25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Bentrok Preman di Batam, 11 Orang Luka Terparang, 1 Tewas

Ilustrasi

BATAM, SUMUTPOS.CO – Sengketa lahan di Batam memakan korban. Perselisihan antara dua perusahaan di Kepulauan Riau tersebut diselesaikan dengan memakai jasa preman. Akibatnya, 1 tewas dan 11 lainnya terkapar terkena sabetan parang dan pedang.

Massa dari dua kubu berbeda yang saling bersengketa lahan bentrok di Area Hotel Planet Holiday, Jodoh, Senin (18/6) sekitar pukul 15.00. Mereka yang luka parah langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Bentrokan berdarah ini dipicu perebutan lahan PT Hyundai Metal Indonesia (PT HMI) di Batuampar oleh kubu Tony Fernando (Manager Operasional dan Pemasaran PT HMI) dengan kubu PT Lord Way Accommodation Engineering (PT LWAE) yang didukung Basri.

Pada 14 Juni lalu sengketa lahan seluas 4.300 meter persegi antara PT LWAE dengan PT HMI diputus di Pengadilan Negeri (PN) Kota Batam. Dalam putusannya, PN Batam memenangkan sebagian gugatan PT LWAE. Namun pihak PT HMI langsung menyatakan banding atas putusan tersebut, mengingat banyak fakta persidangan yang diabaikan pengadilan.

Merasa memenangkan gugatan, kelompok PT LWAE yang dikomandoi Basri langsung mengamankan dan menjaga lahan yang disengketakan tersebut setiap harinya setelah putusan PN. Namun, hal tersebut membuat kubu Toni yang mendukung PT HMI tak terima. Alasannya belum ada putusan final tentang banding yang diajukan PT HMI atas putusan PN Batam itu.

Siang hari, Senin (18/6) sekitar pukul 14.00 WIB, puluhan orang dari kelompok Basri menjaga lahan yang disengketakan. Mendadak puluhan orang dari kubu Toni berniat membubarkan kelompok Basri yang lagi menjaga lahan yang disengketakan. Bentrok pun terjadi di lahan yang disengketan.

Karena kalah jumlah massa, kubu Toni memilih mundur dan melarikan diri ke Jodoh tepat di samping Hotel Planet Holiday menyusuri Jalan Bukit Senyum. Di kawasan Hotel Planet Holiday, sebanyak 50 orang dari kubu Toni mendadak merangsek masuk ke dalam area hotel. Mereka dengan membawa pentungan dan parang langsung mendekati dan masuk hotel dan terlebih dahulu mengancam pihak sekuriti hotel.

Saat mendekat itulah, puluhan massa pimpinan Toni langsung merusak sejumlah kaca depan dan pintu masuk Hotel. Tak itu saja, massa pimpinan Toni juga merangsek ke samping hotel dan merusak kaca samping, kaca kantor perbankan yang berada di kawasan Hotel Planet Holiday, serta mobil pengunjung hotel yang terparkir di depan maupun samping hotel.

Sementara puluhan massa pimpinan Basri yang menjaga lahan yang disengketakan di Batuampar, mendengar massa Toni telah menyerang Hotel Planet Holiday langsung marah dan berbalik menuju Hotel Planet Holiday untuk menghentikan perusakan yang dilakukan kubu Toni. Mereka balik menuju Hotel Planet Holiday juga menyusuri jalan di Bukit Senyum.

“Memang betul, Basri kembali dan berniat menghentikan aksi brutal massa Toni, karena Basri merupakan orang kepercayaan pemilik Hotel Planet Holiday untuk mengamankan kondisi Hotel Planet Holiday,” ujar Kapolda Kepri, Brigejen Yotje Mende yang langsung turun ke TKP.
Info yang dihimpun Batam Pos (grup Sumut Pos), kelompok Toni menyerang Hotel Planet Holiday karena PT Letwei Engineering yang memenangkan gugatan tersebut pemiliknya adalah pemilik Hotel Planet Holiday yang bernama Karto.

Sampai di area Hotel Planet Holiday, massa pimpinan Basri yang melihat perusakan oleh massa Toni langsung meluapkan emosinya. Sama-sama membawa parang, tombak, dan busur panah massa pimpinan Basri langsung menyerbu massa pimpinan Toni. Perang parang, lompatan busur panah yang melayang di udara serta terjangan tombak pun tak terhindarkan di antara kedua kubu. “Tolooong, ampuun, jangan bunuh, saya hanya ikut-ikutan saja, aaaarrh,” teriak salah seorang yang terkena tebasan parang.

