27 C
Medan
Wednesday, July 3, 2024

Ideal untuk Bersembunyi karena Ada di Sudut Jalan Buntu

Mencari Rumah Sewa Nunun Nurbaeti di Bangkok

Setelah bertanya ke beberapa kantor polisi di Bangkok, Thailand, Jawa Pos akhirnya berhasil menemukan rumah yang disewa Nunun Nurbaeti. Di rumah yang berada di kawasan elite itulah Nunun ditangkap.

“ALAMATNYA di 98/43 Nantawan Housing, Jalan Ramkhamhaeng 94.” Itu adalah pesan singkat yang masuk ke BlackBerry Messenger (BBM) Jawa Pos (Grup Sumut Pos) yang berada di Bangkok dini hari, Kamis (15/12). Pesan itu berasal dari salah seorang sumber yang layak dipercaya.
Menurut sumber tersebut, alamat itu adalah rumah sewaan yang ditempati Nunun hingga ditangkap aparat Thailand. “Hati-hati, penyewa rumah itu adalah pengusaha penting di sana (Bang kok). Dia teman Nunun,” lanjut sumber tersebut.

Memang, meski Nunun sudah ditangkap dan dipulangkan ke Indonesia pada Sabtu lalu (10/12), tidak mudah memperoleh alamat rumah persembunyian Nunun. Semua pihak, baik di Jakarta maupun Bangkok, terkesan sangat menutupi kejadian penangkapan tersebut.

Sejak Senin (12/12) Jawa Pos berusaha mencari rumah tersebut dengan mendatangi berbagai kantor polisi yang berdekatan dengan Distrik Saphan Sung tempat Nunun ditangkap. Beberapa kantor polisi yang didatangi Jawa Pos itu, antara lain, Royal Thai Police Distrik Bangkok Division 3 yang berada di Min Buri dan Royal Thai Police Distrik Bangkok Division 4 yang terletak di Bangchan.

Jawaban para polisi di dua kantor polisi tersebut ketika ditanya nama Nunun sama. Yakni, tidak tahu. “Tidak ada catatannya di sini,” kata Sersan Nanthawat setelah mencari dalam database di jaringan komputernya.

Mereka lalu menyarankan Jawa Pos mencari data tersebut ke pihak Interpol Thailand yang berkantor di Mabes Royak Thai Police, Bangkok. Setali tiga uang dengan polisi wilayah, Interpol Thailand juga seakan menutup diri atas peristiwa penangkapan Nunun.

Di markas Interpol Thailand, seorang perwira perempuan yang biasa berhubungan dengan KBRI (Kedutaan Besar RI) dan tidak mau namanya dikorankan mengatakan bahwa pihaknya tidak bisa memberikan informasi apa pun terkait hal tersebut (penangkapan Nunun, Red). Alasannya, Interpol Thailand tidak mengetahui dan tidak dilibatkan dalam operasi penangkapan itu.

Menurut dia, pihak Interpol baru diberi laporan setelah penangkapan Nunun. Laporan itu pun datang dari pihak KBRI. “Mungkin, ini operasi intelijen atau kejaksaan,” tegasnya.

Di tengah sulit mendapatkan alamat yang jelas tempat Nunun ditangkap, muncul pesan yang masuk lewat BBM tadi. Alamat tersebut merupakan salah satu perumahaan elite di Distrik Saphan Sung, sekitar 18 kilometer arah timur laut dari Bangkok.

Perumahan itu berada di pinggir jalan utama Ramkhanghaeng. Selain itu, dalam pencarian di internet, perumahan Nantawan juga dikenal sebagai salah satu perumahan yang memiliki banyak stok rumah sewa. Saphan Sung sendiri adalah sebuah distrik yang sedang berkembang.

Distrik tersebut memang lebih banyak dimanfaatkan untuk pengembangan properti mewah. Jadi, tidak hanya perumahan tempat Nunun yang termasuk mewah. Setidaknya ada sekitar sepuluh lebih perumahan mewah yang berada di distrik seluas 28 kilometer persegi dengan jumlah penduduk sekitar 88 ribu jiwa itu.

Layaknya perumahan mewah, penjagaan di perumahan Nantawan Housing cuga cukup ketat. Tiga petugas keamanan berpakaian putih hitam tampak berjaga-jaga di pos penjagaan.

