25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

BMKG Warning Cuaca Ekstrem Masih Terjadi

SUMUTPOS.CO – Warning atau imbauan potensi bencana yang disampaikan Badan Meteotologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)Wilayah 1 Medan beberapa hari lalu, bukan isapan jempol. Intensitas hujan yang sangat tinggi, menyebabkan longsor dan banjir di Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) dan Nias Barat pada Jumat (11/11) dan Sabtu (12/11). Kali ini, BMKG kembali mengingatkan agar masyarakat tetap mewaspadai cuaca ekstrem yang masih terjadi dan bencana yang masih mengintai.

PRAKIRAWAN BMKG Wilayah 1 Medan, Defri Mandoza kepada Sumut Pos mengatakan, pola angin di Sumut didominasi dari arah Barat Laut dengan kecepatan 5-15 knots. Terdapat gangguan siklonik berupa sirkulasi Eddy di dekat Malaysia yang mengakibatkan belokan angin di sekitar wilayah Sumut.

Akibatnya, lanjut Defri, potensi pembentukan awan konvektif penyebab hujan masih cukup signifikan di beberapa wilayah Sumut. “Dalam tiga hari ke depan, sebagian besar wilayah Sumut masih berpotensi terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat yang tejadi pada siang hingga malam hari,” jelasnya.

Adapun wilayah yang berpotensi terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, ungkapnya, umumnya terjadi di wilayah Kepulauan Nias, pantai Barat, lereng Barat, pegunungan, dan pantai Timur Sumut, dengan suhu udara secara umum berkisar antara 18-32 derajat celcius. Dia memaparkan, wilayah-wilayah yang patut diwaspadai cuaca ekstrem, diantaranya Kota Medan yakni Medan Kota, Medan Helvetia, Medan Denai, Medan Barat, Medan Deli, Medan Belawan, Medan Amplas, Medan Area, Medan Marelan, Medan Labuhan, Medan Tembung, Medan Maimun, Medan Polonia, Medan Baru, Medan Perjuangan, Medan Petisah, Medan Timur. Kota Tanjungbalai, Kota Tebingtinggi, Kota Padangsidimpuan, Kota Gunungsitoli, Gunungsitoli, Gunungsitoli Utara,  dan sekitarnya.

Kemudian, perairan Danau Toba, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Langkat, Kabupaten Karo, Kabupaten Deliserdang, Kabupaten Simalungun, Pematangsiantar, Kabupaten Asahan, Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Dairi, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Mandailingnatal, Kabupaten Nias Selatan. “Lalu, Kabupaten Pakpakbharat, Kabupaten Samosir, Kabupaten Serdangbedagai, Kabupaten Padanglawas Utara, Kabupaten Padanglawas, Kabupaten Labuhanbatu Utara, dan lain sebagainya,” tandasnya.

Ibu dan 2 Anaknya Tertimbun Longsor di Tapteng

Sebelumnya, hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan tanah longsor di Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara (Sumut), Jumat (11/11) sore. Akibat bencana alam itu, seorang ibu bersama dua anaknya tertimbun material longsor saat berada di rumah mereka di Desa Siherbangan, Kecamatan Barus Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah. Ketiga korban tewas adalah Kristina Simamora dan kedua anaknya masing-masing bernama Mikael Simbolon (9) dan Taskia Simbolon (5).

“Iya (ibu dan kedua anaknya),” ungkap Danpos SAR Sibolga melalui Humas Basarnas Nias, Asanimu Waruwu saat dikonfirmasi Sumut Pos, Minggu (13/11).

Tim SAR Nias dibantu TNI/Polri dan warga sekitar berhasil menemukan dan mengevakuasi seluruh korban, Sabtu (12/11) pagi, sekitar pukul 06.06 WIB. Proses pencarian dilakukan dengan medan yang terjal di lokasi ketiga korban tertimbun tanah longsor tersebut. “Tim SAR Gabungan berhasil menemukan dan mengevakuasi tiga korban dalam keadaan meninggal dunia,” jelas Asanimu.

Seluruh jasad korban meninggal dunia, dalam bencana alam itu, banjir diikuti tanah longsor sudah dievakuasi dan dibawa rumah sakit terdekat. Selanjutnya, akan diserahkan kepada pihak keluarga untuk semayamkan dan dikebumikan.

