26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Kasus Harian Covid-19 Tembus 14 Ribu, Rumah Sakit Hampir Penuh

Rekor tertinggi kasus harian Covid-19 di Indonesia tercatat sebanyak 14.224 pada Sabtu (16/1). Sementara penambahan jumlah kematian akibat Covid-19 pada Selasa (19/1) mencapai 308 pasien per hari, tertinggi selama pandemi. Rumah-rumah sakit hampir penuh. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menyebut, catatan rekor tersebut sudah tak bisa ditoleransi. Seorang epidemiolog menilai pandemi mulai tak terkendali.

“PADA pekan sebelumnya, penambahan kasus harian 9.000 – 10.000 itu adalah angka yang sangat tinggi. Tetapi ternyata pekan ini kita alami penambahan kasus harian hingga 14.000 kasus,” ujar Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, dalam konferensi pers virtual yang ditayangkan di Sekretariat Presiden, Selasa (19/1). “Ini tak boleh dan tidak bisa ditoleransi,” lanjutnya.

Menurut Wiku, kenaikan kasus ini dikontribusikan oleh lima daerah dengan kasus positif Covid-19 tertinggi Kelimanya yakni Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Bali dan Sulawesi Selatan. Jawa Barat pada pekan ini mencatat kenaikan kasus sebanyak 4.929. “Sebagai perbandingan, Jawa Barat pekan lalu naik 2.196 kasus dalam sepekan. Artinya kini ada penambahan kasus lebih buruk yang ditandai kenaikan kasus sebanyak dua kali lipat,” jelasnya.

Wiku juga menyebut penyebab lain lonjakan kasus adalah data kasus positif Covid-19 dari daerah yang terlambat masuk ke pusat. Akhirnya, data tersebut menumpuk dan menyebabkan penambahan yang tinggi.

Sebelumnya pada pekan lalu, Indonesia mencatatkan rekor penambahan kasus harian Covid-19 tertinggi selama empat hari berturut-turut. Kondisi ini terjadi pada Rabu (13/1) hingga Sabtu (16/1).

Pada Rabu pekan lalu, tercatat ada 11.278 kasus baru Covid-19 yang terjadi dalam 24 jam. Jumlah ini merupakan catatan tertinggi usai penambahan kasus harian Covid-19 tembus angka 10.000. Kemudian pada Kamis (14/1), ada 11.557 kasus baru Covid-19 yang tercatat selama 24 jam.

Lalu pada Jumat (15/1) terjadi penambahan 12.818 kasus dalam waktu 24 jam. Terakhir, pada Sabtu (16/1) data pemerintah memperlihatkan bahwa ada 14.224 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Hingga saat ini, penambahan kasus harian pada Sabtu masih menjadi rekor penambahan tertinggi terhitung sejak diumumkannya pasien pertama pada 2 Maret 2020.

Adapun, pandemi sudah berlangsung lebih dari 10 bulan. Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 pada Selasa (19/1) pukul 12.00 WIB, ada penambahan 10.365 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Penambahan tersebut menyebabkan jumlah pasien yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia kini mencapai 927.380 orang, terhitung sejak diumumkannya kasus perdana Covid-19 pada 2 Maret 2020.

Kemudian, hingga saat ini terdapat 753.948 pasien yang dinyatakan sembuh. Jumlah itu didapat dari penambahan sebanyak 8.013 pasien dalam 24 jam terakhir.

Selain kasus aktif harian, jumlah kasus kematian akibat Covid-19 pada Selasa (19/1), juga merupakan yang tertinggi selama pandemi. Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, ada 308 pasien Covid-19 yang meninggal dalam sehari. Penambahan ini menyebabkan kasus kematian pasien Covid-19 mencapai 26.590 orang.

Sebelumnya, Indonesia mencatatkan jumlah kasus kematian tertinggi, yakni 306 kasus pada Rabu (13/1).

RS Hampir Penuh

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) DKI Jakarta, Slamet Budiarto, mengaku sudah memprediksi kasus Covid-19 akan meningkat pasca libur natal dan tahun baru dan rumah sakit akan penuh. IDI sudah mengingatkan hal ini sejak jauh hari.

“Ya kan sudah mengingatkan sejak sebelum liburan bahwa kapasitas RS kita terbatas. Mungkin sudah banyak, tapi karena banyaknya pasien tidak cukup,” kata Slamet, Selasa (19/1).

