25 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Wakapolri Terseret-Seret

JAKARTA – Tiga jenderal, termasuk mantan Kapoldasu yang saat ini menjabat Wakapolri Komjen Nanan Sukarna, terseret-seret dalam skandal transaksi ‘gendut’ Rp1,2 Triliun milik Aiptu Labora Sitorus, personel Polres Raja Ampat, Papua, yang terpantau PPATK. Pasalnya, foto tiga petinggi Polri itu ‘mejeng’ di markas Organisasi Kemasyarakatan Pembela Kesatuan Tanah Air (PEKAT) Indonesia Bersatu.

Informasi ini mencuat setelah Aiptu Labora Sitorus nekat terbang ke Jakarta untuk mengurus persoalan yang membelitnya. Di Jakarta, dia menemui Organisasi Kemasyarakatan Pembela Kesatuan Tanah Air (PEKAT) Indonesia Bersatu dan Kompolnas.

KONFERS:  Ketua Umum PEKAT Markoni Koto (paling kiri), Sekjen PEKAT  Bob Hasan  Aiptu Labora Sitorus saat jumpa pers  Kompleks Harmoni Plaza, Jakarta,  Sabtu (18/5). //ody Bayu Prasetyo/Jawa Pos/jpnn
KONFERS: Ketua Umum PEKAT Markoni Koto (paling kiri), Sekjen PEKAT Bob Hasan dan Aiptu Labora Sitorus saat jumpa pers di Kompleks Harmoni Plaza, Jakarta, Sabtu (18/5). //ody Bayu Prasetyo/Jawa Pos/jpnn

Informasi terakhir tadi malam, Aiptu Labora Sitorus akhirnya digelandang ke Mabes Polri. Dia ditangkap paksa oleh lima anggota Mabes Polri usai bertemu komisioner Kompolnas dan menjalani pemeriksaan di Bareskrim Mabes Polri.

Peristiwa penangkapan itu terjadi di Kantor Kompolnas, Jalan Tirtayasa VII, Jakarta Selatan, Sabtu (18/5), sekitar pukul 20.00 WIB. Labora ditangkap di pelataran parkir Kantor Kompolnas. Ada tiga mobil yang digunakan oleh anggota Mabes Polri. Para petugas mengenakan baju merah bertuliskan ‘Mabes Polri’.

Hingga tadi malam belum ada keterangan resmi dari Mabes Polri terkait peristiwa penangkapan ini. Aiptu Labora Sitorus ditetapkan menjadi tersangka penimbunan BBM ilegal dan pembalakan liar kayu. Kasus tersebut terungkap di akhir medio Maret 2013. Personel Polres Raja Ampat ini disebut-sebut memiliki transaksi keuangan fantastis dari rekening yang terpantau PPATK.

Dalam penelusuran wartawan, sekretariat DPP PEKAT terletak di Kompleks Harmoni Plaza Apartemen Istana Harmoni Unit GF-IF di Jalan Suryopranolo 2, Jakarta Pusat. Tidak tampak papan nama atau penanda khusus bahwa di salah satu deretan ruko tersebut menjadi markas ormas. Dari luar terparkir mobil-mobil mewah dari mulai sedan sampai SUV. Penjaga markas ormas pun laiknya penjaga kantoran, bersafari hitam dan berbadan tegap.

Di ruang kerja ketua umumnya, Markoni Koto, ada sebuah meja yang terpampang tiga foto sang ketua umum tengah bersama tiga jenderal Polri yakni Wakapolri Komjen Nanan Sukarna, Kepala Biro Bindiklat Lemdikpol, Brigjen Anton Charliyan, dan Kapolda Papua Irjen Tito Karnavian.

Brigjen Anton dan Irjen Tito tidak mengenakan jaket kebesaran PEKAT, sementara Komjen Nanan menggunakan jaket hitam beremblem PEKAT. Di samping deretan foto tersebut berjajar hasil kerajinan khas Papua.