Nah, agar tidak dicurigai, Jawa Pos datang dengan mengaku ingin menyewa salah satu rumah seperti yang tercantum dalam sebuah situs persewaan properti. Dua petugas keamanan itu meminta kartu identitas sebelum memperbolehkan masuk. “Kami ingin melihat rumah 98/43. Katanya ada yang disewakan,” ujar salah seorang pendamping koran ini (sebut saja Abidin).

Petugas tersebut memperbolehkan masuk. Namun, sebelumnya dia mengontak rekan penjaga lainnya bahwa ada tamu yang ingin melihat rumah dengan alamat tersebut. Perumahan itu begitu asri. Didominasi warna krem dengan gaya bangunan mediterania semakin membuat perumahan itu berkesan mewah.

Rumah sewaan Nunun berjarak sekitar 500 meter dari gerbang penjagaan utama. Setelah melewati lima gang, belok ke kanan. Berdasar pengamatan Jawa Pos, rumah yang ditempati Nunun memang layak digunakan sebagai persembuyian. Sebab, letaknya di sudut jalan buntu.

Tak hanya itu, suasana perumahan tesebut sangat sunyi. Siang kemarin tak ada aktivitas yang tampak dari rumah tetangga-tetangga depan dan sebelah rumah yang ditempati Nunun. “Di sini memang sunyi,” ujar petugas yang sudah berjaga di depan rumah tersebut atas perintah rekannya di pos penjagaan.

Petugas itu lalu mengatakan bahwa rumah tersebut sudah tidak berpenghuni beberapa hari lalu. Namun, dia tidak mengetahui ke mana para penghuninya. Berdasar pantauan Jawa Pos, kondisi ruangan di dalam rumah tersebut sangat bersih. Kaca-kaca jendela di lantai 1 dan 2 juga tampak tidak berdebu. Yang tampak sangat bedebu dan kusam adalah bagian teras rumah tersebut.

Dua kursi dan sebuah meja besi tidak tertata beraturan di teras luar. Catnya mulai mengelupas. Selain itu, sebuah kursi goyang dan meja yang terbuat dari kayu yang berada pas di depan pintu utama juga terlihat kusam seperti tak terawat.

Sekuriti itu mengatakan bahwa tidak pernah ada aktivitas mencolok di rumah tersebut. Seingat dia, orang-orang di rumah tersebut hanya keluar dengan menggunakan mobil. “Tapi, saya tidak hafal apa mobilnya. Tugas saya luas dan selalu bergantian,” katanya saat ditanya apa jenis mobil yang biasa keluar masuk rumah itu.

Begitu pula saat ditanya apakah pernah melihat seorang perempuan berkerudung keluar rumah, dia mengatakan tidak pernah melihat. Jawa Pos berusaha meminta izin masuk rumah tersebut. Tapi, seorang staf petugas di sana tidak bisa mengabulkan lantaran harus seizin pemilik rumah.

Kun Nan, manajer kantor perumahan, menuturkan bahwa rumah tersebut memang disewakan. Lantas, dia menjelaskan bahwa tarif sewa rumah itu THB 35 ribu per bulan atau setara dengan Rp 10.500.000 per bulan. Dia menerangkan, rumah tersebut terdiri atas tiga kamar tidur dan tiga kamar mandi.

Bagi seorang pelarian seperti Nunun, rumah tersebut termasuk rumah yang mewah. Selain dengan fasilitas mewah, di dalam rumah itu terdapat perabotan lengkap. Apalagi, Nan mengatakan bahwa perabot di dalam merupakan perabot-perabotan mewah. Belum lagi fasilitas perumahan yang memanjakan para penghuninya. Misalnya, kolam renang, fitness center, ruang pertemuan, dan lainnya.

Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari penghuni juga tidak perlu bersusah-susah. Pasalnya, perumahan tersebut berada di pinggir jalan utama dan di sana berjejer ruko-ruko yang menjual segala macam kebutuhan.

Mungkin dalam benak seorang buron, hal yang paling penting dalam memilih tempat bersembunyi adalah akses untuk melarikan diri. Ya, mungkin itu menjadi salah satu alasan pihak Nunun memilih rumah tersebut. Pasalnya, ada akses dari perumahan tersebut menuju Bandara Internasional Suvarnabhumi.

Begitu keluar perumahan, sekitar satu kilometer adalah gerbang tol. “Kalau tidak macet, perjalanan hanya memerlukan waktu 15 menit,” kata Nan.