Namun, ia menyayangkan imbauan yang disampaikan IDI hanya dianggap sebagai angin lalu. Kenyataannya, banyak masyarakat yang masih bepergian di masa liburan Natal dan tahun baru. Bahkan banyak yang abai protokol kesehatan. Akibatnya, kasus Covid-19 melonjak dua pekan pasca libur panjang.

Rumah Sakit rujukan Covid-19 pun hampir terisi penuh meski kapasitasnya terus ditambah. Ia mengatakan, strategi penambahan kapasitas RS saat ini sudah tak bisa lagi dilakukan. Sebab, penambahan tempat tidur juga berkaitan dengan ketersediaan peralatan juga tenaga medis. “(Kalau pasien Covid-19 bertambah terus) ya lama-lama (tenaga medis) akan kelelahan,” ujar dia.

Oleh karena itu, menurut dia, akan lebih tepat jika pemerintah dan masyarakat sama-sama menekan penularan Covid-19. Caranya tidak lain adalah dengan mengurangi mobilitas, keluar rumah hanya untuk keperluan mendesak. Juga selalu menerapkan protokol 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan secara rutin. “Yang harus ditekan adalah hulunya, kasusnya,” kata dia.

Pandemi Tak Terkendali

Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman menilai, hingga saat ini belum ada upaya yang memadai dari pemerintah untuk meningkatkan perbaikan aspek dari testing maupun tracing. Menurut dia, akan sulit mengendalikan penyebaran Covid-19 jika aspek tersebut tidak diperbaiki secara maksimal walaupun sudah ada vaksinasi yang memang perlu dilakukan dengan rapih, cermat, dan matang.

“Nah jangan dilupakan bahwa perbaikan aspek testing, tracing atau pun screening lah dengan adanya deteksi dini melalui klinik demam di setiap puskesmas itu tidak dilakukan ini enggak bisa kita mengejar semakin jauh kita ketinggalan dari virus ini dalam menyebar,” kata Dicky, Selasa (19/1).

Dicky mengatakan, kasus harian yang ada saat ini sudah menjauh dari kasus harian terendah. Jika tidak dilakukan perbaikan, dalam 2 pekan peningkatan kasus mungkin terjadi. “Dengan pola eksponensial itu bisa membuat lumpuh ini kita di awal bulan depan, ini yang di Jawa,” ucap Dicky.

Ia pun memprediksi, meskipun kapasitas rumah sakit terus ditambah, tetap tidak bisa menampung atau menerima pasien baru Covid-19 lagi. Hal ini, menurut dia, akan meningkatkan jumlah kematian yang diprediksi bisa mencapai 500 orang per hari pada akhir bulan depan.

“Itu luar biasa, sesuatu yang harus bisa kita cegah, dengan cara apa? Ya dengan penguatan aspek testing ini kita temukan semakin banyak kasusnya,” kata Dicky. “Kalau tidak, ya kita semakin memburuk situasinya, ini namanya situasi pandemi tidak terkendali,” ucap dia.

Penyebab Pandemi Tak Kunjung Surut

Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Zubairi Djoerban, mengungkap beberapa penyebab naiknya jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia. Menurut dia, kenaikan tersebut merupakan imbas dari segala macam kerumunan yang terjadi di masyarakat beberapa waktu lalu.

“Mulai dari pertama kali waktu itu ada demo cipta kerja, libur panjang kemudian ternyata pesantren juga sudah buka,” kata Zubairi dalam diskusi daring, Selasa (19/1).

“Kemudian yang SMA ada uji coba, kemudian juga ada pertemuan-pertemuan untuk pernikahan dan yang lain,” ujar dia.

Selain itu, menurut dia, kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan juga masih kurang, terutama terkait penggunaan masker. Ia melihat masih banyak warga yang keluar rumah tanpa menggunakan masker. “Jadi itu semua penyebab kenaikan,” kata Zubairi.

Kendati demikian, Zubairi meminta masyarakat untuk tidak perlu terlalu panik dengan kasus Covid-19. “Kita tidak perlu terlalu panik. Mengapa, karena bagaimanapun Indonesia itu negara besar, negara dengan penduduk nomor empat di dunia setelah China, India, Amerika, Indonesia,” kata Zubairi.

“Dan sekarang ini, ranking Indonesia untuk Covid-19 di nomor 19, masih di bawah 1 juta (total kasus Covid-19 di Indonesia),” ujar dia.

