30 C
Medan
Friday, May 10, 2024

Gelontorkan Anggaran Rp52 Miliar, Pusat Percantik Desa Wisata Siallagan Pulau Samosir

SAMOSIR, SUMUTPOS.CO – Sejak ditetapkan sebagai destinasi pariwisata super prioritas oleh pemerintah pusat, perlahan kondisi sejumlah desa di kawasan Danau Toba, Provinsi Sumatera Utara semakin meningkat.

PEMBANGUNAN: Gading Siallagan, tokoh masyarakat adat Huta Siallagan diabadikan wartawan dengan latar belakang pembangunan rumah adat sebagai homestay di desa tersebut, Rabu (17/2). Ia optimis, desa tersebut akan menjadi salah satu destinasi wisata bertaraf internasional atas dukungan penuh pemerintah pusat dan pemda setempat.

Salah satunya seperti yang terlihat di Huta (Desa) Siallagan, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir di mana sarana dan prasarananya tampak sedang diperbaiki dan ditingkatkan kuantitas serta kualitasnya menuju objek wisata berkelas internasional.

Informasi dihimpun Sumut Pos di lokasi, Rabu (17/2), proyek yang dikerjakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tersebut mencakup dua desa yakni penataan Huta Siallagan dan Huta Raja. Adapun biayanya yang bersumber dari APBN 2021, senilai Rp52 miliar.

“Saat ini progres pembangunannya sudah 20 persen lebih. Mulai dikerjakan tim Kementerian PUPR sejak Januari 2021. Ditarget selesai kata Pak Luhut bulan Juli 2021,” kata Gading Siallagan, tokoh masyarakat adat Huta Siallagan menjawab wartawan.

Penataan di Huta Siallagan misalnya, ungkap dia, menelan biaya hingga Rp37 miliar. Antara lain yang dibangun ataupun direvitalisasi, yakni rumah masyarakat setempat untuk nantinya menjadi homestay bagi para wisatawan. Kemudian pembangunan sopo angin, sopo utama, rumah toko lingkar Tuk-Tuk, dan penggantian atap rumah adat Batak.

“Banyak titik yang sebenarnya dibangun di sini. Selain yang saya sebut tadi, pemasangan batu alam untuk semua lantai di kawasan yang dibangun. Jadi diganti semua yang bentuk coran (semen) itu dengan batu alam,” katanya.

Tak hanya itu, di sana nanti Gading pun telah siapkan konsep pembangunan patung Sigale-Gale raksasa yang akan menari secara otomatis setiap satu jam sekali.

Menko Maritim dan Investasi RI, Luhut Binsar Pandjaitan pun, ungkap dia, langsung merespon positif rencana tersebut.

“Panjangnya 15 meter. Saya gunakan teknologi pesawat terbang untuk membuat itu. Pak Luhut juga sudah setujui dan meminta saya kirim drafnya untuk dicarikan dana CSR membangun patung Sigale-Gale raksasa tersebut. Mudah-mudahan Juli 2021 kalian datang lagi ke mari, sudah ada patungnya,” kata penerus keluarga Raja Siallagan penuh optimis.

Menurutnya, patung Sigale-Gale merupakan ikon pemanggil wisatawan untuk datang ke Danau Toba terkhusus Huta Siallagan. Ia optimis, desa tersebut bakal menjadi salah satu destinasi wisata bertaraf internasional melalui gelontoran anggaran untuk pembangunan yang dikucurkan pemerintah pusat saat ini.

“Percayalah jika ada patung raksasa di sini menari, bila perlu Habibie bangkit dari kuburnya. Saya yakin dengan revitalisasi home stay dan rumah adat Batak di Huta Siallagan ini, akan semakin membuat desa wisata di sini semakin maju,” ujarnya.

Adapun luas areal pembangunan di Desa Siallagan sekitar 4000 meter persegi. Kementerian PUPR menjadi leading sector dalam peningkatan sapras pada desa tersebut. “Saya sampaikan kepada kepala desa kami, nanti tolong dibuatkan plang desa homestay di sini,” katanya.

Selain aspek kultur, daya tarik wisatawan berkunjung ke Desa Siallagan lantaran wilayah tersebut tercatat sebagai museum. Kemudian, cerita mengenai peradaban di desa itu juga memiliki daya tarik yang kuat untuk diketahui wisatawan.

“Ya, desa ini akan jadi desa museum. Penuh cerita kearifan lokal dan adat istiadat, serta akan ada tari-tarian juga. Tari-tarian Batak di desa ini secara lengkap akan kami edukasi kepada wisatawan yang berkunjung,” pungkasnya.

Kemenparekraf RI terus gencar menyosialisasikan protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19 pada lima destinasi pariwisata super prioritas, termasuk Geopark Kaldera Toba (GKT) . Kegiatan dimaksud notabene tindak lanjut atas capaian GKT mendapat sertifikasi sebagai warisan budaya dari UNESCO Global Geopark (UGG) pada 2020.

Dalam kunjungan kerja pekan ini di Parapat, Kemenparekraf telah menggelar acara sosialisasi dan simulasi program Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan serta Kelestarian Lingkungan (Cleanliness, Health, Safety and Environmental sustainability/CHSE) berikut pedoman pelaksanaannya kepada para pelaku atau asosiasi pariwisata di sekitar objek wisata tersebut, serta di Sumut secara umum. Kemenparekraf ingin menunjukkan bahwa Indonesia siap menyambut wisatawan domestik dan mancanegara di masa pandemi, dengan penerapan CHSE dan prokes Covid-19 secara ketat. Terutama dalam sektor Meeting, Incentive, Convention, Exhibition (MICE) berskala internasional. (prn)

SAMOSIR, SUMUTPOS.CO – Sejak ditetapkan sebagai destinasi pariwisata super prioritas oleh pemerintah pusat, perlahan kondisi sejumlah desa di kawasan Danau Toba, Provinsi Sumatera Utara semakin meningkat.

