Erwin Arnada, Mantan Bos Playboy Indonesia yang Terus Berkarya
Kerasnya kehidupan di penjara tidak membuat mental Erwin Arnada jatuh. Dia malah makin produktif. Novel pertamanya, Rumah di Seribu Ombak, yang lahir dari balik jeruji besi, kini menjadi best seller dan difilmkan.
Tidak mudah membuat janji bertemu dengan Erwin Arnada. Belakangan, dia memang jarang berada di Jakarta.
Selain itu, Erwin sedang berhati-hati setelah namanya disorot gara-gara kicauan di Twitter soal ormas Front Pembela Islam (FPI).
Cobalah ketik kata kunci: โErwin Arnada FPIโ di mesin pencari Google. Sejurus kemudian bakal muncul lebih 43.000 hasil pencarian. Tapi, Erwin ogah bicara tentang masalah tersebut. โKita bicara buku saja ya. Soal itu biar di Twitter saja,โ ujar pemilik akun @erwinarnada itu saat ditemui di sebuah kafe bilangan Kemang, Jakarta Selatan, kemarin sore. Erwin didampingi istri tercintanya, Hevie Ursulla Arnada.
Erwin hanya beberapa hari di Jakarta. Besok malam dia harus terbang lagi ke rumahnya di Bali. โAku ada rencana mengunjungi saudara-saudara di Cipinang,โ katanya.
Yang dimaksud saudara adalah rekan-rekannya sesama napi di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cipinang, Jakarta Timur. Erwin pernah menjadi keluarga besar mereka saat di penjara gara-gara menerbitkan majalah Playboy.
Dia didakwa dengan pasal kesusilaan, namun dibebaskan dari dakwaan di tingkat pengadilan negeri dan pengadilan tinggi. Tapi, Mahkamah Agung pada 2010 mengabulkan kasasi jaksa yang membuat Erwin harus mendekam di Lapas Cipinang 8,5 bulan. Erwin akhirnya bebas pada Juni 2011 setelah MA mengabulkan permohonan kembali (PK) kasusnya.
Penjara, ternyata, tidak membuat Erwin berhenti berkarya. Justru dari dalam jeruji besi dia melahirkan novel Rumah di Seribu Ombak. Modalnya, kertas-kertas bekas fotokopi dan sebuah pulpen murah. โKadang-kadang pinjam komputer butut di gereja dalam lapas. Tapi, itu juga harus izin sama penguasanya,โ katanya.
Novel ini berkisah tentang persahabatan Samihi, seorang anak muslim yang tinggal di Desa Kalidukuh, Singaraja, Bali, dengan I Wayan Manik yang biasa dipanggil Yanik. Persahabatan keduanya dimulai ketika Yanik menolong Samihi dari keroyokan berandal Desa Temukus. Mereka mencoba mencuri sepeda Samihi. Sejak peristiwa itu, Samihi dan Yanik sering jalan bersama. Walaupun berbeda agama, mereka bersahabat dengan menghormati keyakinan masing-masing.
Yanik membantu Samihi dalam berlatih untuk mengikuti kejuaraan qiraah di desanya. Caranya unik. Yanik mengajak Samihi mendengarkan geguritan, cara berpantun orang Bali dengan nada yang dimainkan ritmenya.
Siapa sangka, Yanik ternyata punya cerita rahasia. Dia pernah menjadi korban pelecehan seksual oleh warga negara asing. Dibantu Samihi, Yanik melawan dan mencuri bukti-bukti pelecehan di rumah turis itu.
โItu semua dari kisah nyata. Saya bertemu dengan Wayan Manik pada 2008. Sejak itu saya riset,โ kata Erwin. Dia datang ke Singaraja dan menemukan fakta adanya kasus pedofilia yang tak terekspose secara luas. โAda panggilan kemanusiaan untuk mengangkat kasus ini. Anak-anak itu harus diselamatkan,โ katanya.
Karena masuk penjara pada Oktober 2010, penelitian lapangan yang dilakukan Erwin terhambat. Tapi, prosesnya jalan terus. โPelan-pelan saya susun di sela-sela waktu di penjara. Kadang setengah jam, satu jam, lama-lama selesai juga,โ katanya. Naskah novel 387 halaman itu satu per satu dibawa sang istri ketika menjenguk Erwin.
Untuk meminjam fasilitas komputer di penjara, Erwin harus berurusan dengan tamping (tahanan pendamping) senior yang berasal dari aneka macam kasus kejahatan.
โInsya Allah saya bersahabat dengan mereka semua. Ada Bang Wiliardi (Wiliardi Wizar, mantan Kapolres Jaksel, terpidana kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen), Jaksa Urip (kasus suap Ayin), Pak Widjanarko (Puspoyo, terpidana kasus korupsi bulog), dan para napi teroris. Ada juga beberapa anak buah John Kei. Pokoknya macam-macam,โ ujarnya.
Kreativitas Erwin terlihat saat dia memelopori kompetisi futsal dalam lapas. Dalam sebuah pertandingan, Erwin berhasil memasukkan dua gol ke gawang lawan. โSetelah pertandingan, saya diberi tahu untuk hati-hati. Sebab, belum pernah ada yang berani mencetak gol ke kiper lawan,โ katanya.
Rupanya, sang kiper adalah jagoan yang terkenal kejam jika tersinggung. Pernah ada seorang napi yang berani mencetak gol, eh langsung dipukuli. โUntungnya saya tidak (dipukuli). Sampai sekarang malah jadi akrab. Saya main lepas saja, nggak tahu kalau kipernya pentolan lapas,โ katanya lantas tertawa.
Dia juga sempat didorong dan diancam sepulang salat oleh napi kasus teroris. Erwin dianggap โmusuhโ karena kasus Playboy. โSaat saya lapor ke petugas, cuma dibilang hati-hati saja. Wah, ini taruhannya nyawa, kok responsnya cuma begitu,โ ujarnya. Tapi, lama kelamaan hubungan Erwin dengan napi blok teroris cair dan baik.
Erwin yang hobi bulu tangkis itu juga punya pasangan tetap. โSaya main ganda dengan Pak Jaksa Urip. Kita juara terus. Pokoknya, Erwin-Urip itu pasangan bulu tangkis legendaris di Cipinang,โ katanya.
Tiga hari setelah menghirup udara bebas, Erwin langsung action merancang filmnya. Untuk kali pertama Erwin terjun langsung sebagai sutradara. โDulu saya tiap hari duduk bareng sutradara, sekarang mencoba sendiri. Alhamdulillah bisa juga dan selesai dalam 23 hari,โ jelasnya.
Sebelumnya, film-film yang diproduseri Erwin, antara lain, Asmara Dua Diana (2009), Jelangkung 3 (2007), Jakarta Undercover (2006), Cinta Silver (2005), Catatan Akhir Sekolah (2005), 30 Hari Mencari Cinta (2004), dan Tusuk Jelangkung (2003). (*)