Adapun negara tersebut di antaranya, Meksiko,Inggris, Spanyol, Prancis, Amerika hingga India. “Sudah jauh di atas kita, jadi memang (kasus Covid-19 di Indonesia) khawatirkan, namun tidak seberat beberapa negara lain,” ujarnya.

Ia pun mengingatkan masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan agar tidak terjadi lagi penularan di masyarakat. “Tentunya amat memprihatinkan (kasus Covid-19) dan karena itu kita harus selalu protokol kesehatan mutlak harus dikerjakan,” ucap dia.

Sementara untuk pemerintah diimbau untuk terus meningkatkan jumlah testing Covid-19. “Sekarang sudah makin banyak dikerjakan per hari itu bagus. Namun masih kurang, harus dinaikkan terus jumlah tesnya,” ucap dia.

Penambahan tes perlu dilakukan untuk mengantisipasi terus bertambahnya pasien Covid-19 di Indonesia. “Artinya kita memang harus antisipasi dari waktu ke waktu, jadi kalau dahulu kita sudah naikkan jumlah rumah sakit untuk rujukan, sekarang harus naikan lagi, bulan depan harus naik lagi,” ujarnya.

Zubairi menuturkan, penuhnya rumah sakit untuk pasien Covid-19 juga terjadi di beberapa negara. Ia menyebut Cina sebagai negara yang membuat rumah sakit darurat. Langkah itu diikuti negara-negara di Eropa. “Mulai dari Spanyol, kemudian Itali, kemudian Perancis, Jerman dan seterusnya Inggris apalagi sekarang tinggi banget itu juga pernah mengalami rumah sakit rumah sakit penuh,” lanjut dia.

Zubairi memahami bahwa saat ini proses vaksin Covid-19 sudah dimulai, namun butuh lama agar vaksin tersebut bisa bekerja maksimal. Sehingga, lanjut dia, perlu ditambah secara berkala jumlah rumah sakit atau tempat tidur untuk pasien Covid-19 dalam rangka mengantisipasi penambahan kasus.

“Kemudian bagaimana kalau naik 1,2 juta, 1,5 juta artinya memang kita harus menyesuaikan menambahkan secara berkala, bed rumah sakit, bed ICU, ventilator,” ucap Zubairi. (kps)

Rekor tertinggi kasus harian Covid-19 di Indonesia tercatat sebanyak 14.224 pada Sabtu (16/1). Sementara penambahan jumlah kematian akibat Covid-19 pada Selasa (19/1) mencapai 308 pasien per hari, tertinggi selama pandemi. Rumah-rumah sakit hampir penuh. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menyebut, catatan rekor tersebut sudah tak bisa ditoleransi. Seorang epidemiolog menilai pandemi mulai tak terkendali.

“PADA pekan sebelumnya, penambahan kasus harian 9.000 – 10.000 itu adalah angka yang sangat tinggi. Tetapi ternyata pekan ini kita alami penambahan kasus harian hingga 14.000 kasus,” ujar Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, dalam konferensi pers virtual yang ditayangkan di Sekretariat Presiden, Selasa (19/1). “Ini tak boleh dan tidak bisa ditoleransi,” lanjutnya.

Menurut Wiku, kenaikan kasus ini dikontribusikan oleh lima daerah dengan kasus positif Covid-19 tertinggi Kelimanya yakni Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Bali dan Sulawesi Selatan. Jawa Barat pada pekan ini mencatat kenaikan kasus sebanyak 4.929. “Sebagai perbandingan, Jawa Barat pekan lalu naik 2.196 kasus dalam sepekan. Artinya kini ada penambahan kasus lebih buruk yang ditandai kenaikan kasus sebanyak dua kali lipat,” jelasnya.

Wiku juga menyebut penyebab lain lonjakan kasus adalah data kasus positif Covid-19 dari daerah yang terlambat masuk ke pusat. Akhirnya, data tersebut menumpuk dan menyebabkan penambahan yang tinggi.

Sebelumnya pada pekan lalu, Indonesia mencatatkan rekor penambahan kasus harian Covid-19 tertinggi selama empat hari berturut-turut. Kondisi ini terjadi pada Rabu (13/1) hingga Sabtu (16/1).

Pada Rabu pekan lalu, tercatat ada 11.278 kasus baru Covid-19 yang terjadi dalam 24 jam. Jumlah ini merupakan catatan tertinggi usai penambahan kasus harian Covid-19 tembus angka 10.000. Kemudian pada Kamis (14/1), ada 11.557 kasus baru Covid-19 yang tercatat selama 24 jam.

