25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Loper Koran Tembus Kabinet Jokowi

President Joko Widodo (kanan) berjabat tangan dengan Menteri Sosial baru, Idrus Marham (kiri), didampingi istri, Ridho Ekasari (tengah), seusai pelantikan di Istana Presiden, Jakarta, 17 Januari 2018.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pergantian posisi menteri yang dilakukan Presiden Joko Widodo kemarin (17/1), tidak menyentuh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. Presiden hanya mengganti posisi Mensos Khofifah Indar Parawansa yang mundur untuk pencalonan gubernur di Jatim. Sementara, Airlangga yang merangkap sebagai Ketua Umum Partai Golkar tetap aman.

Sebagai pengganti Khofifah, Presiden Joko Widodo menunjuk Sekjen Partai Golkar Idrus Marham. ’’Ya karena cocok saja, cocok di situ (Kemensos) Pak Idrus,” kata Presiden setelah pelantikan. Pergantian dilakukan karena jabatan Mensos memerlukan perhatian ekstra.

Selain Idrus, Presiden juga melantik tiga pejabat lainnya. Masing-masing Kepala Staf Presiden Moeldoko yang menggantikan Teten Masduki. Teten dibuatkan jabatan baru, yakni kordinator staf khusus presiden. Kemudian, Agum Gumelar masuk menjadi anggota Wantimpres di posisi yang ditinggalkan Alm KH Hasyim Muzadi. Terakhir, Wakil KSAU Marsekal Madya Yuyu Sutisna dipromosikan sebagai KSAU dan langsung naik pangkat menjadi Marsekal.

Kemarin, Idrus hadir mengenakan setelan jas berwarna abu-abu. Tidak lupa, kacamata berwarna gelap melengkapi penampilannya. Sementara, sang istri, Ridho Ekasari, tampil anggun mengenakan setelan kebaya putih dipadu bawahan songket motif jumputan berwarna merah marun kombinasi benang keemasan.

Di balik reputasi, ketenaran, dan kontroversinya, pria kelahiran Pinrang, 14 Agustus 1962, ini, lahir dari keluarga yang sangat kontras dengan status sosial yang disandangnya kini. Berbagai pengalaman dan pekerjaan pernah dijajalnya. Termasuk menjadi loper koran sebuah media di Kota Makassar.

Sejak kecil, Idrus dipaksa mandiri oleh keadaan. Kehidupan keluarga yang serba kekurangan, menuntutnya harus mencari tambahan penghasilan. Semuanya demi menambal ekonomi keluarga.

Orang tua Idrus, Haming (ayah) dan Marjain (ibu) hanya petani penggarap sawah milik orang lain. Marham di belakang nama Idrus merupakan gabungan nama kedua orang tuanya. “Bapak sama ibu juga tidak tamat SD. Kami memang keluarga petani, tetapi tidak punya tanah sendiri untuk digarap. Jadi, cukup susahlah saat itu,” ucap Idrus kepada FAJAR (grup Sumut Pos), usai dilantik jadi Mensos, kemarin.

Kehidupan yang serba sulit ikut membentuk cara pandang Idrus. Terbiasa menerima tantangan dan cobaan sejak masih di sekolah dasar (SD), membuat mental dan kedewasaan Idrus dalam menyikapi setiap persoalan mulai terbentuk.

Dari situ, kehidupan Idrus yang lulus SMA di Parepare, tak bisa lepas dari dunia organisasi. Dia bertekad menyuarakan kebenaran dan lepas dari garis kemiskinan. Jadilah Idrus kerap berada di barisan terdepan dalam setiap kali terlibat di lingkungan organisasi. Kepiawaiannya berpidato atau menyampaikan pendapat kerap membuatnya mendapat pujian dari para lawan debatnya. “Dari remaja masjid dan di SMP, saya jadi pengurus OSIS,” ucapnya.

President Joko Widodo (kanan) berjabat tangan dengan Menteri Sosial baru, Idrus Marham (kiri), didampingi istri, Ridho Ekasari (tengah), seusai pelantikan di Istana Presiden, Jakarta, 17 Januari 2018.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pergantian posisi menteri yang dilakukan Presiden Joko Widodo kemarin (17/1), tidak menyentuh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto. Presiden hanya mengganti posisi Mensos Khofifah Indar Parawansa yang mundur untuk pencalonan gubernur di Jatim. Sementara, Airlangga yang merangkap sebagai Ketua Umum Partai Golkar tetap aman.

Sebagai pengganti Khofifah, Presiden Joko Widodo menunjuk Sekjen Partai Golkar Idrus Marham. ’’Ya karena cocok saja, cocok di situ (Kemensos) Pak Idrus,” kata Presiden setelah pelantikan. Pergantian dilakukan karena jabatan Mensos memerlukan perhatian ekstra.

Selain Idrus, Presiden juga melantik tiga pejabat lainnya. Masing-masing Kepala Staf Presiden Moeldoko yang menggantikan Teten Masduki. Teten dibuatkan jabatan baru, yakni kordinator staf khusus presiden. Kemudian, Agum Gumelar masuk menjadi anggota Wantimpres di posisi yang ditinggalkan Alm KH Hasyim Muzadi. Terakhir, Wakil KSAU Marsekal Madya Yuyu Sutisna dipromosikan sebagai KSAU dan langsung naik pangkat menjadi Marsekal.

Kemarin, Idrus hadir mengenakan setelan jas berwarna abu-abu. Tidak lupa, kacamata berwarna gelap melengkapi penampilannya. Sementara, sang istri, Ridho Ekasari, tampil anggun mengenakan setelan kebaya putih dipadu bawahan songket motif jumputan berwarna merah marun kombinasi benang keemasan.

Di balik reputasi, ketenaran, dan kontroversinya, pria kelahiran Pinrang, 14 Agustus 1962, ini, lahir dari keluarga yang sangat kontras dengan status sosial yang disandangnya kini. Berbagai pengalaman dan pekerjaan pernah dijajalnya. Termasuk menjadi loper koran sebuah media di Kota Makassar.

Sejak kecil, Idrus dipaksa mandiri oleh keadaan. Kehidupan keluarga yang serba kekurangan, menuntutnya harus mencari tambahan penghasilan. Semuanya demi menambal ekonomi keluarga.

Orang tua Idrus, Haming (ayah) dan Marjain (ibu) hanya petani penggarap sawah milik orang lain. Marham di belakang nama Idrus merupakan gabungan nama kedua orang tuanya. “Bapak sama ibu juga tidak tamat SD. Kami memang keluarga petani, tetapi tidak punya tanah sendiri untuk digarap. Jadi, cukup susahlah saat itu,” ucap Idrus kepada FAJAR (grup Sumut Pos), usai dilantik jadi Mensos, kemarin.

Kehidupan yang serba sulit ikut membentuk cara pandang Idrus. Terbiasa menerima tantangan dan cobaan sejak masih di sekolah dasar (SD), membuat mental dan kedewasaan Idrus dalam menyikapi setiap persoalan mulai terbentuk.

Dari situ, kehidupan Idrus yang lulus SMA di Parepare, tak bisa lepas dari dunia organisasi. Dia bertekad menyuarakan kebenaran dan lepas dari garis kemiskinan. Jadilah Idrus kerap berada di barisan terdepan dalam setiap kali terlibat di lingkungan organisasi. Kepiawaiannya berpidato atau menyampaikan pendapat kerap membuatnya mendapat pujian dari para lawan debatnya. “Dari remaja masjid dan di SMP, saya jadi pengurus OSIS,” ucapnya.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/