Mengetahui kebrutalan dua kubu massa, polisi yang sebelumnya sudah berjaga-jaga di lokasi pun tak berdaya dan hanya melihat bentrok berdarah. Sebab, saat awal terjadinya bentrok berdarah, personel polisi yang turun di tkp hanya sedikit dan tak membawa persenjataan lengkap. Sehingga bentrok pun tak terhindarkan.

Selang beberapa menit setelah bentrok, bantuan personel polisi dari Brimob dan Polda Kepri yang berjumlah ratusan terdiri dari beberapa pleton langsung berdatangan dengan persenjataan laras panjang beserta tameng yang lengkap. Massa yang bentrok pun berhasil dipukul mundur dan ditangkap. Namun, ada beberapa dari massa kedua kubu yang lolos dari kejaran polisi.

“Yang melakukan penyerangan pertama kali adalah pihak Toni. Pihak Basri yang bertugas melakukan pengamanan menyerang balik,”kata Kapolda Kepri.
Sejauh ini pihak kepolisian sudah menahan 28 orang semuanya dari pihak Basri. Mereka dengan suka rela menyerahkan diri kepada pihak kepolisian. Mereka juga siap untuk diperiksa pihak kepolisian. Sementara dari pihak Toni hingga saat ini belum ada yang ditahan.

“Dari pihak Toni belum ada yang ditahan. Hanya dari pihak Basri yang menyerahkan diri dengan suka rela ke pihak kepolisian. Makanya kami minta pihak Toni untuk menyerahkan diri karena mereka yang duluan melakukan penyerangan,” katanya.

Bukan Perang Suku

Info yang sempat beredar di masyarakat tentang perang suku dibantah langsung oleh pejabat Kepri dan tokoh Masyarakat NTT dan tokoh masyarakat dari Sumatera Utara. Kapolda Kepri dengan tegas mengatakan kalau kerusuhan tersebut ulah dari dua kelompok masyarakat. “Dengan tegas saya katakan kalau ini tidak ada hubungannya dengan SARA” kata Kapolda

Hal yang sama juga diungkapkan Wali Kota Batam, Ahmad Dahlan. Ia mengatakan isu yang menyebut ada perang suku antara Batak dengan Flores adalah ulah oknum tertentu yang ingin membuat kerusuhan di Batam.”Ini adalah perselisihan antara dua kelompok yang dilatarbelakangi masalah sengketa lahan. Jadi kalau ada yang mengatakan ada perang suku, itu adalah oknum yang tidak menginkan kedamaian di Kota Batam,”katanya.

Untuk itu Ahmad Dahlan mengimbau kepada semua warga untuk tidak mau terpancing dengan isu-isu yang berkembang di masyarakat baik melalui SMS ataupun media lainnya. Ia berharap semua elemen untuk sama-sama berjuang dan berusaha menciptakan kedamaian di Kota Batam.

Untuk menenangkan masyarakat Batam perwakilan dari tokoh masyarakat juga memberikan pernyataan damai. Sabar Malau, tokoh masyarakat dari Suku Batak dengan tegas mengatakan suku Batak tidak ada perang dengan suku manapun termasuk Flores seperti yang beredar di masyarakat.
“Kami sudah pernah membuat kesepakatan dan itu tidak mungkin kami langgar. Ini adalah ulah oknum-oknum dari kelompok masyarakat dan tidak atas nama suku. Kita berharap tetap ada kedamaian di Batam yang kita cintai ini,” katanya.

Senada dengan Sabar Malau, ketua umum paguyuban warga NTT di Batam Rofinus Lorin juga mengatakan hal yang sama. Ia mengatakan warga atau NTT tidak ada hubungannya dengan kerusuhan tersebut. Ia mengimbau kepada semua warga NTT untuk tidak terpancing dengan isu yang berkembang di masyarakat.