Labora mengaku sejak Polda Papua menetapkan dirinya sebagai tersangka dalam kasus penimbunan BBM dan pembalakan kayu, dia dan keluarganya sudah mulai merasa tak nyaman. Dia nekat terbang ke Jakarta untuk mengurus permasalahan yang membelitnya.
“Seandainya saya minta izin memang dikasih? Tidak kasih izin. Jadi saya nekat saja ke sini,” tutur pria berbadan tambun ini. Pengacara Labora, Azet Hutabarat, mengaku merupakan bagian dari keanggotaan DPP PEKAT Indonesia Bersatu, dan menjadi tim pengacara dari ormas yang menaunginya.

“Apakah Labora juga merupakan masuk dalam organisasi PEKAT?” tanya wartawan. “Labora tidak masuk dalam organisasi namun para pegawai perusahaannya adalah orang-orang PEKAT,” kata Azet.

Lalu, dalam kapasitas apa para jenderal tersebut di dalam PEKAT? Usut punya usut, Komjen Nanan Sukarna merupakan salah satu pengurus dalam organisasi tersebut.

Nanan terpilih sebagai Ketua Penasehat Umum PEKAT berdasarkan hasil Musyawarah Nasional PEKAT pada Februari tahun lu. Dari beberapa penelusuran mengenai aktivitas PEKAT, Nanan terpantau aktif menyambangi PEKAT di tingkat kewilayahan, salah satunya di Sumatera Barat pada awal Mei 2013 lalu seusai melantik pengurus baru IMI Sumbar.

Bagaimana reaksi Mabes Polri dengan adanya foto tiga jenderal di tempat Aiptu Labora Sitorus itu mengadu? “Ormas apapun harus dihargai sebagai sebuah organisasi tempat orang yang punya tujuan dan visi mulia,” kata Karopenmas Polri, Brigjen Boy Rafli Amar, Sabtu (18/5).

Boy meminta publik jangan lantas mengaitkan hubungan polisi dengan organisasi itu. Menurut Boy, polisi akan menggandeng pihak manapun yang memiliki tujuan kemanusian.

“Nama ormasnya bagus kan. Polisi bersahabat dengan semua orang, semua, termasuk dengan siapapun yang punya misi kemanusiaan,” papar Boy. “Lantas jangan dihubung-hubungkan LS itu dibekingi oleh polisi. Tidak ada jenderal di kasus LS,” tukasnya. (net/jpnn)

JAKARTA – Tiga jenderal, termasuk mantan Kapoldasu yang saat ini menjabat Wakapolri Komjen Nanan Sukarna, terseret-seret dalam skandal transaksi ‘gendut’ Rp1,2 Triliun milik Aiptu Labora Sitorus, personel Polres Raja Ampat, Papua, yang terpantau PPATK. Pasalnya, foto tiga petinggi Polri itu ‘mejeng’ di markas Organisasi Kemasyarakatan Pembela Kesatuan Tanah Air (PEKAT) Indonesia Bersatu.

Informasi ini mencuat setelah Aiptu Labora Sitorus nekat terbang ke Jakarta untuk mengurus persoalan yang membelitnya. Di Jakarta, dia menemui Organisasi Kemasyarakatan Pembela Kesatuan Tanah Air (PEKAT) Indonesia Bersatu dan Kompolnas.

KONFERS:  Ketua Umum PEKAT Markoni Koto (paling kiri), Sekjen PEKAT  Bob Hasan  Aiptu Labora Sitorus saat jumpa pers  Kompleks Harmoni Plaza, Jakarta,  Sabtu (18/5). //ody Bayu Prasetyo/Jawa Pos/jpnn
KONFERS: Ketua Umum PEKAT Markoni Koto (paling kiri), Sekjen PEKAT Bob Hasan dan Aiptu Labora Sitorus saat jumpa pers di Kompleks Harmoni Plaza, Jakarta, Sabtu (18/5). //ody Bayu Prasetyo/Jawa Pos/jpnn

Informasi terakhir tadi malam, Aiptu Labora Sitorus akhirnya digelandang ke Mabes Polri. Dia ditangkap paksa oleh lima anggota Mabes Polri usai bertemu komisioner Kompolnas dan menjalani pemeriksaan di Bareskrim Mabes Polri.

Peristiwa penangkapan itu terjadi di Kantor Kompolnas, Jalan Tirtayasa VII, Jakarta Selatan, Sabtu (18/5), sekitar pukul 20.00 WIB. Labora ditangkap di pelataran parkir Kantor Kompolnas. Ada tiga mobil yang digunakan oleh anggota Mabes Polri. Para petugas mengenakan baju merah bertuliskan ‘Mabes Polri’.