Namun, saat ditanya apakah dirinya mengetahui ada penghuni bernama Nunun Nurbaeti, dia mengatakan tidak. Tentang adanya penangkapan di rumah itu pada Rabu pagi, Nan juga tidak mengetahui.(c4/kum/jpnn)

Mencari Rumah Sewa Nunun Nurbaeti di Bangkok

Setelah bertanya ke beberapa kantor polisi di Bangkok, Thailand, Jawa Pos akhirnya berhasil menemukan rumah yang disewa Nunun Nurbaeti. Di rumah yang berada di kawasan elite itulah Nunun ditangkap.

“ALAMATNYA di 98/43 Nantawan Housing, Jalan Ramkhamhaeng 94.” Itu adalah pesan singkat yang masuk ke BlackBerry Messenger (BBM) Jawa Pos (Grup Sumut Pos) yang berada di Bangkok dini hari, Kamis (15/12). Pesan itu berasal dari salah seorang sumber yang layak dipercaya.
Menurut sumber tersebut, alamat itu adalah rumah sewaan yang ditempati Nunun hingga ditangkap aparat Thailand. “Hati-hati, penyewa rumah itu adalah pengusaha penting di sana (Bang kok). Dia teman Nunun,” lanjut sumber tersebut.

Memang, meski Nunun sudah ditangkap dan dipulangkan ke Indonesia pada Sabtu lalu (10/12), tidak mudah memperoleh alamat rumah persembunyian Nunun. Semua pihak, baik di Jakarta maupun Bangkok, terkesan sangat menutupi kejadian penangkapan tersebut.

Sejak Senin (12/12) Jawa Pos berusaha mencari rumah tersebut dengan mendatangi berbagai kantor polisi yang berdekatan dengan Distrik Saphan Sung tempat Nunun ditangkap. Beberapa kantor polisi yang didatangi Jawa Pos itu, antara lain, Royal Thai Police Distrik Bangkok Division 3 yang berada di Min Buri dan Royal Thai Police Distrik Bangkok Division 4 yang terletak di Bangchan.

Jawaban para polisi di dua kantor polisi tersebut ketika ditanya nama Nunun sama. Yakni, tidak tahu. “Tidak ada catatannya di sini,” kata Sersan Nanthawat setelah mencari dalam database di jaringan komputernya.

Mereka lalu menyarankan Jawa Pos mencari data tersebut ke pihak Interpol Thailand yang berkantor di Mabes Royak Thai Police, Bangkok. Setali tiga uang dengan polisi wilayah, Interpol Thailand juga seakan menutup diri atas peristiwa penangkapan Nunun.

Di markas Interpol Thailand, seorang perwira perempuan yang biasa berhubungan dengan KBRI (Kedutaan Besar RI) dan tidak mau namanya dikorankan mengatakan bahwa pihaknya tidak bisa memberikan informasi apa pun terkait hal tersebut (penangkapan Nunun, Red). Alasannya, Interpol Thailand tidak mengetahui dan tidak dilibatkan dalam operasi penangkapan itu.

Menurut dia, pihak Interpol baru diberi laporan setelah penangkapan Nunun. Laporan itu pun datang dari pihak KBRI. “Mungkin, ini operasi intelijen atau kejaksaan,” tegasnya.

Di tengah sulit mendapatkan alamat yang jelas tempat Nunun ditangkap, muncul pesan yang masuk lewat BBM tadi. Alamat tersebut merupakan salah satu perumahaan elite di Distrik Saphan Sung, sekitar 18 kilometer arah timur laut dari Bangkok.

Perumahan itu berada di pinggir jalan utama Ramkhanghaeng. Selain itu, dalam pencarian di internet, perumahan Nantawan juga dikenal sebagai salah satu perumahan yang memiliki banyak stok rumah sewa. Saphan Sung sendiri adalah sebuah distrik yang sedang berkembang.

Distrik tersebut memang lebih banyak dimanfaatkan untuk pengembangan properti mewah. Jadi, tidak hanya perumahan tempat Nunun yang termasuk mewah. Setidaknya ada sekitar sepuluh lebih perumahan mewah yang berada di distrik seluas 28 kilometer persegi dengan jumlah penduduk sekitar 88 ribu jiwa itu.

Layaknya perumahan mewah, penjagaan di perumahan Nantawan Housing cuga cukup ketat. Tiga petugas keamanan berpakaian putih hitam tampak berjaga-jaga di pos penjagaan.

Nah, agar tidak dicurigai, Jawa Pos datang dengan mengaku ingin menyewa salah satu rumah seperti yang tercantum dalam sebuah situs persewaan properti. Dua petugas keamanan itu meminta kartu identitas sebelum memperbolehkan masuk. “Kami ingin melihat rumah 98/43. Katanya ada yang disewakan,” ujar salah seorang pendamping koran ini (sebut saja Abidin).