Rofinus Lorin mengatakan kalau kerusuhan tersebut hanya melibatkan dua kelompok masyarakat yang berjuan untuk kepentingan sendiri, dan tidakl ada hubungannya dengan SARA, ia juga meminta kepada semua warga untuk memberikan kepercayaan kepada pihak kepolisian menyelesaikan masalah ini. (gus/cr15/par/eja/she/rpg/jpnn)

Kronologi

  1. Puluhan orang dari kelompok Basri bersenjata parang, pedang, dan lainnya menjaga lahan yang disengketakan. Mendadak puluhan orang dari kubu Toni yang bersenjata parang, pedang, dan lainnya berniat membubarkan kelompok Basri. Bentrok pun terjadi di lahan yang disengketan.
  2. Kalah jumlah, kubu Toni memilih mundur dan melarikan diri ke Jodoh tepat disamping Hotel Planet Holiday menyusuri Jalan Bukit Senyum.
  3. Sebanyak 50 orang dari kubu Toni mendadak merangsek masuk ke dalam area Hotel Planet Holiday dan melakukan perusakan.
  4. Mendengar massa Toni telah menyerang Hotel Planet Holiday, kubu Basri yang berada di lokasi sengketa di Batuampar langsung menuju hotel.
  5. Bentrok terjadi di area Hotel Planet Holiday.
  6. Ratusan petugas Brimob dan Polda Kepri membubarkan massa.

Darah Tercecer di Tanah Batam

Korban Tewas

1. Johan Sihombing meninggal di Rumah Sakit Santa Elsabeth

Korban Luka

  1. Dirawat di Rumah Sakit Santa Elsabeth
    1. Nelson Pangaribuan
    2. Herman Simatupang
  2. Dirawat di Rumah Sakit Budi Kemulian
    1. Ruslan, mengalami luka di bagian tangan
    2. Maruli Nainggolan, mengalami luka  serius di bagian tangan dan bahkan dua jari tangan kanan hilang karena bacokan
    3. F Said Abdula Fadhil, luka bacokan di tangan kanan, leher, dan telinga.
    4. Johanes Eduardo Dinamik, luka bacokan di telinga dan kedua pergelangan tangan serta telinga kanan nyaris putus.
  3. Dirawat di  rumah sakit Harapan Bunda
    1. Marubu Banjar Mahor, luka bacokan di kepala
    2. Pandi Munthe, luka bacokan di kepala dan tangan sebelah kiri patah
    3. Roby Chandra, luka robek di kepala
    4. Sumurung Mulia Pandapotan Simanjuntak, luka bocor di kepala.
  4. Tak jelas tempat perawatan
    1. Seorang anggota Brimob, luka di bagian perut dan tangan

Sumber: Batam Pos

Ilustrasi

BATAM, SUMUTPOS.CO – Sengketa lahan di Batam memakan korban. Perselisihan antara dua perusahaan di Kepulauan Riau tersebut diselesaikan dengan memakai jasa preman. Akibatnya, 1 tewas dan 11 lainnya terkapar terkena sabetan parang dan pedang.

Massa dari dua kubu berbeda yang saling bersengketa lahan bentrok di Area Hotel Planet Holiday, Jodoh, Senin (18/6) sekitar pukul 15.00. Mereka yang luka parah langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Bentrokan berdarah ini dipicu perebutan lahan PT Hyundai Metal Indonesia (PT HMI) di Batuampar oleh kubu Tony Fernando (Manager Operasional dan Pemasaran PT HMI) dengan kubu PT Lord Way Accommodation Engineering (PT LWAE) yang didukung Basri.

Pada 14 Juni lalu sengketa lahan seluas 4.300 meter persegi antara PT LWAE dengan PT HMI diputus di Pengadilan Negeri (PN) Kota Batam. Dalam putusannya, PN Batam memenangkan sebagian gugatan PT LWAE. Namun pihak PT HMI langsung menyatakan banding atas putusan tersebut, mengingat banyak fakta persidangan yang diabaikan pengadilan.

Merasa memenangkan gugatan, kelompok PT LWAE yang dikomandoi Basri langsung mengamankan dan menjaga lahan yang disengketakan tersebut setiap harinya setelah putusan PN. Namun, hal tersebut membuat kubu Toni yang mendukung PT HMI tak terima. Alasannya belum ada putusan final tentang banding yang diajukan PT HMI atas putusan PN Batam itu.

Siang hari, Senin (18/6) sekitar pukul 14.00 WIB, puluhan orang dari kelompok Basri menjaga lahan yang disengketakan. Mendadak puluhan orang dari kubu Toni berniat membubarkan kelompok Basri yang lagi menjaga lahan yang disengketakan. Bentrok pun terjadi di lahan yang disengketan.

