SUMUTPOS.CO – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengumumkan, Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) mungkin tak akan pernah hilang dari muka bumi dengan cepat dan mudah. Virus ini akan bertahan lama sehingga mendorong orang harus hidup berdamai dengan Covid-19.
Karena itu, Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto mengungkapkan, manusia kini akan hidup pada era baru yakni kehidupan normal yang baru. Situasi di mana kehidupan harus berdampingan dengan Covid-19 dan berpedoman pada protokol kesehatan.
“WHO berikan informasi kepada seluruh dunia bahwa virus ini tak akan hilang dengan mudah dan dengan cepat di muka bumi. Maka kita harus memiliki sikap dan cara pikir yang mengacu pada protokol kesehatan di hari-hari mendatang. Inilah situasi normal baru,” jelasnya.
Yurianto menambahkan, satu-satunya cara agar bisa produktif dan aman dari Covid-19 adalah dengan hidup berdampingan. Tetap mematuhi protokol kesehatan yang ketat seperti menjaga jarak aman, mencuci tangan dengan sabun, dan memakai masker. “Hidup berdampingan dengan Covid-19 bukan berarti kita menyerah, tapi harus mengubah perilaku kita, cara pandang kita,” ujarnya.
Selain itu, masyarakat diminta untuk selalu menjauhi kerumunan. Dan mulai berpikir pergi ke luar rumah sebagai pilihan terakhir. “Jangan tempatkan pilihan ke luar rumah sebagai alternatif pertama. Kalau enggak memungkinkan dan tidak benar-benar penting lebih baik di rumah saja. Menghindari tempat kerumunan orang. Ini bisa dilaksanakan, seperti dulu saat kita melatih masyarakat budaya antre,” katanya.
Budaya dengan protokol kesehatan, kata Yurianto, bukan hanya bisa mencegah Covid-19 saja, tetapi juga bisa mencegah bahaya penyakit menular lainnya. “Sebab faktor pembawa virus adalah manusia. Sebaran virus akan sangat tergantung dari kegiatan sosial manusia itu sendiri,” tutupnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengatakan, masyarakat harus bisa berkompromi, hidup berdampingan, dan berdamai dengan Covid-19 agar tetap produktif. “Sekali lagi, kita harus berdampingan hidup dengan Covid. Sekali lagi yang penting masyarakat produktif dan aman dari Covid,” kata Jokowi dalam pernyataan resminya di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (15/5) lalu.
Jokowi menampik jika hidup berdampingan dengan Covid-19 sama dengan menyerah melawan penyakit itu. Perlawanan terhadap Covid-19 tetap berlangsung dengan mengedepankan protokol kesehatan. Pemerintah akan mengatur agar kehidupan masyarakat berangsur-angsur dapat kembali berjalan normal. “Kehidupan kita sudah pasti berubah untuk mengatasi risiko wabah ini. Itu keniscayaan. Itulah yang oleh banyak orang disebut sebagai new normal,” tuturnya.
Kehidupan yang sekarang, menurut Presiden Jokowi sudah pasti berubah untuk mengatasi risiko wabah ini, itu keniscayaan. Ia menambahkan, itulah yang oleh banyak orang disebut sebagai new normal atau tatanan kehidupan baru. “Tapi kehidupan yang berbeda itu bukanlah kehidupan yang penuh pesimisme atau ketakutan. Kita kembali, kita kembalikan produktivitas kita dengan optimisme karena kita juga tetap menerapkan berbagai mekanisme pencegahan,” ujar Presiden.
Jokowi menegaskan, penyakit ini berbahaya, tapi bisa dicegah dan dihindarinya sebagaimana telah disampaikan berkali-kali yakni jaga jarak yang aman, cuci tangan setelah beraktivitas, pakai masker. “Jadi dalam tatanan kehidupan baru nanti, memang itu yang harus kita pegang,” kata Presiden.
Dalam hal beraktivitas, menurut Presiden, semua memang harus berkompromi dengan Covid-19, bisa hidup berdampingan dengan Covid-19. “Yang kemarin saya bilang, kita harus berdamai dengan Covid-19. Karena informasi terakhir dari WHO (World Health Organization) yang saya terima bahwa meskipun kurvanya sudah agak melandai atau nanti menjadi kurang, tapi virus ini tidak akan hilang,” terang Presiden.
Artinya, Presiden menegaskan sekali lagi bahwa semua harus berdampingan hidup dengan Covid-19. “Sekali lagi, yang penting masyarakat produktif dan aman dari Covid-19,” tandasnya.
Koalisi Warga untuk LaporCovid-19 menilai, pernyataan Presiden Jokowi yang meminta masyarakat menjalani hidup new normal dan berdamai dengan Covid-19, tidak berdasar. Pemerintah dinilai mengeluarkan wacana-wacana tanpa melihat data. “Wacana pelonggaran PSBB dan berdamai dengan Covid-19 tanpa dibekali data dan bukti yang kuat. Kurva epideminya mana? Apakah kita sudah punya? “ ujar salah satu inisiator, Irma Hidayana dalam diskusi online, Minggu (17/5).
