Bekerja 24 Jam Nonstop
Jebolnya tanggul Latuharhary, Menteng, Jakarta Pusat, menjadi salah satu penyebab utama terendamnya Bundaran HI dan sekitarnya. Airnya meluber deras hingga masuk ke jantung kota. Tak mudah menutup tanggul ini di saat debit air Ciliwung sangat tinggi. Bagaimana perjuangannya?
SOEMITRO, Jakarta
“Siang komandan! Lapor, pasukan telah datang siap melakukan tugas,” ucap Komandan Regu (Danru) Bayu Sandyra Kodam Jaya.
“Ada berapa orang? Tunggu komando,” jawab Wakil Asisten Operasi (Waasop) Letkol Deidy Aprias.
Percakapan antara Danru Bayu dan Waasop Didy mengawali kerja jajaran Kodam Jaya di Tanggul Kali Kanal Banjir Barat (KBT), tepatnya di bawah fly over Kuningan, Jumat (18/1) kemarin.
Danru Bayu datang sekitar pukul 13.00 WIB dengan 75 anggota yang siap diperbantukan. Sementara anggota Kodam Jaya lainnya yang berjumlah sekitar 250 orang telah turun, bekerja menutup tanggul jebol. Di tengah cuaca mendung di kawasan Kuningan dan sekitarnya, mereka bekerja sesuai instruksi masing-masing Danru.
Menurut Didy, anggota yang diturunkan sesuai instruksi akan bekerja dalam tiga shift.
Masing-masing shift berjumlah 250 anggota dan akan bekerja selama 24 jam. Yakni dari kesatuan Batalyon Yonkaf VIII, Yon Arhanud VI, Komando Strategi Angkatan Darat (Kostrad), Komando Pasukan Khusus dan (Kopassus). Selain itu dari marinir dan Detasemen Zeni Tempur (Denzipur) yang sesuai jadwal diturunkan pukul 15.00 WIB.
“Satu shift 5 jam, jam 3 sore mereka diganti. Jam 8 malam diganti lagi,” jelasnya sambil menunjuk anggotanya yang tengah bekerja mengangkat batu dan pasir dalam karung.
Sementara Danru terlihat memberikan komando, ratusan anggota secara gotong-royong mengangkat batu dan pasir dari Jalan Latuharhary. Batu dan pasir ini diangkut puluhan truk dari Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta. Anggota terlihat kompak. Batu besar maupun kecil berpindah dari satu ke tangan lain sampai tanggul. Jaraknya sekitar 30 meter dari Jalan Latuharhary ke lokasi jebolnya tanggul.
Dari lintasan kereta api, lima anggota di sisi kanan dan lima anggota di kiri jembatan layang mengangkut pasir. Mereka ’lebih ringan’ mengangkut material pasir karena dipermudah dengan alat dorong di perlintasan kereta.
Teriakan ‘ayo ayo’ berkali-kali terdengar. Teriakan khas tentara untuk semangat gotong-royong, kekompakan, kesatuan tekad sekaligus menghilangkan kejenuhan.
“Hai itu, pindah ke sana. Apa perlu saya yang turun langsung,” bentak Wakil Denzipor Kodam Jaya, Letkol Suardi S.
Perintah disampaikan ke anggotanya yang awalnya enggan menceburkan diri ke lumpur. Padahal, untuk mengambil batu dan pasir harus melewati pasir sekitar 30 hingga 40 sentimeter. Perintah langsung disikapi anggota dengan melewati lumpur.
Lucunya, dua-tiga anggota terlihat kesusahan mengangkat kakinya setelah mengikuti perintah. Maklum saja mereka menggunakan seragam lengkap berikut sepatu PDH, sementara luapan lumpur menumpuk di bantaran kali hingga Jalan Latuharhary.
Dari lokasi jebolnya tanggul, puluhan anggota dibantu petugas Dinas PU bahu-membahu melakukan penutupan. Proses penutupan jebolnya tanggul sepanjang kurang lebih 50 meter ini butuh waktu cukup lama. Anggota bersama petugas Dinas PU menggunakan bronjong untuk menutup tanggul, akan tetapi terhambat karena material batu terlambat didatangkan.
Baru sekitar pukul 14.00 WIB, ketika material batu dan pasir didatangkan dengan puluhan truk, penutupan tanggul sedikit demi sedikit berhasil dilakukan. Hal ini dipermudah dengan empat alat berat (beko) yang didatangkan untuk menguruk tanggul. Terpantau sekitar pukul 16.30 WIB, bantaran tanggul bisa ditutup. Namun itu baru sisi atas tanggul, persisnya pada beton tanggul. Karena pada bagian bawah beton air masih mengalir deras.
“Nutup jebolnya tanggul pakai bronjong. Supervisinya dari PU, kita hanya tenaga,” jelas Deidy.
Deidy mengaku sepanjang malam kemarin di lokasi jebolnya tanggul. Dari situ pula ia tidak melihat adanya warga perumahan Menteng yang datang untuk membantu atau minimal melihat jebolnya tanggul. Hal yang disebutnya ironis, karena warga yang bergabung dengan anggota dan petugas justru warga di kompleks perumahan yang tidak terkena dampak jebolnya tanggul.
“Prihatin juga, mereka yang kena banjir malah ngungsi ke hotel-hotel,” imbuh dia.
Hingga pukul 20.00 WIB, proses penutupan tanggul masih berlangsung dan pantauan Indopos (grup Sumut Pos) baru sekitar 60 persen tanggul tertutup. Sempat istirahat sekitar pukul 18.00 WIB, anggota bersama petugas Dinas PU kemudian melanjutkan pekerjaan.
Gubernur Joko Widodo sendiri tercatat tiga kali memantau langsung pengerjaan penutupan tanggul. Begitu juga Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto.
Jokowi, sapaannya, menyatakan banjir yang melanda warga Ibukota sebagai pekerjaan berat yang mesti dihadapi. Terlepas dari permasalahan itu, mantan wali kota Solo itu enggan berspekulasi mengenai kemungkinan adanya sabotase dan dugaan tiang pancang baliho sebagai penyebab jebolnya tanggul. (*)