Selain dari Tim SAR Sibolga dan Nias, proses pencarian melibatkan dari Polres Tapanuli Tengah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tapanuli Tengah, Koramil Barus dan warga sekitar.

Lanjut, Asanimu mengungkapkan setelah ditemukannya semua korban, maka Operasi SAR selesai dan diusulkan untuk ditutup. ”Seluruh unsur SAR terkait kembali ke satuan Masing-masing dengan ucapan terima kasih,” kata Asanimu.

Nias Barat Diterjang Banjir

Sementara sejumlah lokasi di Kabupaten Nias Barat, Kepulauan Nias, diterjang banjir akibat tingginya intensitas hujan sejak Sabtu (12/11) sore hingga Minggu (13/11). Tingginya curah hujan membuat sejumlah sungai meluap hingga merendam sejumlah pemukiman warga, di antaranya terjadi di Desa Sisobambowo, Kecamatan Mandrehe, Desa Iraonogeba, Desa Lasara Bagawua, Desa Hilidaura, Desa Sisobandrao dan sejumlah desa lainnya di Kecamatan Mandrehe Barat, karena tergolong daerah yang lebih rendah.

Bupati Khenoki Waruwu yang baru saja tiba di Nias Barat sepulang melaksanakan tugas dinas di Medan memantau kondisi warga di sejumlah lokasi yang dilanda banjir, Minggu (13/11). Dari pantauan yang dilakukan di Desa Iraonogeba, Kecamatan Mandrehe Barat, salah seorang warga menceritakan kepada Bupati Khenoki Waruwu bahwa semua warga dalam kondisi sehat, tidak ada korban jiwa, namun sebagian warga mengalami kerugian materi akibat banjir yang datang secara tiba-tiba saat warga tengah terlelap tidur. “Tidak ada korban jiwa, sebagian warga hanya mengalami kerugian materi, seperti peralatan rumah tangga, ternak hanyut dan lahan pertanian digenangi banjir”, ujarnya.

Bupati Khenoki Waruwu di lokasi terjadinya banjir mengharapkan agar masyarakat tidak panik namun tetap waspada dan meminta masyarakat untuk mengutamakan keselamatan. “Saya harapkan kepada masyarakat Nias Barat untuk mengutamakan keselamatan dan tetap waspada,” harap Bupati Khenoki Waruwu.

Selain itu, Bupati Khenoki Waruwu juga mengatakan bahwa ia telah memerintahkan OPD terkait, yaitu BPBD, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan dan OPD lainnya untuk memantau dan mendata warga yang terdampak banjir serta memantau kondisi kesehatan warga pasca banjir. Sebagaimana diketahui bahwa, sejak beberapa hari belakangan ini, wilayah Nias Barat diguyur hujan dengan intensitas yang cukup tinggi, sehingga mengakibatkan banjir di beberapa lokasi akibat meluapnya sungai Moro’o, Sungai Lahomi dan beberapa sungai-sungai-sungai kecil lainnya.

Untuk itu, pemerintah mengimbau kepada masyarakat agar tetap waspada dan berupaya untuk melakukan tindakan preventif kesiapsiagaan darurat bencana dengan menghubungi BPBD melalui pemerintah desa dan kecamatan, sehingga upaya-upaya penanganan dapat segera dilakukan.

Gubsu Keluarkan SE

Menyikapi warning BMKG, Gubernur Sumatera Utara (Gubsu), Edy Rahmayadi mengeluarkan Surat Edaran Nomor: 360/13682 mengenai potensi bencana di Sumut. Gubsu memberikan peringatan dini akan potensi banjir, longsor, kebakaran hutan/lahan dan angin kencang di Sumut. Surat edaran tersebut ditujukan ke bupati/wali kota se-Sumut.

“Benar, Gubsu telah mengeluarkan surat edaran terkait peringatan dini potensi bencana,” kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut, Aris Yudhariansyah kepada wartawan, kemarin.

Diakuinya, surat edaran ini berdasarkan Surat BMKG I Medan Nomor : ME 02 05/1118/KBB1/X/2022 Perihal Potensi Bencana Hidrometeorologi Bulan November 2022 tanggal 20 Oktober 2022. Untuk itu, Gubernur Edy meminta ke bupati/wali kota untuk melakukan langkah-langkah, diantaranya melakukan sosialisasi kesiap-siagaan antisipasi banjir/longsor kepada masyarakat, terutama di kawasan daerah aliran sungai dari hulu hingga hilir.

