32.8 C
Medan
Monday, April 29, 2024

Ah, Sudah 15 Tahun Debat Penentuan 1 Syawal

Isbat teropong-Ilustrasi
Isbat teropong-Ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Hari ini (16/7) Kementrian Agama (Kemenag) akan menggelar sidang isbat  untuk menentukan penetapan 1 Syawal sebagai hari perayaan Idul Fitri.

Dalam rapat yang bakal berjalan tertutup tersebut, Muhammadiyah mengaku akan kembali mengusulkan dibuatnya kalender Islam dunia untuk penetapan tanggal Hijriah. Namun, hal tersebut diakui kemenag sulit disetujui oleh pemerintah.

Direktur Jenderal Bina Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama Machasin menyatakan, kemungkinan Muhammadiyah mengajukan usul terkait kalender Islam memang tinggi. Pihak Muhammadiyah pun sudah berkomunikasi kepada pihak pemerintah untuk merealisasikan usulan tersebut. Namun, pemerintah sampai saat ini masih belum setuju.

“Pembuatan sistem kalender islam secara global butuh disiplin ilmu yang tepat dan otoritas yang mengatur. Itu tidak bisa diciptakan dalam satu dua tahun,” terangnya kepada Jawa Pos kemarin (15/7).

Salah satu hal yang mempersulit adalah pendapat penentuan 1 Syawal yang masih saling silang. Menurutnya, dua metode yakni hisab (menghitung 1 Syawal dengan formula perhitungan) dan rukyat (melihat hilal dengan mata) masih menjadi perdebatan.

“Kalau pembicaraan ini sudah klise. Kami sudah berdiskusi selama 15 tahun dan belum mencapai kesepakatan,” ujarnya

Sebenarnya, pemerintah sudah menemukan jalan tengah di antara dua cara tersebut. Yakni menggunakan formula yang lebih tepat, sehingga hilal sudah dipastikan bisa dilihat.

“Biasanya kan menggunakan formula dua derajat di atas cakrawala, tiga derajat sudut dengan matahari dan satu conjunction dengan matahari selama delapan jam. Rumus itu diubah menjadi tiga, lima, sembilan, sehingga lebih bisa diterima,” ungkapnya.

Dalam hal tersebut, Nahdlatul Ulama (NU) pun sudah setuju dengan metode tersebut. Namun , beberapa elemen organisasi islam yang masih tegas untuk menggunakan metode Rukyat untuk menentukan 1 Syawal adalah NU.

Selain itu adalah organisasi Persatuan Islam (Persis) yang mengharuskan metode rukyat, melihat hilal secara langsung sebelum menentukan 1 Syawal.

“Karena itu, kami belum tahu bagaimana keputusan nanti. Tapi, untuk tahun ini sepertinya baru dipastikan dengan melihat hilal terlebih dahulu,” ujarnya. (bil/end)

Isbat teropong-Ilustrasi
Isbat teropong-Ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Hari ini (16/7) Kementrian Agama (Kemenag) akan menggelar sidang isbat  untuk menentukan penetapan 1 Syawal sebagai hari perayaan Idul Fitri.

Dalam rapat yang bakal berjalan tertutup tersebut, Muhammadiyah mengaku akan kembali mengusulkan dibuatnya kalender Islam dunia untuk penetapan tanggal Hijriah. Namun, hal tersebut diakui kemenag sulit disetujui oleh pemerintah.

Direktur Jenderal Bina Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama Machasin menyatakan, kemungkinan Muhammadiyah mengajukan usul terkait kalender Islam memang tinggi. Pihak Muhammadiyah pun sudah berkomunikasi kepada pihak pemerintah untuk merealisasikan usulan tersebut. Namun, pemerintah sampai saat ini masih belum setuju.

“Pembuatan sistem kalender islam secara global butuh disiplin ilmu yang tepat dan otoritas yang mengatur. Itu tidak bisa diciptakan dalam satu dua tahun,” terangnya kepada Jawa Pos kemarin (15/7).

Salah satu hal yang mempersulit adalah pendapat penentuan 1 Syawal yang masih saling silang. Menurutnya, dua metode yakni hisab (menghitung 1 Syawal dengan formula perhitungan) dan rukyat (melihat hilal dengan mata) masih menjadi perdebatan.

“Kalau pembicaraan ini sudah klise. Kami sudah berdiskusi selama 15 tahun dan belum mencapai kesepakatan,” ujarnya

Sebenarnya, pemerintah sudah menemukan jalan tengah di antara dua cara tersebut. Yakni menggunakan formula yang lebih tepat, sehingga hilal sudah dipastikan bisa dilihat.

“Biasanya kan menggunakan formula dua derajat di atas cakrawala, tiga derajat sudut dengan matahari dan satu conjunction dengan matahari selama delapan jam. Rumus itu diubah menjadi tiga, lima, sembilan, sehingga lebih bisa diterima,” ungkapnya.

Dalam hal tersebut, Nahdlatul Ulama (NU) pun sudah setuju dengan metode tersebut. Namun , beberapa elemen organisasi islam yang masih tegas untuk menggunakan metode Rukyat untuk menentukan 1 Syawal adalah NU.

Selain itu adalah organisasi Persatuan Islam (Persis) yang mengharuskan metode rukyat, melihat hilal secara langsung sebelum menentukan 1 Syawal.

“Karena itu, kami belum tahu bagaimana keputusan nanti. Tapi, untuk tahun ini sepertinya baru dipastikan dengan melihat hilal terlebih dahulu,” ujarnya. (bil/end)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/