Petugas tersebut memperbolehkan masuk. Namun, sebelumnya dia mengontak rekan penjaga lainnya bahwa ada tamu yang ingin melihat rumah dengan alamat tersebut. Perumahan itu begitu asri. Didominasi warna krem dengan gaya bangunan mediterania semakin membuat perumahan itu berkesan mewah.

Rumah sewaan Nunun berjarak sekitar 500 meter dari gerbang penjagaan utama. Setelah melewati lima gang, belok ke kanan. Berdasar pengamatan Jawa Pos, rumah yang ditempati Nunun memang layak digunakan sebagai persembuyian. Sebab, letaknya di sudut jalan buntu.

Tak hanya itu, suasana perumahan tesebut sangat sunyi. Siang kemarin tak ada aktivitas yang tampak dari rumah tetangga-tetangga depan dan sebelah rumah yang ditempati Nunun. “Di sini memang sunyi,” ujar petugas yang sudah berjaga di depan rumah tersebut atas perintah rekannya di pos penjagaan.

Petugas itu lalu mengatakan bahwa rumah tersebut sudah tidak berpenghuni beberapa hari lalu. Namun, dia tidak mengetahui ke mana para penghuninya. Berdasar pantauan Jawa Pos, kondisi ruangan di dalam rumah tersebut sangat bersih. Kaca-kaca jendela di lantai 1 dan 2 juga tampak tidak berdebu. Yang tampak sangat bedebu dan kusam adalah bagian teras rumah tersebut.

Dua kursi dan sebuah meja besi tidak tertata beraturan di teras luar. Catnya mulai mengelupas. Selain itu, sebuah kursi goyang dan meja yang terbuat dari kayu yang berada pas di depan pintu utama juga terlihat kusam seperti tak terawat.

Sekuriti itu mengatakan bahwa tidak pernah ada aktivitas mencolok di rumah tersebut. Seingat dia, orang-orang di rumah tersebut hanya keluar dengan menggunakan mobil. “Tapi, saya tidak hafal apa mobilnya. Tugas saya luas dan selalu bergantian,” katanya saat ditanya apa jenis mobil yang biasa keluar masuk rumah itu.

Begitu pula saat ditanya apakah pernah melihat seorang perempuan berkerudung keluar rumah, dia mengatakan tidak pernah melihat. Jawa Pos berusaha meminta izin masuk rumah tersebut. Tapi, seorang staf petugas di sana tidak bisa mengabulkan lantaran harus seizin pemilik rumah.

Kun Nan, manajer kantor perumahan, menuturkan bahwa rumah tersebut memang disewakan. Lantas, dia menjelaskan bahwa tarif sewa rumah itu THB 35 ribu per bulan atau setara dengan Rp 10.500.000 per bulan. Dia menerangkan, rumah tersebut terdiri atas tiga kamar tidur dan tiga kamar mandi.

Bagi seorang pelarian seperti Nunun, rumah tersebut termasuk rumah yang mewah. Selain dengan fasilitas mewah, di dalam rumah itu terdapat perabotan lengkap. Apalagi, Nan mengatakan bahwa perabot di dalam merupakan perabot-perabotan mewah. Belum lagi fasilitas perumahan yang memanjakan para penghuninya. Misalnya, kolam renang, fitness center, ruang pertemuan, dan lainnya.

Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari penghuni juga tidak perlu bersusah-susah. Pasalnya, perumahan tersebut berada di pinggir jalan utama dan di sana berjejer ruko-ruko yang menjual segala macam kebutuhan.

Mungkin dalam benak seorang buron, hal yang paling penting dalam memilih tempat bersembunyi adalah akses untuk melarikan diri. Ya, mungkin itu menjadi salah satu alasan pihak Nunun memilih rumah tersebut. Pasalnya, ada akses dari perumahan tersebut menuju Bandara Internasional Suvarnabhumi.

Begitu keluar perumahan, sekitar satu kilometer adalah gerbang tol. “Kalau tidak macet, perjalanan hanya memerlukan waktu 15 menit,” kata Nan.

Namun, saat ditanya apakah dirinya mengetahui ada penghuni bernama Nunun Nurbaeti, dia mengatakan tidak. Tentang adanya penangkapan di rumah itu pada Rabu pagi, Nan juga tidak mengetahui.(c4/kum/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/