25.6 C
Medan
Monday, May 6, 2024

Petani Keluhkan Pupuk, Bibit hingga Harga Panen

SUMUTPOS.CO – CALON presiden (capres) 2024 Ganjar Pranowo berkunjung ke Way Jepara, Lampung Timur, pada Kamis (26/10). Kesempatan itu tidak disia-siakan para petani Lampung yang langsung berbondong-bondong menemui pria berambut putih itu untuk menyampaikan keluh kesah mereka.

“Senang sekali kami bisa bertemu Pak Ganjar yang notabene calon presiden kita. Malam ini, kami perwakilan petani di Lampung ingin menyampaikan keluh kesah dan berharap Pak Ganjar bisa membantu kami menyelesaikannya,” kata Jabung, perwakilan petani Lampung kepada Ganjar.

Jabung mengatakan, saat ini ada beberapa persoalan yang dihadapi petani di Lampung. Diantaranya adalah minimnya penyuluh pertanian yang mendampingi petani. Padahal, di tengah musim yang tidak menentu seperti sekarang ini peran penyuluh pertanian sangat dibutuhkan.

“Kami petani merasa dibiarkan, tidak pernah mendapat pelatihan. Padahal kami ingin SDM petani ini ditingkatkan agar menjadi unggul,” ucapnya.

Selain itu, pupuk subsidi yang langka juga menjadi persoalan. Selama ini, petani kesulitan memperoleh pupuk bersubsidi.”Selain berharap kuota pupuk subsidi ditambah, kami ingin juga ada pelatihan. Sebenarnya kami ingin dilatih membuat pupuk organik dengan bahan yang ada di sekitar kami. Karena kami tidak ingin bergantung terus pada pupuk kimia,” jelasnya.

Persoalan bibit juga menjadi masalah serius yang mereka hadapi.”Tolong Pak, bibit harganya selangit. Bibit Jagung saja perlima kilo harganya Rp500.000. Belum pupuk, biaya produksi lahan dan lainnya. Nah waktu panen, harganya anjlok,” tegas Jabung.

Dalam kesempatan itu salah seorang petani mengeluhkan soal harga pascapanen.”Kami sebenarnya tidak masalah pupuk mahal, bibit mahal, tapi waktu panen harganya tolong yang tinggi. Tidak seperti sekarang, pascapanen harganya anjlok,” timpal Made Swastika, petani Lampung lainnya.

Ganjar tampak serius mencatat dan mendengarkan semua persoalan yang disampaikan para petani Lampung itu. Ia menjawab semuanya dan memberikan solusi dengan baik. Soal kurangnya penyuluh misalnya, Ganjar sepakat bahwa Indonesia memang kekurangan penyuluh pertanian. Maka penyuluh petani mesti ditambah.

Soal pupuk langka, Ganjar mengatakan memang stok pupuk sedang menipis. Pupuk bersubsidi banyak yang tidak tepat sasaran, banyak petani bermodal besar yang membeli pupuk bersubsidi itu.

“Itulah pentingnya data. Saya di Jateng sudah membuat kartu tani untuk mendata itu. Siapa, tanam apa, di mana, berapa luasannya dan kapan panennya. Kalau data itu bisa presisi, maka persoalan pupuk subsidi bisa tepat sasaran,” tegasnya.

Ganjar mengatakan, harus ada kemitraan antara petani dengan perusahaan besar agar petani mendapat harga yang pantas. Ganjar juga mendorong agar para petani tidak menjual hasil secara mentah, melainkan menjadi produk olahan yang memiliki nilai jual tinggi.

“Selain itu, kita juga perlu mengembalikan fungsi Bulog sebagai offtaker dari para petani ini, agar hasil pertanian bisa terserap dengan harga yang pantas,” pungkasnya.

Sementara itu,keluhan masalah pupuk juga dialami petani di Sumatera Utara. Ketersediaan pupuk disetiap musim tanam menjadi harapan anggota Kelompok Tani Tunas Baru di Desa Sumberjo, Kecamatan Pagar Merbau. Demikian disampaikan Miswadi Ketua Tani Tunas Baru. ‘’Kami berharap bila Pak Ganjar presiden kelanggan tidak terjadi lagi, dan bila panen harga tidak turun. Kami sebagai petani berharap ketersediaan pupuk, obat obatan serta bibit tanaman yang berkualitas,” jelasnya. (wir/btr)

SUMUTPOS.CO – CALON presiden (capres) 2024 Ganjar Pranowo berkunjung ke Way Jepara, Lampung Timur, pada Kamis (26/10). Kesempatan itu tidak disia-siakan para petani Lampung yang langsung berbondong-bondong menemui pria berambut putih itu untuk menyampaikan keluh kesah mereka.

