25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Pesawat Trigana Air Jatuh Itu Angkut Dana Rp6,5 Miliar untuk Orang Miskin

Uang yang dibawa adalah dana program simpanan keluarga sejahtera (PSKS) dari Kementerian Sosial yang hendak disalurkan untuk masyarakat miskin di Oksibil.
Uang yang dibawa adalah dana program simpanan keluarga sejahtera (PSKS) dari Kementerian Sosial yang hendak disalurkan untuk masyarakat miskin di Oksibil.

SUMUTPOS.CO – Pesawat Trigana Air yang jatuh di Gunung Tangok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, dipastikan membawa dana pemerintah sebesar Rp6,5 miliar.

Menurut Kepala Kantor Pos Jayapura, Haryono, uang tunai tersebut dijinjing empat pegawai PT Pos Indonesia yang menumpang pesawat. Mereka adalah Agustinus Luarmase, Teguh Warisman, MN Aragae, dan Yustinus Hurulean.

Uang itu adalah dana program simpanan keluarga sejahtera (PSKS) dari Kementerian Sosial yang hendak disalurkan Kantor Pos Jayapura untuk masyarakat miskin di Oksibil.

“Kami memang mengutus mereka ke sana mengingat dana yang dibawa dalam jumlah besar,” ujar Haryono kepada wartawan BBC Indonesia, Jerome Wirawan.

Haryono menyebutkan pemberian dana dalam bentuk tunai ke wilayah-wilayah terpencil ialah sesuatu yang rutin. Pasalnya, di daerah yang dituju kerap tidak dilengkapi fasilitas bank. Tidak jarang pula daerah tujuan belum memiliki listrik.

Infrastruktur
Soal minimnya infrastruktur di sejumlah daerah di Papua juga diutarakan Gerry Soejatman, pengamat penerbangan.

Disebutkan Gerry, landasan udara di Papua banyak yang belum memiliki menara pengatur lalu lintas udara (air traffic controller/ATC) dan stasiun pemantau cuaca.

“Fasilitas di Papua memang tidak memadai sehingga menimbulkan risiko. Karena itu, kapten penerbang di Papua tidak hanya harus benar-benar berpengalaman, tapi juga berpengalaman terbang di Papua. Pengetahuan navigasi dan kemampuan membaca perilaku cuaca para pilot di Papua mesti sangat bagus” ujarnya.

Konsekuensinya, kata Gerry, para pilot di Papua dapat menjadi instruktur penerbangan yang handal. “Mereka menjadi sumber pengalaman yang bagus.”
Menurutnya, wilayah Papua berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Selain pergerakan cuacanya berbeda, kontur pegunungan di Papua menyulitkan penerbang.

“Kalau hari ini hujan lebat, misalnya, keesokan harinya kabut sepanjang hari. Namun, penerbangan tidak bisa dibatalkan karena banyak orang tergantung dengan bahan makanan yang dibawa pesawat,” katanya.

Pencarian
Pesawat Trigana Air tipe ATR 42 mengangkut 44 orang dewasa, dua anak, tiga balita dan 5 kru pesawat., antara lain Kapten Pilot Hasanudin.

Pesawat dengan rute Sentani-Oksibil itu hilang kontak pada Minggu (16/08) siang.

Rute pesawat melewati wilayah pegunungan, Oksibil merupakan ibu kota Kabupaten Pegunungan Bintang Papua.

Kepala Penerangan Kodam Cenderawasih, Teguh Pujiharjo, mengatakan pihak Basarnas, TNI, dan Polri saat ini tengah mengerahkan 260 personel dari Oksibil untuk menemukan badan pesawat.

Adapun sebanyak delapan pesawat, termasuk tiga helikopter, diterbangkan dari Jayapura ke kawasan Gunung Tangok. (BBC)

Uang yang dibawa adalah dana program simpanan keluarga sejahtera (PSKS) dari Kementerian Sosial yang hendak disalurkan untuk masyarakat miskin di Oksibil.
Uang yang dibawa adalah dana program simpanan keluarga sejahtera (PSKS) dari Kementerian Sosial yang hendak disalurkan untuk masyarakat miskin di Oksibil.

SUMUTPOS.CO – Pesawat Trigana Air yang jatuh di Gunung Tangok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, dipastikan membawa dana pemerintah sebesar Rp6,5 miliar.

Menurut Kepala Kantor Pos Jayapura, Haryono, uang tunai tersebut dijinjing empat pegawai PT Pos Indonesia yang menumpang pesawat. Mereka adalah Agustinus Luarmase, Teguh Warisman, MN Aragae, dan Yustinus Hurulean.

Uang itu adalah dana program simpanan keluarga sejahtera (PSKS) dari Kementerian Sosial yang hendak disalurkan Kantor Pos Jayapura untuk masyarakat miskin di Oksibil.

“Kami memang mengutus mereka ke sana mengingat dana yang dibawa dalam jumlah besar,” ujar Haryono kepada wartawan BBC Indonesia, Jerome Wirawan.

Haryono menyebutkan pemberian dana dalam bentuk tunai ke wilayah-wilayah terpencil ialah sesuatu yang rutin. Pasalnya, di daerah yang dituju kerap tidak dilengkapi fasilitas bank. Tidak jarang pula daerah tujuan belum memiliki listrik.

Infrastruktur
Soal minimnya infrastruktur di sejumlah daerah di Papua juga diutarakan Gerry Soejatman, pengamat penerbangan.

Disebutkan Gerry, landasan udara di Papua banyak yang belum memiliki menara pengatur lalu lintas udara (air traffic controller/ATC) dan stasiun pemantau cuaca.

“Fasilitas di Papua memang tidak memadai sehingga menimbulkan risiko. Karena itu, kapten penerbang di Papua tidak hanya harus benar-benar berpengalaman, tapi juga berpengalaman terbang di Papua. Pengetahuan navigasi dan kemampuan membaca perilaku cuaca para pilot di Papua mesti sangat bagus” ujarnya.

Konsekuensinya, kata Gerry, para pilot di Papua dapat menjadi instruktur penerbangan yang handal. “Mereka menjadi sumber pengalaman yang bagus.”
Menurutnya, wilayah Papua berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Selain pergerakan cuacanya berbeda, kontur pegunungan di Papua menyulitkan penerbang.

“Kalau hari ini hujan lebat, misalnya, keesokan harinya kabut sepanjang hari. Namun, penerbangan tidak bisa dibatalkan karena banyak orang tergantung dengan bahan makanan yang dibawa pesawat,” katanya.

Pencarian
Pesawat Trigana Air tipe ATR 42 mengangkut 44 orang dewasa, dua anak, tiga balita dan 5 kru pesawat., antara lain Kapten Pilot Hasanudin.

Pesawat dengan rute Sentani-Oksibil itu hilang kontak pada Minggu (16/08) siang.

Rute pesawat melewati wilayah pegunungan, Oksibil merupakan ibu kota Kabupaten Pegunungan Bintang Papua.

Kepala Penerangan Kodam Cenderawasih, Teguh Pujiharjo, mengatakan pihak Basarnas, TNI, dan Polri saat ini tengah mengerahkan 260 personel dari Oksibil untuk menemukan badan pesawat.

Adapun sebanyak delapan pesawat, termasuk tiga helikopter, diterbangkan dari Jayapura ke kawasan Gunung Tangok. (BBC)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/