30 C
Medan
Saturday, December 14, 2024
spot_img

Rumah Mertua Digeledah

Penggeledahan di rumah mertua Syarif menemukan barang-barang berupa kawat timah untuk solder, lilitan kabel di paku, baterai HP modifikasi terpasang kabel, on-off, baterai 9 volt 3 buah, MP3, remote MP3, remote bel rumah, rangkaian elektronik.

HP (Handphone) merk Smart, memory stic merek Sony, sembilan buah pipa aluminium berbagai ukuran di antaranya diameter 18 mm, panjang 139 cm dan pipa aluminium diameter 10 mm panjang 98 cm, gerinda, soldier, gergaji, kawat, sangkur, 3 buah tang.

Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Anton Bachrul Alam menjelaskan, jenazah Syarif akan diserahkan kepada keluarga secepatnya. “Sebab, identifikasi telah cukup dan dinyatakan selesai,” katanya.

Hasil cek sidik jari dengan pembanding SIM Syarif dan dna kedua orangtua cocok. Selain itu ada 11 tanda fisik Syarif yang cocok dengan jenazah. “Proses penguburannya akan diselenggarakan keluarga,” katanya.

Anton belum bisa memastikan keterkaitan Syarif dengan Abu Bakar Baasyir berdasar pernyataan ayahnya Abdul Ghafur. “Belum sampai kesana. Kita masih selidiki siapa saja teman-temannya. Nanti, sabar,” kata mantan Kapolda Jatim itu.

Di bagian lain, Abu Bakar Ba’asyir membantah keras dugaan Syarif  bagian dari kelompoknya. Dia mengatakan bahwa mengebom polisi bahkan di masjid bukan bagian dari doktrin jihad Islam. “Bagaimanapun, polisi secaraa dhohir beribadah. Mereka tidak boleh diperangi,” katanya sebelum menjalani sidang kasus terorisme di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, kemarin (18/4).

“Saya tidak melihat ada dalil syar’i, yang boleh melakukan itu. Orang sedang salat kok dibom. Rasulullah dulu memang pernah menghancurkan masjid. Tapi ketika tidak ada orang di dalamnya,” katanya.

Ba’asyir menduga Syarif adalah orang yang memiliki kelainan jiwa kemudian disuruh membawa bom. Kalaupun Syarif memiliki kelompok, Ba’asyir menengarai kelompok tersebut dimainkan untuk memperkeruh situasi. Bom di Masjid Polres Cirebon itu menurut Baasyir menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sedang diperingatkan. “Ini adalah bencana karena umat Islam tidak mau mengatur negara dengan hukum Islam. Jadi ada bencana aneh-aneh mulai dari Merapi, bencana ulat, sampai kasus di Kebumen,” katanya.(rdl/aga/jpnn)

Penggeledahan di rumah mertua Syarif menemukan barang-barang berupa kawat timah untuk solder, lilitan kabel di paku, baterai HP modifikasi terpasang kabel, on-off, baterai 9 volt 3 buah, MP3, remote MP3, remote bel rumah, rangkaian elektronik.

HP (Handphone) merk Smart, memory stic merek Sony, sembilan buah pipa aluminium berbagai ukuran di antaranya diameter 18 mm, panjang 139 cm dan pipa aluminium diameter 10 mm panjang 98 cm, gerinda, soldier, gergaji, kawat, sangkur, 3 buah tang.

Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Anton Bachrul Alam menjelaskan, jenazah Syarif akan diserahkan kepada keluarga secepatnya. “Sebab, identifikasi telah cukup dan dinyatakan selesai,” katanya.

Hasil cek sidik jari dengan pembanding SIM Syarif dan dna kedua orangtua cocok. Selain itu ada 11 tanda fisik Syarif yang cocok dengan jenazah. “Proses penguburannya akan diselenggarakan keluarga,” katanya.

Anton belum bisa memastikan keterkaitan Syarif dengan Abu Bakar Baasyir berdasar pernyataan ayahnya Abdul Ghafur. “Belum sampai kesana. Kita masih selidiki siapa saja teman-temannya. Nanti, sabar,” kata mantan Kapolda Jatim itu.

Di bagian lain, Abu Bakar Ba’asyir membantah keras dugaan Syarif  bagian dari kelompoknya. Dia mengatakan bahwa mengebom polisi bahkan di masjid bukan bagian dari doktrin jihad Islam. “Bagaimanapun, polisi secaraa dhohir beribadah. Mereka tidak boleh diperangi,” katanya sebelum menjalani sidang kasus terorisme di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, kemarin (18/4).

“Saya tidak melihat ada dalil syar’i, yang boleh melakukan itu. Orang sedang salat kok dibom. Rasulullah dulu memang pernah menghancurkan masjid. Tapi ketika tidak ada orang di dalamnya,” katanya.

Ba’asyir menduga Syarif adalah orang yang memiliki kelainan jiwa kemudian disuruh membawa bom. Kalaupun Syarif memiliki kelompok, Ba’asyir menengarai kelompok tersebut dimainkan untuk memperkeruh situasi. Bom di Masjid Polres Cirebon itu menurut Baasyir menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sedang diperingatkan. “Ini adalah bencana karena umat Islam tidak mau mengatur negara dengan hukum Islam. Jadi ada bencana aneh-aneh mulai dari Merapi, bencana ulat, sampai kasus di Kebumen,” katanya.(rdl/aga/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/