Karena kalah jumlah massa, kubu Toni memilih mundur dan melarikan diri ke Jodoh tepat di samping Hotel Planet Holiday menyusuri Jalan Bukit Senyum. Di kawasan Hotel Planet Holiday, sebanyak 50 orang dari kubu Toni mendadak merangsek masuk ke dalam area hotel. Mereka dengan membawa pentungan dan parang langsung mendekati dan masuk hotel dan terlebih dahulu mengancam pihak sekuriti hotel.

Saat mendekat itulah, puluhan massa pimpinan Toni langsung merusak sejumlah kaca depan dan pintu masuk Hotel. Tak itu saja, massa pimpinan Toni juga merangsek ke samping hotel dan merusak kaca samping, kaca kantor perbankan yang berada di kawasan Hotel Planet Holiday, serta mobil pengunjung hotel yang terparkir di depan maupun samping hotel.

Sementara puluhan massa pimpinan Basri yang menjaga lahan yang disengketakan di Batuampar, mendengar massa Toni telah menyerang Hotel Planet Holiday langsung marah dan berbalik menuju Hotel Planet Holiday untuk menghentikan perusakan yang dilakukan kubu Toni. Mereka balik menuju Hotel Planet Holiday juga menyusuri jalan di Bukit Senyum.

“Memang betul, Basri kembali dan berniat menghentikan aksi brutal massa Toni, karena Basri merupakan orang kepercayaan pemilik Hotel Planet Holiday untuk mengamankan kondisi Hotel Planet Holiday,” ujar Kapolda Kepri, Brigejen Yotje Mende yang langsung turun ke TKP.
Info yang dihimpun Batam Pos (grup Sumut Pos), kelompok Toni menyerang Hotel Planet Holiday karena PT Letwei Engineering yang memenangkan gugatan tersebut pemiliknya adalah pemilik Hotel Planet Holiday yang bernama Karto.

Sampai di area Hotel Planet Holiday, massa pimpinan Basri yang melihat perusakan oleh massa Toni langsung meluapkan emosinya. Sama-sama membawa parang, tombak, dan busur panah massa pimpinan Basri langsung menyerbu massa pimpinan Toni. Perang parang, lompatan busur panah yang melayang di udara serta terjangan tombak pun tak terhindarkan di antara kedua kubu. “Tolooong, ampuun, jangan bunuh, saya hanya ikut-ikutan saja, aaaarrh,” teriak salah seorang yang terkena tebasan parang.

Mengetahui kebrutalan dua kubu massa, polisi yang sebelumnya sudah berjaga-jaga di lokasi pun tak berdaya dan hanya melihat bentrok berdarah. Sebab, saat awal terjadinya bentrok berdarah, personel polisi yang turun di tkp hanya sedikit dan tak membawa persenjataan lengkap. Sehingga bentrok pun tak terhindarkan.

Selang beberapa menit setelah bentrok, bantuan personel polisi dari Brimob dan Polda Kepri yang berjumlah ratusan terdiri dari beberapa pleton langsung berdatangan dengan persenjataan laras panjang beserta tameng yang lengkap. Massa yang bentrok pun berhasil dipukul mundur dan ditangkap. Namun, ada beberapa dari massa kedua kubu yang lolos dari kejaran polisi.

“Yang melakukan penyerangan pertama kali adalah pihak Toni. Pihak Basri yang bertugas melakukan pengamanan menyerang balik,”kata Kapolda Kepri.
Sejauh ini pihak kepolisian sudah menahan 28 orang semuanya dari pihak Basri. Mereka dengan suka rela menyerahkan diri kepada pihak kepolisian. Mereka juga siap untuk diperiksa pihak kepolisian. Sementara dari pihak Toni hingga saat ini belum ada yang ditahan.

“Dari pihak Toni belum ada yang ditahan. Hanya dari pihak Basri yang menyerahkan diri dengan suka rela ke pihak kepolisian. Makanya kami minta pihak Toni untuk menyerahkan diri karena mereka yang duluan melakukan penyerangan,” katanya.

Bukan Perang Suku

Info yang sempat beredar di masyarakat tentang perang suku dibantah langsung oleh pejabat Kepri dan tokoh Masyarakat NTT dan tokoh masyarakat dari Sumatera Utara. Kapolda Kepri dengan tegas mengatakan kalau kerusuhan tersebut ulah dari dua kelompok masyarakat. “Dengan tegas saya katakan kalau ini tidak ada hubungannya dengan SARA” kata Kapolda

Hal yang sama juga diungkapkan Wali Kota Batam, Ahmad Dahlan. Ia mengatakan isu yang menyebut ada perang suku antara Batak dengan Flores adalah ulah oknum tertentu yang ingin membuat kerusuhan di Batam.”Ini adalah perselisihan antara dua kelompok yang dilatarbelakangi masalah sengketa lahan. Jadi kalau ada yang mengatakan ada perang suku, itu adalah oknum yang tidak menginkan kedamaian di Kota Batam,”katanya.

