26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Di Penjara, Arif Ngaku Seorang Guru

Kadivhumas Mabes Polri Irjen Anton Charliyan menjelaskan, ada dua senjata jenis FN dan rakitan yang ditemukan dalam aksi teror tersebut. Saat ini senjata itu sedang diperiksa Puslabfor Polri. ”Semuanya diperiksa mendalam,” tuturnya.

Namun, soal asal dari senjata itu bisa diprediksi, yakni kiriman dari luar negeri, sisa konflik atau merupakan barang curian. Semua kemungkinan itu bisa saja menjadi asal muasal dari pistol yang digunakan oleh para pelaku.

”Tapi, kemungkinan yang paling kecil adalah kiriman dari luar negeri. Itu karena memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk mengirim ke Indonesia. Kalau mengirim juga tentunya lebih baik dalam jumlah besar ,” paparnya.

Karena itu, kemungkinan paling besar tentunya membeli di Indonesia. Tentunya yang berupa rakitan dan untuk yang organik itu sisa dari konflik. ”Namun, untuk kepastiannya tunggu dari Puslabfor ya. Semua diperiksa mendetil,” tegasnya.

Terkait lima bom yang ditemukan, Anton menjelaskan bahwa bom rakitan itu berdaya ledak rendah. Namun, ada satu bom yang ukurannya ekstra besar, kemungkinan berdaya ledak tinggi. ”Dengan ada bom ukuran besar, kami menduga ini untuk meledakkan saat sudah berkumpul banyak petugas dan masyarakat. Biar dampaknya lebih besar,” tuturnya.

Soal asal muasal bom rakitan, dia mengaku belum mengetahui. Nantinya, Puslabfor Polri yang akan mengumumkan terkait bom tersebut. ”Masih diperiksa, yang pasti ada kandungan gotri, paku dan semacamnya,’ jelasnya.

Untuk zat kimia dalam bom tersebut, juga belum diketahui. Dia mengatakan bahwa yang pasti bom ini dirakit di Indonesia. Tentunya, dengan membeli bahan-bahan kimia di Indonesia. ”Sekarang ini ada banyak cara merakit bom dan bahannya juga bermacam-macam,” ujarnya. (idr/jpnn)

Kadivhumas Mabes Polri Irjen Anton Charliyan menjelaskan, ada dua senjata jenis FN dan rakitan yang ditemukan dalam aksi teror tersebut. Saat ini senjata itu sedang diperiksa Puslabfor Polri. ”Semuanya diperiksa mendalam,” tuturnya.

Namun, soal asal dari senjata itu bisa diprediksi, yakni kiriman dari luar negeri, sisa konflik atau merupakan barang curian. Semua kemungkinan itu bisa saja menjadi asal muasal dari pistol yang digunakan oleh para pelaku.

”Tapi, kemungkinan yang paling kecil adalah kiriman dari luar negeri. Itu karena memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk mengirim ke Indonesia. Kalau mengirim juga tentunya lebih baik dalam jumlah besar ,” paparnya.

Karena itu, kemungkinan paling besar tentunya membeli di Indonesia. Tentunya yang berupa rakitan dan untuk yang organik itu sisa dari konflik. ”Namun, untuk kepastiannya tunggu dari Puslabfor ya. Semua diperiksa mendetil,” tegasnya.

Terkait lima bom yang ditemukan, Anton menjelaskan bahwa bom rakitan itu berdaya ledak rendah. Namun, ada satu bom yang ukurannya ekstra besar, kemungkinan berdaya ledak tinggi. ”Dengan ada bom ukuran besar, kami menduga ini untuk meledakkan saat sudah berkumpul banyak petugas dan masyarakat. Biar dampaknya lebih besar,” tuturnya.

Soal asal muasal bom rakitan, dia mengaku belum mengetahui. Nantinya, Puslabfor Polri yang akan mengumumkan terkait bom tersebut. ”Masih diperiksa, yang pasti ada kandungan gotri, paku dan semacamnya,’ jelasnya.

Untuk zat kimia dalam bom tersebut, juga belum diketahui. Dia mengatakan bahwa yang pasti bom ini dirakit di Indonesia. Tentunya, dengan membeli bahan-bahan kimia di Indonesia. ”Sekarang ini ada banyak cara merakit bom dan bahannya juga bermacam-macam,” ujarnya. (idr/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/