26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Vaksinasi Covid-19: IDI Dukung Nakes Duluan Disuntik

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Daeng M Faqih, mengklarifikasi pemberitaan tentang IDI menolak vaksin Corona. Menurut IDI, berita itu tidak benar. IDI menegaskan, sangat mendukung vaksin dan vaksinasi COVID-19.

Tim New Normal IDI juga ikut terjun mensosialisasikan dan mengkampanyekan protokol kesehatan, temasuk manfaat vaksin dan vaksinasi. Dampak pemberitaan IDI menolak vaksin dapat memengaruhi kepercayaan masyarakat. “Kami perlu klarifikasi pemberitaan IDI menolak vaksin Corona. Bahwa apa yang ada di dalam pemberitaan tidak cocok dengan upaya yang sudah dilakukan IDI,” ungkap Daeng saat jumpa pers di Kantor Sekretariat PB IDI, Jakarta, Senin (14/12).

“Adanya pemberitaan seperti ini, kami memandang akan berdampak terhadap pandangan masyarakat soal vaksin Corona. vaksin persoalan kesehatan. Kalau IDI saja menolak bagaimana dengan masyarakat.”

Dalam hal ini, kata daeng, masyarakat bisa saja enggan atau tidak mendukung pelaksanaan vaksinasi Corona nanti. Kepercayaan masyarakat terhadap vaksin COVID-19 bisa menurun. “Kami khawatir berita itu (IDI menolak vaksin Corona) akan berkembang pendapat dari masyarakat, ‘IDI saja, menolak apalagi kami.’ Karena mungkin IDI dan dokter lebih mengetahui masalah kesehatan, obat atau vaksin,” jelas Daeng.

“Ini yang perlu kami klarifikasi. kalau dibiarkan, kami khawatir program vaksinasi COVID-19 akan mengalami kendala ke depannya.”

IDI tetap mendukung vaksin dan vaksinasi COVID-19 serta menyerahkan kepercayaan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam hal pemberian izin, keamanan, dan efektivitas vaksin.

Tenaga kesehatan pun diprioritaskan menjadi yang pertama penyuntikan vaksin Corona. “Kami sangat sadar. Profesi kami rentan, bahkan sangat rentan karena berhadapan dengan pasien. Sudah 200 orang dokter meninggal akibat COVID-19, perawat di atas 130 orang meninggal. Belum juga bidan banyak tertular COVID-19,” terang Daeng.

“Kalau kami diprioritaskan sebagai penerima pertama penyuntikan vaksin, ini tentu hal yang baik. Supaya petugas kesehatan tidak tertular dan bisa terus merawat pasien.”

Distribusi Terkendala Geografis

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Oscar Primadi, menyebut pemerintah masih terus menyiapkan proses vaksinasi Covid-19. Namun ada sejumlah tantangan dalam proses ini. Kondisi wilayah Indonesia yang luas diperkirakan menjadi kendala tersendiri dalam distribusi vaksin.

“Masih ada daerah-daerah yang disebut daerah terpencil, kemudian daerah perbatasan, daerah kepulauan. Salah satu kendala geografis ini yang menjadi persoalan,” kata Oscar dalam tayangan YouTube FMB9ID_IKP, Senin (14/12).

Dengan kondisi geografis Indonesia yang demikian, kata Oscar, tenaga kesehatan dan vaksinator harus berupaya lebih keras untuk menjangkau daerah-daerah sulit. Tak hanya itu, selama proses distribusi, vaksin harus tetap berada dalam suhu dingin. Hal ini demi menjaga kualitas dan efektivitas vaksin. Oleh karena itu, kata Oscar, pemerintah juga tengah menyiapkan sistem rantai dingin atau cold chain untuk proses distribusi vaksin.

“Tata kelola rantai dinginnya, cold chain-nya, yang mana kita pahami sendiri kalau berkenaan dengan vaksin ini harus ada perlakuan khusus di dalam mendistribusikannya,” ujar dia.

Masih dalam rangka menyiapkan vaksinasi, Oscar menyebut, hingga 5 Desember 2020 pemerintah telah melakukan pelatihan terhadap 12.408 vaksinator. Jumlah ini tersebar di 21 provinsi. Selain itu, ada 29.635 vaksinator di 34 provinsi yang telah mengikuti workshop persiapan vaksinasi. “Artinya semuanya berjalan sesuai dengan rencana kita dan insyaallah kesiapan-kesiapan itu juga kita jaga dari sisi jumlah, proporsional, dari semua provinsi akan tercakup,” kata dia.

Sebelumnya diberitakan, 1,2 dosis vaksin Covid-19 dari Sinovac tiba di Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta pada Minggu (6/12) malam. Presiden Joko Widodo mengatakan, butuh waktu sekitar tiga hingga empat pekan bagi BPOM untuk mengkaji dan mengeluarkan izin edar darurat vaksin tersebut. Sebanyak 1,2 juta dosis vaksin Covid-19 yang tiba pada Minggu malam merupakan vaksin siap suntik.

Jokowi mengatakan, akan ada 1,8 juta dosis vaksin siap suntik yang akan tiba pada Januari 2021. Selain itu, pada Januari 2021 juga akan tiba 45 juta dosis bahan baku curah untuk pembuatan vaksin Covid-19. Sebanyak 45 juta dosis itu akan tiba dalam dua gelombang. (lp6)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Daeng M Faqih, mengklarifikasi pemberitaan tentang IDI menolak vaksin Corona. Menurut IDI, berita itu tidak benar. IDI menegaskan, sangat mendukung vaksin dan vaksinasi COVID-19.