Lalu pada Jumat (15/1) terjadi penambahan 12.818 kasus dalam waktu 24 jam. Terakhir, pada Sabtu (16/1) data pemerintah memperlihatkan bahwa ada 14.224 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Hingga saat ini, penambahan kasus harian pada Sabtu masih menjadi rekor penambahan tertinggi terhitung sejak diumumkannya pasien pertama pada 2 Maret 2020.

Adapun, pandemi sudah berlangsung lebih dari 10 bulan. Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 pada Selasa (19/1) pukul 12.00 WIB, ada penambahan 10.365 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Penambahan tersebut menyebabkan jumlah pasien yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia kini mencapai 927.380 orang, terhitung sejak diumumkannya kasus perdana Covid-19 pada 2 Maret 2020.

Kemudian, hingga saat ini terdapat 753.948 pasien yang dinyatakan sembuh. Jumlah itu didapat dari penambahan sebanyak 8.013 pasien dalam 24 jam terakhir.

Selain kasus aktif harian, jumlah kasus kematian akibat Covid-19 pada Selasa (19/1), juga merupakan yang tertinggi selama pandemi. Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, ada 308 pasien Covid-19 yang meninggal dalam sehari. Penambahan ini menyebabkan kasus kematian pasien Covid-19 mencapai 26.590 orang.

Sebelumnya, Indonesia mencatatkan jumlah kasus kematian tertinggi, yakni 306 kasus pada Rabu (13/1).

RS Hampir Penuh

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) DKI Jakarta, Slamet Budiarto, mengaku sudah memprediksi kasus Covid-19 akan meningkat pasca libur natal dan tahun baru dan rumah sakit akan penuh. IDI sudah mengingatkan hal ini sejak jauh hari.

“Ya kan sudah mengingatkan sejak sebelum liburan bahwa kapasitas RS kita terbatas. Mungkin sudah banyak, tapi karena banyaknya pasien tidak cukup,” kata Slamet, Selasa (19/1).

Namun, ia menyayangkan imbauan yang disampaikan IDI hanya dianggap sebagai angin lalu. Kenyataannya, banyak masyarakat yang masih bepergian di masa liburan Natal dan tahun baru. Bahkan banyak yang abai protokol kesehatan. Akibatnya, kasus Covid-19 melonjak dua pekan pasca libur panjang.

Rumah Sakit rujukan Covid-19 pun hampir terisi penuh meski kapasitasnya terus ditambah. Ia mengatakan, strategi penambahan kapasitas RS saat ini sudah tak bisa lagi dilakukan. Sebab, penambahan tempat tidur juga berkaitan dengan ketersediaan peralatan juga tenaga medis. “(Kalau pasien Covid-19 bertambah terus) ya lama-lama (tenaga medis) akan kelelahan,” ujar dia.

Oleh karena itu, menurut dia, akan lebih tepat jika pemerintah dan masyarakat sama-sama menekan penularan Covid-19. Caranya tidak lain adalah dengan mengurangi mobilitas, keluar rumah hanya untuk keperluan mendesak. Juga selalu menerapkan protokol 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan secara rutin. “Yang harus ditekan adalah hulunya, kasusnya,” kata dia.

Pandemi Tak Terkendali

Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman menilai, hingga saat ini belum ada upaya yang memadai dari pemerintah untuk meningkatkan perbaikan aspek dari testing maupun tracing. Menurut dia, akan sulit mengendalikan penyebaran Covid-19 jika aspek tersebut tidak diperbaiki secara maksimal walaupun sudah ada vaksinasi yang memang perlu dilakukan dengan rapih, cermat, dan matang.

“Nah jangan dilupakan bahwa perbaikan aspek testing, tracing atau pun screening lah dengan adanya deteksi dini melalui klinik demam di setiap puskesmas itu tidak dilakukan ini enggak bisa kita mengejar semakin jauh kita ketinggalan dari virus ini dalam menyebar,” kata Dicky, Selasa (19/1).

Dicky mengatakan, kasus harian yang ada saat ini sudah menjauh dari kasus harian terendah. Jika tidak dilakukan perbaikan, dalam 2 pekan peningkatan kasus mungkin terjadi. “Dengan pola eksponensial itu bisa membuat lumpuh ini kita di awal bulan depan, ini yang di Jawa,” ucap Dicky.

