lapangan. Jika hujan masih terus mengguyur, masih ada ancaman banjir dan longsor, maka harus dipersiapkan rencana evakuasi penduduk ke tempat yang lebih aman,” katanya.

Untuk itu, lanjutnya, Bupati Madina dalam hal ini harus berkoordinasi kepada Gubernur Sumut untuk memastikan semua wujud kehadiran pemerintah telah terkoordinasi dengan baik. Dirinya pun berharap penanganan setiap bencana dilakukan secara cepat dan tepat sehingga korban jiwa dapat dihindari, dan trauma masyarakat dapat diminimalisasi.

Bahkan, rangkaian kejadian bencana di beberapa daerah sebut Sekretaris Komisi D DPRD Sumut ini, menunjukkan bahwa pemerintah kabupaten/kota di Sumut termasuk Pemprov belum memiliki rencana antisipasi bencana alam, seperti banjir dan longsor.

“Semua pihak harus mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan sewaktu-waktu untuk membersihkan dampak bencana. Semoga kita mampu menghadapi berbagai dampak perubahan iklim pada masa yang akan datang,”kata Anggota Dewan Dapil Sumut VII (Tabagsel) ini.

istimewa
EVAKUASI: Para prajurit TNI bersama warga saat mengevakuasi korban tewas tertimbun lumpur saat banjir bandang menerjang Kabupaten Mandailing Natal.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Evakuasi yang dilakukan tim SAR gabungan bersama relawan dan masyarakat telah menemukan 17 korban meninggal akibat banjir bandang di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara. Sedangkan 11 kecamatan yang terisolir akibat akses jalan tertutup longsor, sudah berhasil dibuka.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, 11 titik longsor yang awalnya menutup beberapa ruas jalan di Mandailing Natal juga sudah dapat diatasi. Alat berat dikerahkan untuk membantu evakuasi korban dan membersihkan material longsor.

“Jumlah korban meninggal dunia tercatat 17 orang, dan 12 orang anak sekolah di Kecamatan Ulu Pungkut, 3 orang pekerja gorong-gorong jalan di Kecamatan Muara Batang Gadis, dan 2 orang yang kecelakaan mobil masuk ke Sungai Aek Batang Gadis saat banjir,” kata Sutopo.

Dari 29 anak sekolah SD Negeri 235 yang sekolah sore saat diterjang banjir bandang di Desa Muara Saladi, Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal, pada Jumat, 12 Oktober 2018, kondisinya 12 anak meninggal dunia dan 17 anak berhasil diselamatkan.”Semua korban adalah anak-anak berusia di bawah 12 tahun,” ujar dia.

Sutopo menyebut, dari 17 anak yang selamat, 7 anak di antaranya luka-luka dan dirawat di Puskesmas setempat. Selain itu, 2 orang guru juga ditemukan selamat. Korban selamat ditemukan di bawah reruntuhan bangunan dan sebagian terseret oleh banjir bandang.

Sedangkan 2 korban meninggal yang ditemukan di dalam mobil yang terjebur ke Sungai Aek Batang Gadis adalah seorang pegawai PT Bank Sumut dan seorang personel Polri yang sedang mengawal pegawai PT Bank Sumut. Korban telah diserahkan kepada pihak keluarga. Sementara korban 3 orang pekerja gorong-gorong jalan di Kecamatan Muara Batang Gadis juga sudah diserahkan pada keluarga.

Sedangkan Kabid Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mandailing Natal Muhammad Yasir mengatakan hal yang sama. Jumlah korban meninggal dunia hingga saat ini, tercatat 17 orang. Korban terdiri dari 12 orang pelajar SD di Kecamatan Ulu Pungkut, dan tiga orang pekerja gorong-gorong jalan di Kecamatan Mura Batang Gadis.

“Evakuasi yang dilakukan Tim SAR, TNI, Polri, satpol PP, relawan dan masyarakat telah menemukan 17 warga yang meninggal,” kata Yasir, Minggu (14/10).

Yasir menjelaskan, dua orang korban meninggal dunia yang ditemukan di dalam mobil yang tercebur ke Sungai Aek Batang Gadis adalah pegawai PT Bank Sumut dan anggota Polri yang tengah melakukan pengawalan, kedua korban itu, telah diserahkan kepada pihak keluarganya.

Adapun jumlah korban yang meninggal dunia di Kecamatan Ulu Pungkut, tercatat 12 orang, yakni Mutiah (12), Aisyah (12), Soifah (12), Rian Syahputra (10), Ahidan (10), Isnan (10), Tiara (10), Dahleni (10), Masitoh (9), Alfisyhari (9), Habsoh (9) dan Israil (9).

Sedangkan, korban mengalami luka-luka 17 orang, yaitu Tasya Amaelia (12), Abel (12), Lusiana (22), Sobbiah (12), Sulton (11), Jibril Saukani (11), Solehuddin (11), Ahaddin (11), Raihansyah (11), Risdah (11), Jufriadi (10), Mujiburrohman (10), Annasofa (10), Khoirunissa (10), Putri (9), Nabila (9), dan Adawiyah (9).