Untuk itu Ahmad Dahlan mengimbau kepada semua warga untuk tidak mau terpancing dengan isu-isu yang berkembang di masyarakat baik melalui SMS ataupun media lainnya. Ia berharap semua elemen untuk sama-sama berjuang dan berusaha menciptakan kedamaian di Kota Batam.

Untuk menenangkan masyarakat Batam perwakilan dari tokoh masyarakat juga memberikan pernyataan damai. Sabar Malau, tokoh masyarakat dari Suku Batak dengan tegas mengatakan suku Batak tidak ada perang dengan suku manapun termasuk Flores seperti yang beredar di masyarakat.
“Kami sudah pernah membuat kesepakatan dan itu tidak mungkin kami langgar. Ini adalah ulah oknum-oknum dari kelompok masyarakat dan tidak atas nama suku. Kita berharap tetap ada kedamaian di Batam yang kita cintai ini,” katanya.

Senada dengan Sabar Malau, ketua umum paguyuban warga NTT di Batam Rofinus Lorin juga mengatakan hal yang sama. Ia mengatakan warga atau NTT tidak ada hubungannya dengan kerusuhan tersebut. Ia mengimbau kepada semua warga NTT untuk tidak terpancing dengan isu yang berkembang di masyarakat.

Rofinus Lorin mengatakan kalau kerusuhan tersebut hanya melibatkan dua kelompok masyarakat yang berjuan untuk kepentingan sendiri, dan tidakl ada hubungannya dengan SARA, ia juga meminta kepada semua warga untuk memberikan kepercayaan kepada pihak kepolisian menyelesaikan masalah ini. (gus/cr15/par/eja/she/rpg/jpnn)

Kronologi

  1. Puluhan orang dari kelompok Basri bersenjata parang, pedang, dan lainnya menjaga lahan yang disengketakan. Mendadak puluhan orang dari kubu Toni yang bersenjata parang, pedang, dan lainnya berniat membubarkan kelompok Basri. Bentrok pun terjadi di lahan yang disengketan.
  2. Kalah jumlah, kubu Toni memilih mundur dan melarikan diri ke Jodoh tepat disamping Hotel Planet Holiday menyusuri Jalan Bukit Senyum.
  3. Sebanyak 50 orang dari kubu Toni mendadak merangsek masuk ke dalam area Hotel Planet Holiday dan melakukan perusakan.
  4. Mendengar massa Toni telah menyerang Hotel Planet Holiday, kubu Basri yang berada di lokasi sengketa di Batuampar langsung menuju hotel.
  5. Bentrok terjadi di area Hotel Planet Holiday.
  6. Ratusan petugas Brimob dan Polda Kepri membubarkan massa.

Darah Tercecer di Tanah Batam

Korban Tewas

1. Johan Sihombing meninggal di Rumah Sakit Santa Elsabeth

Korban Luka

  1. Dirawat di Rumah Sakit Santa Elsabeth
    1. Nelson Pangaribuan
    2. Herman Simatupang
  2. Dirawat di Rumah Sakit Budi Kemulian
    1. Ruslan, mengalami luka di bagian tangan
    2. Maruli Nainggolan, mengalami luka  serius di bagian tangan dan bahkan dua jari tangan kanan hilang karena bacokan
    3. F Said Abdula Fadhil, luka bacokan di tangan kanan, leher, dan telinga.
    4. Johanes Eduardo Dinamik, luka bacokan di telinga dan kedua pergelangan tangan serta telinga kanan nyaris putus.
  3. Dirawat di  rumah sakit Harapan Bunda
    1. Marubu Banjar Mahor, luka bacokan di kepala
    2. Pandi Munthe, luka bacokan di kepala dan tangan sebelah kiri patah
    3. Roby Chandra, luka robek di kepala
    4. Sumurung Mulia Pandapotan Simanjuntak, luka bocor di kepala.
  4. Tak jelas tempat perawatan
    1. Seorang anggota Brimob, luka di bagian perut dan tangan

Sumber: Batam Pos

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/