Ia pun memprediksi, meskipun kapasitas rumah sakit terus ditambah, tetap tidak bisa menampung atau menerima pasien baru Covid-19 lagi. Hal ini, menurut dia, akan meningkatkan jumlah kematian yang diprediksi bisa mencapai 500 orang per hari pada akhir bulan depan.

“Itu luar biasa, sesuatu yang harus bisa kita cegah, dengan cara apa? Ya dengan penguatan aspek testing ini kita temukan semakin banyak kasusnya,” kata Dicky. “Kalau tidak, ya kita semakin memburuk situasinya, ini namanya situasi pandemi tidak terkendali,” ucap dia.

Penyebab Pandemi Tak Kunjung Surut

Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Zubairi Djoerban, mengungkap beberapa penyebab naiknya jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia. Menurut dia, kenaikan tersebut merupakan imbas dari segala macam kerumunan yang terjadi di masyarakat beberapa waktu lalu.

“Mulai dari pertama kali waktu itu ada demo cipta kerja, libur panjang kemudian ternyata pesantren juga sudah buka,” kata Zubairi dalam diskusi daring, Selasa (19/1).

“Kemudian yang SMA ada uji coba, kemudian juga ada pertemuan-pertemuan untuk pernikahan dan yang lain,” ujar dia.

Selain itu, menurut dia, kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan juga masih kurang, terutama terkait penggunaan masker. Ia melihat masih banyak warga yang keluar rumah tanpa menggunakan masker. “Jadi itu semua penyebab kenaikan,” kata Zubairi.

Kendati demikian, Zubairi meminta masyarakat untuk tidak perlu terlalu panik dengan kasus Covid-19. “Kita tidak perlu terlalu panik. Mengapa, karena bagaimanapun Indonesia itu negara besar, negara dengan penduduk nomor empat di dunia setelah China, India, Amerika, Indonesia,” kata Zubairi.

“Dan sekarang ini, ranking Indonesia untuk Covid-19 di nomor 19, masih di bawah 1 juta (total kasus Covid-19 di Indonesia),” ujar dia.

Adapun negara tersebut di antaranya, Meksiko,Inggris, Spanyol, Prancis, Amerika hingga India. “Sudah jauh di atas kita, jadi memang (kasus Covid-19 di Indonesia) khawatirkan, namun tidak seberat beberapa negara lain,” ujarnya.

Ia pun mengingatkan masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan agar tidak terjadi lagi penularan di masyarakat. “Tentunya amat memprihatinkan (kasus Covid-19) dan karena itu kita harus selalu protokol kesehatan mutlak harus dikerjakan,” ucap dia.

Sementara untuk pemerintah diimbau untuk terus meningkatkan jumlah testing Covid-19. “Sekarang sudah makin banyak dikerjakan per hari itu bagus. Namun masih kurang, harus dinaikkan terus jumlah tesnya,” ucap dia.

Penambahan tes perlu dilakukan untuk mengantisipasi terus bertambahnya pasien Covid-19 di Indonesia. “Artinya kita memang harus antisipasi dari waktu ke waktu, jadi kalau dahulu kita sudah naikkan jumlah rumah sakit untuk rujukan, sekarang harus naikan lagi, bulan depan harus naik lagi,” ujarnya.

Zubairi menuturkan, penuhnya rumah sakit untuk pasien Covid-19 juga terjadi di beberapa negara. Ia menyebut Cina sebagai negara yang membuat rumah sakit darurat. Langkah itu diikuti negara-negara di Eropa. “Mulai dari Spanyol, kemudian Itali, kemudian Perancis, Jerman dan seterusnya Inggris apalagi sekarang tinggi banget itu juga pernah mengalami rumah sakit rumah sakit penuh,” lanjut dia.

Zubairi memahami bahwa saat ini proses vaksin Covid-19 sudah dimulai, namun butuh lama agar vaksin tersebut bisa bekerja maksimal. Sehingga, lanjut dia, perlu ditambah secara berkala jumlah rumah sakit atau tempat tidur untuk pasien Covid-19 dalam rangka mengantisipasi penambahan kasus.

“Kemudian bagaimana kalau naik 1,2 juta, 1,5 juta artinya memang kita harus menyesuaikan menambahkan secara berkala, bed rumah sakit, bed ICU, ventilator,” ucap Zubairi. (kps)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/