30 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Wartawan Berebut Colokan Listrik

Fasilitas Awak Media Minim

PALEMBANG-SEA Games XXVI/2011 sudah berjalan lima hari, medali demi medali sudah dikumpulkan oleh negara peserta. Namun, dibalik cerita sukses tiap negara tersebut, ada ketidaknyamanan yang dirasakan para awak media selama meliput even olahraga terbesar se-Asia Tenggara tersebut.

Ya, ketidaknyamanan terkait dengan buruknya pelayanan panitia terhadap para awak media, baik lokal maupun asing. Kondisi ini bukan hanya terjadi di Palembang, di Jakarta pun ternyata demikian. Padahal, pengalaman Jakarta harusnya lebih matang dibanding dengan pengalaman Palembang.

Seperti yang terjadi di venue bulu tangkis di Istora Senayan, Selasa (15/11). Pada partai final beregu putra yang mempertemukan Indonesia kontra Malaysia dan memang ditunggu-tunggu , banyak peliput asal Malaysia yang mengeluhkan minimnya fasilitas meja dan kursi di media centre.

“Kami melihat Indonesia tak menganggap SEA Games. Ini even internasional tapi fasilitasnya seperti even-even lokal kecil di Negara kami. Wifi tidak ada dan perlengkapan elektronik lainnya juga tidak ada. Kami kira Indonesia tidak serius,” tutur Rajes Paul, jurnalis asal harian The Star Malaysia.

Karena itu, akhirnya banyak jurnalis yang terpaksa menulis sambil lesehan ataupun meminjam meja panitia yang menjaga media centre. Bahkan, karena colokan listrik yang jumlahnya hanya satu, beberapa wartawan ada yang bersitegang berebut colokan.

Beruntung, tidak sampai terjadi keributan karena akhirnya ada jurnalis lain yang mengalah dan memberikan tempat untuk mencolokkan dan mendapat aliran listrik .

Saat dikonfirmasi kepada ketua Panpel bulu tangkis Mimi Irawan, dia menjelaskan bahwa masalah fasilitas media bukan menjadi tanggung jawabnya. Pihaknya hanya menyediakan meja dan kursi sesuai dengan yang diminta oleh Deputi III Inasoc.

“Ini bukan tanggung jawab saya, semuanya ini harusnya sudah disediakan oleh Deputi III. Mereka janjinya dari awal begitu, kami yang atur tempat, yang install perlengkapan mereka,” terang perempuan yang juga pengurus PB PBSI tersebut.

Masalah ini sebenarnya bukan hanya terjadi di Jakarta, di Palembang pun fasilitas yang disediakan oleh Inasoc jauh dari memadai. Jika dibandingkan dengan kejuaraan bulutangkis tingkat lokal pun masih kalah. Kondisi ini harusnya menjadi perhatian dari Inasoc karena membuat wajah Indonesia malu kepada negara lain akibat pelayanan yang buruk.(aam/jpnn)

Fasilitas Awak Media Minim

PALEMBANG-SEA Games XXVI/2011 sudah berjalan lima hari, medali demi medali sudah dikumpulkan oleh negara peserta. Namun, dibalik cerita sukses tiap negara tersebut, ada ketidaknyamanan yang dirasakan para awak media selama meliput even olahraga terbesar se-Asia Tenggara tersebut.

Ya, ketidaknyamanan terkait dengan buruknya pelayanan panitia terhadap para awak media, baik lokal maupun asing. Kondisi ini bukan hanya terjadi di Palembang, di Jakarta pun ternyata demikian. Padahal, pengalaman Jakarta harusnya lebih matang dibanding dengan pengalaman Palembang.

Seperti yang terjadi di venue bulu tangkis di Istora Senayan, Selasa (15/11). Pada partai final beregu putra yang mempertemukan Indonesia kontra Malaysia dan memang ditunggu-tunggu , banyak peliput asal Malaysia yang mengeluhkan minimnya fasilitas meja dan kursi di media centre.

“Kami melihat Indonesia tak menganggap SEA Games. Ini even internasional tapi fasilitasnya seperti even-even lokal kecil di Negara kami. Wifi tidak ada dan perlengkapan elektronik lainnya juga tidak ada. Kami kira Indonesia tidak serius,” tutur Rajes Paul, jurnalis asal harian The Star Malaysia.

Karena itu, akhirnya banyak jurnalis yang terpaksa menulis sambil lesehan ataupun meminjam meja panitia yang menjaga media centre. Bahkan, karena colokan listrik yang jumlahnya hanya satu, beberapa wartawan ada yang bersitegang berebut colokan.

Beruntung, tidak sampai terjadi keributan karena akhirnya ada jurnalis lain yang mengalah dan memberikan tempat untuk mencolokkan dan mendapat aliran listrik .

Saat dikonfirmasi kepada ketua Panpel bulu tangkis Mimi Irawan, dia menjelaskan bahwa masalah fasilitas media bukan menjadi tanggung jawabnya. Pihaknya hanya menyediakan meja dan kursi sesuai dengan yang diminta oleh Deputi III Inasoc.

“Ini bukan tanggung jawab saya, semuanya ini harusnya sudah disediakan oleh Deputi III. Mereka janjinya dari awal begitu, kami yang atur tempat, yang install perlengkapan mereka,” terang perempuan yang juga pengurus PB PBSI tersebut.

Masalah ini sebenarnya bukan hanya terjadi di Jakarta, di Palembang pun fasilitas yang disediakan oleh Inasoc jauh dari memadai. Jika dibandingkan dengan kejuaraan bulutangkis tingkat lokal pun masih kalah. Kondisi ini harusnya menjadi perhatian dari Inasoc karena membuat wajah Indonesia malu kepada negara lain akibat pelayanan yang buruk.(aam/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/