JAKARTA-Seluruh kegiatan penambangan di PT Freeport Indonesia di Tembagapura, Mimika, Papua Barat, dihentikan sementara menyusul runtuhnya terowongan tambang Big Gossan pada Selasa (14/5). Penghentian sementara dilakukan untuk memaksimalkan upaya evakuasi serta mengakomodasi para karyawan yang tengah berduka.
Hingga kemarin, upaya penyelamatan para pekerja yang terjebak masih dilakukan dengan alat-alat sederhana, karena sangat berisiko bagi pekerja bila evakuasi dilakukan dengan menggunakan alat-alat penambangan yang canggih. Freeport juga memperbarui data karyawan yang menjadi korban.
Hingga kemarin petang sekitar pukul 18.30 WIT , terdapat 39 orang korban yang terperangkap. Sebanyak 17 orang telah dievakuasi, terdiri dari 4 korban meninggal dan 13 korban selamat dengan menderita luka-luka.
Empat korban tewas teridentifikasi sebagai Mateus Marandof, Selpianus Edowai, Yapinus Tabuni, dan Aan Nugraha. “Sisanya (sebanyak 25 orang) masih diupayakan untuk dievakuasi,” ujar Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Thamrin Sihite kemarin (15/5).
Tim Emergency Response Group PT Freeport Indonesia terus berupaya mencari para korban yang terjebak dalam reruntuhan tambang bawah tanah Big Gossan, Tembagapura. Kapolsek Tembagapura AKP Sudirman mengatakan upaya pencarian para korban terkendala karena material batu terus berjatuhan. “Sangat sulit untuk menemukan para korban karena material bebatuan terus berjatuhan. Jadi, harus hati-hati agar tidak sampai membahayakan korban yang masih hidup,” ujar Sudirman.
Kapolsek Tembagapura AKP Sudirman mengaku tidak bisa datang ke lokasi untuk memantau proses evakuasi dan pencarian para korban lantaran ruas jalan di Ridge Camp Mil 74 diblokade karyawan Freeport sejak Rabu siang.
Penutupan ruas jalan utama ke lokasi tambang terbuka Grassberg, tambang bawah tanah (Underground) dan pabrik pengolahan biji di Mil 74 itu dilakukan rekan-rekan korban sebagai bentuk solidaritas atas peristiwa yang menimpa rekan-rekan mereka.
Penutupan ruas jalan utama menuju lokasi tambang Freeport itu dilakukan oleh sekitar 500 karyawan Freeport sejak Rabu siang, di mana sebagian besar adalah pekerja lokal asal tujuh suku di sekitar areal pertambangan Freeport.
“Mereka minta tidak boleh ada kegiatan produksi karena harus fokus untuk melakukan evakuasi para korban di reruntuhan terowongan Big Gossan,” jelas Sudirman.
Ia juga mengaku tidak mengetahui kondisi 10 pekerja yang dirawat di RS SOS Tembagapura itu. (mia/kim)