Kemudian menyiagakan sumber daya perangkat daerah, masyarakat, media massa, dunia usaha dan perguruan tinggi guna antisipasi terjadinya banjir/longsor di wilayah masing masing, terutama di kawasan yang rawan terjadi bencana akibat curah hujan yang tinggi. Menata kembali kawasan perumahan, permukiman, pertanian dan bangunan lainnya yang berada pada kawasan / daerah rawan banjir dengan mempedomani RTRW.

“Selain itu, mengoptimalkan peran tugas pokok dan fungsi badan penanggulangan bencana daerah sebagai koordinator dan perangkat daerah dalam penanggulangan bencana. Memfasilitasi hubungan kerjasama antar Stakeholder di dalam wilayahnya maupun wilayah Kabupaten/Kota beda Provinsi dalam pelaksanaan penanggulangan bencana gerakan tanah / tanah longsor dan banjir di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya,” kata Aris mengutip surat edaran Gubsu tersebut.

Kemudian, lanjut Aris, bupati dan wali kota diminta melakukan koordinasi dengan Pemerintah Pusat, Instansi Vertikal di wilayahnya dan pihak-pihak terkait lainnya dalam penanggulangan bencana gerakan tanah/tanah longsor dan banjir serta melibatkan partisipasi dunia usaha, masyarakat, perguruan tinggi dan media massa

. ”Senantiasa menyiapkan SDM (Satgas), logistik dan peralatan kebencanaan. Mengecek kembali daerah-daerah rawan dan ancaman bencana sertajalan jalan berpotensi longsor.

“Juga mengingatkan kepada masyarakat untuk memperkuat struktur bangunan rumah yang mudah rusak apabila di terpa angin kencang. Mengikuti protokoler kesehatan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam melaksanakan peringatan dini selama pandemi Covid-19 di Sumatera Utara. Diharapkan langkah-langkah ini bisa terapkan pada masyarakat terutama diwilayah yang berpotensi bencana,” kata Aris. (gus/bbs/adz)

SUMUTPOS.CO – Warning atau imbauan potensi bencana yang disampaikan Badan Meteotologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)Wilayah 1 Medan beberapa hari lalu, bukan isapan jempol. Intensitas hujan yang sangat tinggi, menyebabkan longsor dan banjir di Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) dan Nias Barat pada Jumat (11/11) dan Sabtu (12/11). Kali ini, BMKG kembali mengingatkan agar masyarakat tetap mewaspadai cuaca ekstrem yang masih terjadi dan bencana yang masih mengintai.

PRAKIRAWAN BMKG Wilayah 1 Medan, Defri Mandoza kepada Sumut Pos mengatakan, pola angin di Sumut didominasi dari arah Barat Laut dengan kecepatan 5-15 knots. Terdapat gangguan siklonik berupa sirkulasi Eddy di dekat Malaysia yang mengakibatkan belokan angin di sekitar wilayah Sumut.

Akibatnya, lanjut Defri, potensi pembentukan awan konvektif penyebab hujan masih cukup signifikan di beberapa wilayah Sumut. “Dalam tiga hari ke depan, sebagian besar wilayah Sumut masih berpotensi terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat yang tejadi pada siang hingga malam hari,” jelasnya.

Adapun wilayah yang berpotensi terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, ungkapnya, umumnya terjadi di wilayah Kepulauan Nias, pantai Barat, lereng Barat, pegunungan, dan pantai Timur Sumut, dengan suhu udara secara umum berkisar antara 18-32 derajat celcius. Dia memaparkan, wilayah-wilayah yang patut diwaspadai cuaca ekstrem, diantaranya Kota Medan yakni Medan Kota, Medan Helvetia, Medan Denai, Medan Barat, Medan Deli, Medan Belawan, Medan Amplas, Medan Area, Medan Marelan, Medan Labuhan, Medan Tembung, Medan Maimun, Medan Polonia, Medan Baru, Medan Perjuangan, Medan Petisah, Medan Timur. Kota Tanjungbalai, Kota Tebingtinggi, Kota Padangsidimpuan, Kota Gunungsitoli, Gunungsitoli, Gunungsitoli Utara,  dan sekitarnya.