Hingga tadi malam belum ada keterangan resmi dari Mabes Polri terkait peristiwa penangkapan ini. Aiptu Labora Sitorus ditetapkan menjadi tersangka penimbunan BBM ilegal dan pembalakan liar kayu. Kasus tersebut terungkap di akhir medio Maret 2013. Personel Polres Raja Ampat ini disebut-sebut memiliki transaksi keuangan fantastis dari rekening yang terpantau PPATK.

Dalam penelusuran wartawan, sekretariat DPP PEKAT terletak di Kompleks Harmoni Plaza Apartemen Istana Harmoni Unit GF-IF di Jalan Suryopranolo 2, Jakarta Pusat. Tidak tampak papan nama atau penanda khusus bahwa di salah satu deretan ruko tersebut menjadi markas ormas. Dari luar terparkir mobil-mobil mewah dari mulai sedan sampai SUV. Penjaga markas ormas pun laiknya penjaga kantoran, bersafari hitam dan berbadan tegap.

Di ruang kerja ketua umumnya, Markoni Koto, ada sebuah meja yang terpampang tiga foto sang ketua umum tengah bersama tiga jenderal Polri yakni Wakapolri Komjen Nanan Sukarna, Kepala Biro Bindiklat Lemdikpol, Brigjen Anton Charliyan, dan Kapolda Papua Irjen Tito Karnavian.

Brigjen Anton dan Irjen Tito tidak mengenakan jaket kebesaran PEKAT, sementara Komjen Nanan menggunakan jaket hitam beremblem PEKAT. Di samping deretan foto tersebut berjajar hasil kerajinan khas Papua.

Labora mengaku sejak Polda Papua menetapkan dirinya sebagai tersangka dalam kasus penimbunan BBM dan pembalakan kayu, dia dan keluarganya sudah mulai merasa tak nyaman. Dia nekat terbang ke Jakarta untuk mengurus permasalahan yang membelitnya.
“Seandainya saya minta izin memang dikasih? Tidak kasih izin. Jadi saya nekat saja ke sini,” tutur pria berbadan tambun ini. Pengacara Labora, Azet Hutabarat, mengaku merupakan bagian dari keanggotaan DPP PEKAT Indonesia Bersatu, dan menjadi tim pengacara dari ormas yang menaunginya.

“Apakah Labora juga merupakan masuk dalam organisasi PEKAT?” tanya wartawan. “Labora tidak masuk dalam organisasi namun para pegawai perusahaannya adalah orang-orang PEKAT,” kata Azet.

Lalu, dalam kapasitas apa para jenderal tersebut di dalam PEKAT? Usut punya usut, Komjen Nanan Sukarna merupakan salah satu pengurus dalam organisasi tersebut.

Nanan terpilih sebagai Ketua Penasehat Umum PEKAT berdasarkan hasil Musyawarah Nasional PEKAT pada Februari tahun lu. Dari beberapa penelusuran mengenai aktivitas PEKAT, Nanan terpantau aktif menyambangi PEKAT di tingkat kewilayahan, salah satunya di Sumatera Barat pada awal Mei 2013 lalu seusai melantik pengurus baru IMI Sumbar.

Bagaimana reaksi Mabes Polri dengan adanya foto tiga jenderal di tempat Aiptu Labora Sitorus itu mengadu? “Ormas apapun harus dihargai sebagai sebuah organisasi tempat orang yang punya tujuan dan visi mulia,” kata Karopenmas Polri, Brigjen Boy Rafli Amar, Sabtu (18/5).

Boy meminta publik jangan lantas mengaitkan hubungan polisi dengan organisasi itu. Menurut Boy, polisi akan menggandeng pihak manapun yang memiliki tujuan kemanusian.

“Nama ormasnya bagus kan. Polisi bersahabat dengan semua orang, semua, termasuk dengan siapapun yang punya misi kemanusiaan,” papar Boy. “Lantas jangan dihubung-hubungkan LS itu dibekingi oleh polisi. Tidak ada jenderal di kasus LS,” tukasnya. (net/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/