Tim New Normal IDI juga ikut terjun mensosialisasikan dan mengkampanyekan protokol kesehatan, temasuk manfaat vaksin dan vaksinasi. Dampak pemberitaan IDI menolak vaksin dapat memengaruhi kepercayaan masyarakat. “Kami perlu klarifikasi pemberitaan IDI menolak vaksin Corona. Bahwa apa yang ada di dalam pemberitaan tidak cocok dengan upaya yang sudah dilakukan IDI,” ungkap Daeng saat jumpa pers di Kantor Sekretariat PB IDI, Jakarta, Senin (14/12).

“Adanya pemberitaan seperti ini, kami memandang akan berdampak terhadap pandangan masyarakat soal vaksin Corona. vaksin persoalan kesehatan. Kalau IDI saja menolak bagaimana dengan masyarakat.”

Dalam hal ini, kata daeng, masyarakat bisa saja enggan atau tidak mendukung pelaksanaan vaksinasi Corona nanti. Kepercayaan masyarakat terhadap vaksin COVID-19 bisa menurun. “Kami khawatir berita itu (IDI menolak vaksin Corona) akan berkembang pendapat dari masyarakat, ‘IDI saja, menolak apalagi kami.’ Karena mungkin IDI dan dokter lebih mengetahui masalah kesehatan, obat atau vaksin,” jelas Daeng.

“Ini yang perlu kami klarifikasi. kalau dibiarkan, kami khawatir program vaksinasi COVID-19 akan mengalami kendala ke depannya.”

IDI tetap mendukung vaksin dan vaksinasi COVID-19 serta menyerahkan kepercayaan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam hal pemberian izin, keamanan, dan efektivitas vaksin.

Tenaga kesehatan pun diprioritaskan menjadi yang pertama penyuntikan vaksin Corona. “Kami sangat sadar. Profesi kami rentan, bahkan sangat rentan karena berhadapan dengan pasien. Sudah 200 orang dokter meninggal akibat COVID-19, perawat di atas 130 orang meninggal. Belum juga bidan banyak tertular COVID-19,” terang Daeng.

“Kalau kami diprioritaskan sebagai penerima pertama penyuntikan vaksin, ini tentu hal yang baik. Supaya petugas kesehatan tidak tertular dan bisa terus merawat pasien.”

Distribusi Terkendala Geografis

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Oscar Primadi, menyebut pemerintah masih terus menyiapkan proses vaksinasi Covid-19. Namun ada sejumlah tantangan dalam proses ini. Kondisi wilayah Indonesia yang luas diperkirakan menjadi kendala tersendiri dalam distribusi vaksin.

“Masih ada daerah-daerah yang disebut daerah terpencil, kemudian daerah perbatasan, daerah kepulauan. Salah satu kendala geografis ini yang menjadi persoalan,” kata Oscar dalam tayangan YouTube FMB9ID_IKP, Senin (14/12).

Dengan kondisi geografis Indonesia yang demikian, kata Oscar, tenaga kesehatan dan vaksinator harus berupaya lebih keras untuk menjangkau daerah-daerah sulit. Tak hanya itu, selama proses distribusi, vaksin harus tetap berada dalam suhu dingin. Hal ini demi menjaga kualitas dan efektivitas vaksin. Oleh karena itu, kata Oscar, pemerintah juga tengah menyiapkan sistem rantai dingin atau cold chain untuk proses distribusi vaksin.

“Tata kelola rantai dinginnya, cold chain-nya, yang mana kita pahami sendiri kalau berkenaan dengan vaksin ini harus ada perlakuan khusus di dalam mendistribusikannya,” ujar dia.

Masih dalam rangka menyiapkan vaksinasi, Oscar menyebut, hingga 5 Desember 2020 pemerintah telah melakukan pelatihan terhadap 12.408 vaksinator. Jumlah ini tersebar di 21 provinsi. Selain itu, ada 29.635 vaksinator di 34 provinsi yang telah mengikuti workshop persiapan vaksinasi. “Artinya semuanya berjalan sesuai dengan rencana kita dan insyaallah kesiapan-kesiapan itu juga kita jaga dari sisi jumlah, proporsional, dari semua provinsi akan tercakup,” kata dia.

Sebelumnya diberitakan, 1,2 dosis vaksin Covid-19 dari Sinovac tiba di Indonesia melalui Bandara Soekarno-Hatta pada Minggu (6/12) malam. Presiden Joko Widodo mengatakan, butuh waktu sekitar tiga hingga empat pekan bagi BPOM untuk mengkaji dan mengeluarkan izin edar darurat vaksin tersebut. Sebanyak 1,2 juta dosis vaksin Covid-19 yang tiba pada Minggu malam merupakan vaksin siap suntik.

Jokowi mengatakan, akan ada 1,8 juta dosis vaksin siap suntik yang akan tiba pada Januari 2021. Selain itu, pada Januari 2021 juga akan tiba 45 juta dosis bahan baku curah untuk pembuatan vaksin Covid-19. Sebanyak 45 juta dosis itu akan tiba dalam dua gelombang. (lp6)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/