PEMBANGUNAN: Gading Siallagan, tokoh masyarakat adat Huta Siallagan diabadikan wartawan dengan latar belakang pembangunan rumah adat sebagai homestay di desa tersebut, Rabu (17/2). Ia optimis, desa tersebut akan menjadi salah satu destinasi wisata bertaraf internasional atas dukungan penuh pemerintah pusat dan pemda setempat.

Salah satunya seperti yang terlihat di Huta (Desa) Siallagan, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir di mana sarana dan prasarananya tampak sedang diperbaiki dan ditingkatkan kuantitas serta kualitasnya menuju objek wisata berkelas internasional.

Informasi dihimpun Sumut Pos di lokasi, Rabu (17/2), proyek yang dikerjakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tersebut mencakup dua desa yakni penataan Huta Siallagan dan Huta Raja. Adapun biayanya yang bersumber dari APBN 2021, senilai Rp52 miliar.

“Saat ini progres pembangunannya sudah 20 persen lebih. Mulai dikerjakan tim Kementerian PUPR sejak Januari 2021. Ditarget selesai kata Pak Luhut bulan Juli 2021,” kata Gading Siallagan, tokoh masyarakat adat Huta Siallagan menjawab wartawan.

Penataan di Huta Siallagan misalnya, ungkap dia, menelan biaya hingga Rp37 miliar. Antara lain yang dibangun ataupun direvitalisasi, yakni rumah masyarakat setempat untuk nantinya menjadi homestay bagi para wisatawan. Kemudian pembangunan sopo angin, sopo utama, rumah toko lingkar Tuk-Tuk, dan penggantian atap rumah adat Batak.

“Banyak titik yang sebenarnya dibangun di sini. Selain yang saya sebut tadi, pemasangan batu alam untuk semua lantai di kawasan yang dibangun. Jadi diganti semua yang bentuk coran (semen) itu dengan batu alam,” katanya.

Tak hanya itu, di sana nanti Gading pun telah siapkan konsep pembangunan patung Sigale-Gale raksasa yang akan menari secara otomatis setiap satu jam sekali.

Menko Maritim dan Investasi RI, Luhut Binsar Pandjaitan pun, ungkap dia, langsung merespon positif rencana tersebut.

“Panjangnya 15 meter. Saya gunakan teknologi pesawat terbang untuk membuat itu. Pak Luhut juga sudah setujui dan meminta saya kirim drafnya untuk dicarikan dana CSR membangun patung Sigale-Gale raksasa tersebut. Mudah-mudahan Juli 2021 kalian datang lagi ke mari, sudah ada patungnya,” kata penerus keluarga Raja Siallagan penuh optimis.

Menurutnya, patung Sigale-Gale merupakan ikon pemanggil wisatawan untuk datang ke Danau Toba terkhusus Huta Siallagan. Ia optimis, desa tersebut bakal menjadi salah satu destinasi wisata bertaraf internasional melalui gelontoran anggaran untuk pembangunan yang dikucurkan pemerintah pusat saat ini.

“Percayalah jika ada patung raksasa di sini menari, bila perlu Habibie bangkit dari kuburnya. Saya yakin dengan revitalisasi home stay dan rumah adat Batak di Huta Siallagan ini, akan semakin membuat desa wisata di sini semakin maju,” ujarnya.

Adapun luas areal pembangunan di Desa Siallagan sekitar 4000 meter persegi. Kementerian PUPR menjadi leading sector dalam peningkatan sapras pada desa tersebut. “Saya sampaikan kepada kepala desa kami, nanti tolong dibuatkan plang desa homestay di sini,” katanya.

Selain aspek kultur, daya tarik wisatawan berkunjung ke Desa Siallagan lantaran wilayah tersebut tercatat sebagai museum. Kemudian, cerita mengenai peradaban di desa itu juga memiliki daya tarik yang kuat untuk diketahui wisatawan.

“Ya, desa ini akan jadi desa museum. Penuh cerita kearifan lokal dan adat istiadat, serta akan ada tari-tarian juga. Tari-tarian Batak di desa ini secara lengkap akan kami edukasi kepada wisatawan yang berkunjung,” pungkasnya.

Kemenparekraf RI terus gencar menyosialisasikan protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19 pada lima destinasi pariwisata super prioritas, termasuk Geopark Kaldera Toba (GKT) . Kegiatan dimaksud notabene tindak lanjut atas capaian GKT mendapat sertifikasi sebagai warisan budaya dari UNESCO Global Geopark (UGG) pada 2020.

Dalam kunjungan kerja pekan ini di Parapat, Kemenparekraf telah menggelar acara sosialisasi dan simulasi program Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan serta Kelestarian Lingkungan (Cleanliness, Health, Safety and Environmental sustainability/CHSE) berikut pedoman pelaksanaannya kepada para pelaku atau asosiasi pariwisata di sekitar objek wisata tersebut, serta di Sumut secara umum. Kemenparekraf ingin menunjukkan bahwa Indonesia siap menyambut wisatawan domestik dan mancanegara di masa pandemi, dengan penerapan CHSE dan prokes Covid-19 secara ketat. Terutama dalam sektor Meeting, Incentive, Convention, Exhibition (MICE) berskala internasional. (prn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/