Kemudian, perairan Danau Toba, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Langkat, Kabupaten Karo, Kabupaten Deliserdang, Kabupaten Simalungun, Pematangsiantar, Kabupaten Asahan, Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Dairi, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Mandailingnatal, Kabupaten Nias Selatan. “Lalu, Kabupaten Pakpakbharat, Kabupaten Samosir, Kabupaten Serdangbedagai, Kabupaten Padanglawas Utara, Kabupaten Padanglawas, Kabupaten Labuhanbatu Utara, dan lain sebagainya,” tandasnya.

Ibu dan 2 Anaknya Tertimbun Longsor di Tapteng

Sebelumnya, hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan tanah longsor di Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara (Sumut), Jumat (11/11) sore. Akibat bencana alam itu, seorang ibu bersama dua anaknya tertimbun material longsor saat berada di rumah mereka di Desa Siherbangan, Kecamatan Barus Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah. Ketiga korban tewas adalah Kristina Simamora dan kedua anaknya masing-masing bernama Mikael Simbolon (9) dan Taskia Simbolon (5).

“Iya (ibu dan kedua anaknya),” ungkap Danpos SAR Sibolga melalui Humas Basarnas Nias, Asanimu Waruwu saat dikonfirmasi Sumut Pos, Minggu (13/11).

Tim SAR Nias dibantu TNI/Polri dan warga sekitar berhasil menemukan dan mengevakuasi seluruh korban, Sabtu (12/11) pagi, sekitar pukul 06.06 WIB. Proses pencarian dilakukan dengan medan yang terjal di lokasi ketiga korban tertimbun tanah longsor tersebut. “Tim SAR Gabungan berhasil menemukan dan mengevakuasi tiga korban dalam keadaan meninggal dunia,” jelas Asanimu.

Seluruh jasad korban meninggal dunia, dalam bencana alam itu, banjir diikuti tanah longsor sudah dievakuasi dan dibawa rumah sakit terdekat. Selanjutnya, akan diserahkan kepada pihak keluarga untuk semayamkan dan dikebumikan.

Selain dari Tim SAR Sibolga dan Nias, proses pencarian melibatkan dari Polres Tapanuli Tengah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tapanuli Tengah, Koramil Barus dan warga sekitar.

Lanjut, Asanimu mengungkapkan setelah ditemukannya semua korban, maka Operasi SAR selesai dan diusulkan untuk ditutup. ”Seluruh unsur SAR terkait kembali ke satuan Masing-masing dengan ucapan terima kasih,” kata Asanimu.

Nias Barat Diterjang Banjir

Sementara sejumlah lokasi di Kabupaten Nias Barat, Kepulauan Nias, diterjang banjir akibat tingginya intensitas hujan sejak Sabtu (12/11) sore hingga Minggu (13/11). Tingginya curah hujan membuat sejumlah sungai meluap hingga merendam sejumlah pemukiman warga, di antaranya terjadi di Desa Sisobambowo, Kecamatan Mandrehe, Desa Iraonogeba, Desa Lasara Bagawua, Desa Hilidaura, Desa Sisobandrao dan sejumlah desa lainnya di Kecamatan Mandrehe Barat, karena tergolong daerah yang lebih rendah.

Bupati Khenoki Waruwu yang baru saja tiba di Nias Barat sepulang melaksanakan tugas dinas di Medan memantau kondisi warga di sejumlah lokasi yang dilanda banjir, Minggu (13/11). Dari pantauan yang dilakukan di Desa Iraonogeba, Kecamatan Mandrehe Barat, salah seorang warga menceritakan kepada Bupati Khenoki Waruwu bahwa semua warga dalam kondisi sehat, tidak ada korban jiwa, namun sebagian warga mengalami kerugian materi akibat banjir yang datang secara tiba-tiba saat warga tengah terlelap tidur. “Tidak ada korban jiwa, sebagian warga hanya mengalami kerugian materi, seperti peralatan rumah tangga, ternak hanyut dan lahan pertanian digenangi banjir”, ujarnya.

Bupati Khenoki Waruwu di lokasi terjadinya banjir mengharapkan agar masyarakat tidak panik namun tetap waspada dan meminta masyarakat untuk mengutamakan keselamatan. “Saya harapkan kepada masyarakat Nias Barat untuk mengutamakan keselamatan dan tetap waspada,” harap Bupati Khenoki Waruwu.