Banjir di Kecamatan Ulu Pungkut, juga mengakibatkan 12 rumah warga hanyut dan rusak total, sembilan rumah rusak berat, serta tiga fasilitas umum di Desa Muara Saladi berupa Poliklinik Desa, Gedung SD Negeri 235, dan gedung PKK rusak.

“Banjir bandang di 11 Kecamatan itu, beberapa di antaranya Kecamatan Natal, Lingga Bayu, Muara Batang Gadis, Naga Juang, Panyabungan Utara, Bukit Malintang, Ulu Pungkut, Kota Nopan dan Batang Natal,” katanya.

Begitu juga dikatakan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Utara, Riadil Akhir Lubis, Kabupaten Mandailing Natal masih dalam status darurat bencana. Status itu dikeluarkan bupati Madina selama tujuh hari, mulai dari 12 hingga 18 Oktober mendatang.

“Penanganan darurat masih terus dilakukan Bupati telah menetapkan status tanggap darurat banjir dan longsor selama 7 hari (12-18 Oktober 2018),” kata dia.

Pihaknya, kata Riadil, masih terus membantu melakukan evakuasi terhadap korban banjir dan longsor bersama BPBD Madina dan masyarakat, serta membuka desa-desa yang masih terisolir dari genangan dan pembersihan di Kecamatan Ulu Pungkut. “Hari ini (Minggu) BPBD Madina, BPBD Provsu bersama TNI, Polri, SAR daerah, organisasi perangkat daerah (OPD), PMI, dan relawan (masih) menangani darurat bencana di sana,” katanya.

Riadil mengungkapkan, banjir bandang di daerah tersebut juga menyebabkan 22 rumah hanyut dan rusak total, 19 rumah rusak berat dan 3 bangunan fasilitas umum rusak berat di Desa Muara Saladi. Masyarakat katanya saat ini telah mengungsi di tempat yang aman (madrasah/balai desa) dan rumah kerabatnya.

Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Sumut Kombes Pol Tatan Dirsan Atmaja mengatakan, sebanyak 11 titik longsor yang menutup beberapa ruas jalan provinsi sudah dapat diatasi. Alat berat dikerahkan untuk membantu evakuasi korban dan membersihkan material longsor. Sedangkan ruas jalan nasional di Kecamatan Natal masih tergenang. Hingga kemarin, Sabtu (13/10) akses jalan pun tertutup namun malamnya akses jalan berhasil ditembus.

“Tim SAR telah melakukan evakuasi terhadap belasan korban jiwa. Bersama relawan dan masyarakat seluruh korban banjir bandang telah berhasil dipindahkan. Alat berat dikerahkan untuk membantu evakuasi korban dan membersihkan material longsor,” ungkap Tatan, Minggu (14/10).

Rencananya, kata Tatan, hari ini, Senin (15/10) Kapolda Sumut melepas personel untuk diperbantukan menuju ke lokasi banjir bandang Madina. “Besok kita lihat apa arahan Kapolda untuk mereka. Tentunya, kami dari polri akan bersinergi membantu korban di Madina,” pungkas Tatan.

Sedangkan pihak Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, akan menurunkan tim kesehatannya sekaligus mengirimkan bantuan obat-obatan.”Kalau dibutuhkan tenaga medis, segera kita kirim. Namun, tetap ada juga kita kirim tim untuk melakukan beberapa kegiatan seperti survei dan ditribusi bantuan obat-obatan,” ujar Kepala Dinas Kesehatan, Agustama melalui Kasi Surveilan dan Imunisasi, Suhadi.

Sementara itu, Anggota DPRD Sumut Sutrisno Pangaribuan meminta agar pemerintah memastikan kehadirannya bagi rakyat dalam hal tanggap darurat. “Kami meminta agar Balai Jalan Nasional (BBPJN) Kementerian PU PR, Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Pemerintah Provinsi Sumut, Dinas PU Kabupaten Mandailing Natal, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Mandailing Natal, dan Basarnas, untuk melakukan tindakan di lapangan. Jika hujan masih terus mengguyur, masih ada ancaman banjir dan longsor, maka harus dipersiapkan rencana evakuasi penduduk ke tempat yang lebih aman,” katanya.

Untuk itu, lanjutnya, Bupati Madina dalam hal ini harus berkoordinasi kepada Gubernur Sumut untuk memastikan semua wujud kehadiran pemerintah telah terkoordinasi dengan baik. Dirinya pun berharap penanganan setiap bencana dilakukan secara cepat dan tepat sehingga korban jiwa dapat dihindari, dan trauma masyarakat dapat diminimalisasi.

Bahkan, rangkaian kejadian bencana di beberapa daerah sebut Sekretaris Komisi D DPRD Sumut ini, menunjukkan bahwa pemerintah kabupaten/kota di Sumut termasuk Pemprov belum memiliki rencana antisipasi bencana alam, seperti banjir dan longsor.

“Semua pihak harus mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan sewaktu-waktu untuk membersihkan dampak bencana. Semoga kita mampu menghadapi berbagai dampak perubahan iklim pada masa yang akan datang,”kata Anggota Dewan Dapil Sumut VII (Tabagsel) ini.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/