Menurut data yang dikumpulkan Lapor Covid-19 dari 24 provinsi, tren jumlah kasus Covid-19 menunjukan kenaikan. Baik angka Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), kasus positif, maupun data pasien yang meninggal. Data ini berbeda dengan klaim-klaim pemerintah yang menyebut, kasus Covid-19 cenderung melandai.
Untuk itu, Irma menilai, PSBB seharusnya belum bisa dilonggarkan. “Keputusan transisi menuju ‘new normal’ dengan membuka kembali aktivitas ekonomi harus didasari pada indikator yang terukur dengan data-data yang bisa dipercaya secara ilmiah dan transparan,” ujar dia.
4.129 Orang Sembuh, Positif Jadi 17.514
Sementara hingga Minggu (17/5), sebanyak 218 pasien dinyatakan sembuh. Sehingga total pasien sembuh menjadi 4.129 orang. Sedangkan angka pertambahan kasus positif juga masih terus bertambah setiap hari. Sebanyak 489 orang dinyatakan positif. Sehingga totalnya saat ini menjadi 17.514 kasus positif. Semua kasus tersebar di 387 kabupaten kota.
“Ini gambaran sangat tegas bisa kita lihat kasus penambahan kasus baru masih terus terjadi. Maka kasus positif sebagai pembawa virus masih ada di tengah kita,” kata Juru Bicara Pemerintah Untuk Covid-19 Achmad Yurianto dalam konferensi pers, Minggu (17/5).
Sudah ada 187.965 spesimen yang diperiksa dengan dua metode yakni Tes Cepat Molekuler (TCM) dan real tome PCR. Sudah lebih dari 10 mesin TCM yang beroperasi memeriksa 980 spesimen. Total orang yang sudah diuji yakni sebanyak 140.473 orang.
Angka kematian bertambah 59 orang sehingga menjadi 1.148 kasus kematian. Akumulasi data Orang Dalam Pemantauan (ODP) yakni sebanyak 270.876 dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) sebanyak 35.800 orang.
Yurianto terus mengingatkan agar masyarakat membiasakan diri dengan budaya baru seperti mencuci tangan dan memakai masker. Sebab Orang Tanpa Gejala (OTG) tak pernah terlihat kasat mata. “Jangan menyentuh mata, hidung, dan mulut karena mempercepat proses penularan. Gunakan masker saat ke luar rumah. Budayakan mulai sekarang bisa jaga jarak fisik 1 meter dengan orang lain,” jelasnya.
Selain itu, dia kembali meminta agar masyarakat tidak mudik. Sekalipun itu dilakukan secara lokal atau mudik di dalam kota yang dekat. “Kalau bisa jadi kebiasaan baru, ini akan jadi budaya yang prositif. Bukan hanya mencegah Covid-19 tapi juga penyakit lain. Jangan bepergian, jangan mudik meskipun hanya di dalam kota,” tegasnya.
Di Sumut, Positif Tambah 16 Orang
Tren peningkatan jumlah pasien positif Covid-19 juga terjadi di Sumatera Utara. Hingga Minggu (17/5) sore, berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Sumut, jumlah pasien positif Covid-19 kini sudah mencapai 218 orang. Padahal, hari sebelumnya berjumlah 202 orang. “Positif Covid-19 mengalami peningkatan sebanyak 16 orang,” ujar Juru Bicara (Jubir) GTPP Covid-19 Sumut dr Whiko Irwan D dalam keterangan persnya melalui video streaming YouTube, Minggu (17/5).
Selain itu, lanjutnya, peningkatan juga terjadi pada angka PDP dari sebelumnya berjumlah 200 orang kini menjadi 202 orang. Kemudian, pasien yang meninggal akibat Covid-19 saat ini berjumlah 26 orang dari sebelumnya 24 orang. Selanjutnya, pasien Covid-19 yang sembuh dari 53 orang menjadi 58 orang.
“Belum menurunnya angka penderita Covid-19 di Sumut, maka diminta kepada masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan yang telah diimbau pemerintah. Termasuk, tidak melakukan perjalanan mudik,” ungkap Whiko.
Kata dia, Gugus Tugas telah mengirimkan Jaring Pengaman Sosial (JPS) untuk meringankan dampak akibat Covid-19. Total anggaran JPS Tahap I sebesar Rp 297 miliar atau sebanyak 1.321.426 kuota dengan nilai per kuota Rp 225.000. “Langkat mendapat kuota terbesar dengan nilai Rp 36 miliar lebih untuk 161.554 kuota. Selanjutnya, Medan Rp 28 miliar lebih untuk 128.870 kuota. Kemudian, Deli Serdang Rp 27 miliar lebih dengan 123.021 kuota,” pungkasnya.
Sementara, Jubir GTPP Covid-19 Sumut lainnya dr Aris Yudhariansyah menyebutkan, 5 pasien Covid-19 yang sembuh masing-masing berinisial JT dan RSS warga Medan, FA asal Deli Serdang, L warga Tebing Tinggi, dan N penduduk Simalungun. “Kelima pasien ini dirawat di RS Columbia, RSU Martha Friska Multatuli, RS Siloam, dan RSUD Simalungun,” beber Aris. Dia menambahkan, sedangkan 2 pasien yang meninggal masing-masing, berinisial ASA pada 14 Mei 2020 dan Z pada 17 Mei 2020 di RSUP Haji Adam Malik. (jpc/bbs/ris)