“Senang sekali kami bisa bertemu Pak Ganjar yang notabene calon presiden kita. Malam ini, kami perwakilan petani di Lampung ingin menyampaikan keluh kesah dan berharap Pak Ganjar bisa membantu kami menyelesaikannya,” kata Jabung, perwakilan petani Lampung kepada Ganjar.

Jabung mengatakan, saat ini ada beberapa persoalan yang dihadapi petani di Lampung. Diantaranya adalah minimnya penyuluh pertanian yang mendampingi petani. Padahal, di tengah musim yang tidak menentu seperti sekarang ini peran penyuluh pertanian sangat dibutuhkan.

“Kami petani merasa dibiarkan, tidak pernah mendapat pelatihan. Padahal kami ingin SDM petani ini ditingkatkan agar menjadi unggul,” ucapnya.

Selain itu, pupuk subsidi yang langka juga menjadi persoalan. Selama ini, petani kesulitan memperoleh pupuk bersubsidi.”Selain berharap kuota pupuk subsidi ditambah, kami ingin juga ada pelatihan. Sebenarnya kami ingin dilatih membuat pupuk organik dengan bahan yang ada di sekitar kami. Karena kami tidak ingin bergantung terus pada pupuk kimia,” jelasnya.

Persoalan bibit juga menjadi masalah serius yang mereka hadapi.”Tolong Pak, bibit harganya selangit. Bibit Jagung saja perlima kilo harganya Rp500.000. Belum pupuk, biaya produksi lahan dan lainnya. Nah waktu panen, harganya anjlok,” tegas Jabung.

Dalam kesempatan itu salah seorang petani mengeluhkan soal harga pascapanen.”Kami sebenarnya tidak masalah pupuk mahal, bibit mahal, tapi waktu panen harganya tolong yang tinggi. Tidak seperti sekarang, pascapanen harganya anjlok,” timpal Made Swastika, petani Lampung lainnya.

Ganjar tampak serius mencatat dan mendengarkan semua persoalan yang disampaikan para petani Lampung itu. Ia menjawab semuanya dan memberikan solusi dengan baik. Soal kurangnya penyuluh misalnya, Ganjar sepakat bahwa Indonesia memang kekurangan penyuluh pertanian. Maka penyuluh petani mesti ditambah.

Soal pupuk langka, Ganjar mengatakan memang stok pupuk sedang menipis. Pupuk bersubsidi banyak yang tidak tepat sasaran, banyak petani bermodal besar yang membeli pupuk bersubsidi itu.

“Itulah pentingnya data. Saya di Jateng sudah membuat kartu tani untuk mendata itu. Siapa, tanam apa, di mana, berapa luasannya dan kapan panennya. Kalau data itu bisa presisi, maka persoalan pupuk subsidi bisa tepat sasaran,” tegasnya.

Ganjar mengatakan, harus ada kemitraan antara petani dengan perusahaan besar agar petani mendapat harga yang pantas. Ganjar juga mendorong agar para petani tidak menjual hasil secara mentah, melainkan menjadi produk olahan yang memiliki nilai jual tinggi.

“Selain itu, kita juga perlu mengembalikan fungsi Bulog sebagai offtaker dari para petani ini, agar hasil pertanian bisa terserap dengan harga yang pantas,” pungkasnya.

Sementara itu,keluhan masalah pupuk juga dialami petani di Sumatera Utara. Ketersediaan pupuk disetiap musim tanam menjadi harapan anggota Kelompok Tani Tunas Baru di Desa Sumberjo, Kecamatan Pagar Merbau. Demikian disampaikan Miswadi Ketua Tani Tunas Baru. ‘’Kami berharap bila Pak Ganjar presiden kelanggan tidak terjadi lagi, dan bila panen harga tidak turun. Kami sebagai petani berharap ketersediaan pupuk, obat obatan serta bibit tanaman yang berkualitas,” jelasnya. (wir/btr)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/