Selain itu, Bupati Khenoki Waruwu juga mengatakan bahwa ia telah memerintahkan OPD terkait, yaitu BPBD, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan dan OPD lainnya untuk memantau dan mendata warga yang terdampak banjir serta memantau kondisi kesehatan warga pasca banjir. Sebagaimana diketahui bahwa, sejak beberapa hari belakangan ini, wilayah Nias Barat diguyur hujan dengan intensitas yang cukup tinggi, sehingga mengakibatkan banjir di beberapa lokasi akibat meluapnya sungai Moro’o, Sungai Lahomi dan beberapa sungai-sungai-sungai kecil lainnya.

Untuk itu, pemerintah mengimbau kepada masyarakat agar tetap waspada dan berupaya untuk melakukan tindakan preventif kesiapsiagaan darurat bencana dengan menghubungi BPBD melalui pemerintah desa dan kecamatan, sehingga upaya-upaya penanganan dapat segera dilakukan.

Gubsu Keluarkan SE

Menyikapi warning BMKG, Gubernur Sumatera Utara (Gubsu), Edy Rahmayadi mengeluarkan Surat Edaran Nomor: 360/13682 mengenai potensi bencana di Sumut. Gubsu memberikan peringatan dini akan potensi banjir, longsor, kebakaran hutan/lahan dan angin kencang di Sumut. Surat edaran tersebut ditujukan ke bupati/wali kota se-Sumut.

“Benar, Gubsu telah mengeluarkan surat edaran terkait peringatan dini potensi bencana,” kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut, Aris Yudhariansyah kepada wartawan, kemarin.

Diakuinya, surat edaran ini berdasarkan Surat BMKG I Medan Nomor : ME 02 05/1118/KBB1/X/2022 Perihal Potensi Bencana Hidrometeorologi Bulan November 2022 tanggal 20 Oktober 2022. Untuk itu, Gubernur Edy meminta ke bupati/wali kota untuk melakukan langkah-langkah, diantaranya melakukan sosialisasi kesiap-siagaan antisipasi banjir/longsor kepada masyarakat, terutama di kawasan daerah aliran sungai dari hulu hingga hilir.

Kemudian menyiagakan sumber daya perangkat daerah, masyarakat, media massa, dunia usaha dan perguruan tinggi guna antisipasi terjadinya banjir/longsor di wilayah masing masing, terutama di kawasan yang rawan terjadi bencana akibat curah hujan yang tinggi. Menata kembali kawasan perumahan, permukiman, pertanian dan bangunan lainnya yang berada pada kawasan / daerah rawan banjir dengan mempedomani RTRW.

“Selain itu, mengoptimalkan peran tugas pokok dan fungsi badan penanggulangan bencana daerah sebagai koordinator dan perangkat daerah dalam penanggulangan bencana. Memfasilitasi hubungan kerjasama antar Stakeholder di dalam wilayahnya maupun wilayah Kabupaten/Kota beda Provinsi dalam pelaksanaan penanggulangan bencana gerakan tanah / tanah longsor dan banjir di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya,” kata Aris mengutip surat edaran Gubsu tersebut.

Kemudian, lanjut Aris, bupati dan wali kota diminta melakukan koordinasi dengan Pemerintah Pusat, Instansi Vertikal di wilayahnya dan pihak-pihak terkait lainnya dalam penanggulangan bencana gerakan tanah/tanah longsor dan banjir serta melibatkan partisipasi dunia usaha, masyarakat, perguruan tinggi dan media massa

. ”Senantiasa menyiapkan SDM (Satgas), logistik dan peralatan kebencanaan. Mengecek kembali daerah-daerah rawan dan ancaman bencana sertajalan jalan berpotensi longsor.

“Juga mengingatkan kepada masyarakat untuk memperkuat struktur bangunan rumah yang mudah rusak apabila di terpa angin kencang. Mengikuti protokoler kesehatan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam melaksanakan peringatan dini selama pandemi Covid-19 di Sumatera Utara. Diharapkan langkah-langkah ini bisa terapkan pada masyarakat terutama diwilayah yang berpotensi bencana,” kata Aris. (gus/bbs/adz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/