27.8 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Isu Kudeta itu Cuma Pepesan Kosong …

Isu tentang kudeta dan sebelumnya akan didahului dengan demo besar-besaran pada tanggal 25 Maret 2013 nanti patut dipertanyakan. Apalagi isu itu diluncurkan seorang kepala negara berdasarkan data dari intelijen negara. Banyak kalangan politisi menilai isu itu cuma pengalihan masalah negara dan cuma pepesan kosong belaka.

“SAMPAI saat ini kami semua tak yakin siapa yang akan melakukan kudeta?” ujar Politisi PDI Perjuangan, TB Hasanuddin, dalam keterangan pers, Rabu (20/3).

Menurut Hasanuddin, dalam sejarah kekuasaan di seluruh dunia, kudeta hanya efektif bila dilakukan oleh kekuatan bersenjata. Di Indonesia sendiri, kudeta hanya efektif kalau dilakukan oleh TNI atau anggota-anggota TNI yang bersenjata. Lalu apakah ada tanda-tanda atau sinyal TNI akan melakukan kudeta?

“Menurut hemat saya, sangat tidak mungkin. Apalagi para panglima dan jajaran teras TNI saat ini dipegang oleh orang-orang kepercayaan presiden,” terangnya.

Selain itu, lanjut Hasanuddin, dilihat dari struktur organisasi TNI, keadaan geografi dan situasi geopolitik seperti sekarang ini, sulit di Indonesia untuk sukses melakukan kudeta.

Sementara itu mengenai isu adanya sekelompok orang yang ingin agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) turun sebelum tahun 2014 dengan diawali demo pada tanggal 25 Maret 2013 nanti, Hasanuddin mengatakan, isu itu hanya berkembang di sekitar elit tertentu dengan motivasi yang berbeda beda dan tanpa perencanaan matang.

“Andaikan benar akan ada pengerahan massa, bisa dipastikan tak akan mendapat dukungan penuh dari akar rumput. Massa sekarang lebih terorganisir dalam kepentingan kelompoknya masing-masing. Kelompok buruh berjuang untuk menuntut kenaikan UMR nya, pedagang kaki lima berjuang agar tak digusur dari lapaknya, dan kelompok-kelompok lainnya punya kepentingan masing-masing,” terang Hasanuddin.

Karena kepentingan yang berbeda itulah, menurut dia, mereka agak sulit untuk bersatu dan bersama-sama menurunkan presiden lewat aksi demonstrasi seperti yang terjadi pada tahun 1998 lalu. Masih menurut Hasanuddin, bisa jadi isu itu sengaja dirancang untuk tujuan tertentu yakni sebagai pengalihan isu seperti kasus Hambalang. Sehingga publik tak terlalu fokus pada isu korupsi Hambalang yang mulai menggurita ke mana-mana dan menyentuh elit-elit ‘tertentu’.

“Mari kita lihat benarkah tanggal 25 Maret nanti akan ada kudeta, sementara TNI/ Polri sudah diperintahkan untuk siaga. Yang jelas rakyat jadi ikut bingung,” ujar wakil ketua Komisi I DPR tersebut.

Akan halnya Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Fadli Zon justru menilai sinis isu ancaman kudeta terhadap pemerintahan Presiden SBY cuma pepesan kosong. Sebab, tak ada tradisi kudeta seperti sering terjadi di Thailand atau negara lain.

“Sekalipun ada niat kudeta, pertanyaannya siapa yang akan menggerakkan? Siapa mau kudeta? dengan apa? Karenanya, sebaiknya isu ini dihentikan, tak produktif untuk kondisi bangsa ini dan ini sama saja pembodohan politik,” tegas Fadli.

Melihat kondisi Indonesia sekarang, dia tegaskan, untuk terjadi kudeta dari luar itu sangat tak mungkin. Justru yang paling mungkin itu self-coup. Karena itu, menurutnya, wacana adanya pihak luar yang mau makar atau kudeta merupakan wacana kosong. “Sangat berlebihan dan paranoid. Bagi saya isu ini tak produktif bagi kinerja pemerintahan sendiri,” tegasnya.

Sekadar diketahui, yang dimaksud self-coup, yakni kudeta yang digerakan oleh pemerintah itu sendiri dengan bantuan militernya. Tujuannya untuk mendapatkan ekstra constitutional power.

eperti terjadi di Peru masa Alberto Fujimori. Menurut Fadly, jika melihat model kudeta yang pernah ada, kata dia, sebagian besar selalu melibatkan militer aktif. Seperti terjadi di Portugal 1974, Chili 1973, dan Liberia 1980. Atau setidaknya melibatkan orang dalam pemerintahan.

“Karena itu saya ingin tegaskan bahwa saya pikir tidak ada upaya untuk menggulingkan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Karena faktanya, saat ini tidak ada keadaan yang membuat posisi pemerintahan terancam,” paparnya.
Fadli juga sebelumnya mengaku tak percaya sedikitpun jika ada pihak-pihak yang akan menggulingkan pemerintahan saat ini.

Apalagi, dia tegaskan, pemerintahan SBY sudah diambang pintu selesai masa kekuasaannya.
“Tak ada. Siapa sih yang mau menggulingkan pemerintah,” tegasnya.
Dia menengarai isu ini dibangun pemerintah sendiri. Karena hingga kini kondisi dan situasi bangsa dan negara ini baik-baik saja. (dms/gil/jpnn)

Isu tentang kudeta dan sebelumnya akan didahului dengan demo besar-besaran pada tanggal 25 Maret 2013 nanti patut dipertanyakan. Apalagi isu itu diluncurkan seorang kepala negara berdasarkan data dari intelijen negara. Banyak kalangan politisi menilai isu itu cuma pengalihan masalah negara dan cuma pepesan kosong belaka.

“SAMPAI saat ini kami semua tak yakin siapa yang akan melakukan kudeta?” ujar Politisi PDI Perjuangan, TB Hasanuddin, dalam keterangan pers, Rabu (20/3).

Menurut Hasanuddin, dalam sejarah kekuasaan di seluruh dunia, kudeta hanya efektif bila dilakukan oleh kekuatan bersenjata. Di Indonesia sendiri, kudeta hanya efektif kalau dilakukan oleh TNI atau anggota-anggota TNI yang bersenjata. Lalu apakah ada tanda-tanda atau sinyal TNI akan melakukan kudeta?

“Menurut hemat saya, sangat tidak mungkin. Apalagi para panglima dan jajaran teras TNI saat ini dipegang oleh orang-orang kepercayaan presiden,” terangnya.

Selain itu, lanjut Hasanuddin, dilihat dari struktur organisasi TNI, keadaan geografi dan situasi geopolitik seperti sekarang ini, sulit di Indonesia untuk sukses melakukan kudeta.

Sementara itu mengenai isu adanya sekelompok orang yang ingin agar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) turun sebelum tahun 2014 dengan diawali demo pada tanggal 25 Maret 2013 nanti, Hasanuddin mengatakan, isu itu hanya berkembang di sekitar elit tertentu dengan motivasi yang berbeda beda dan tanpa perencanaan matang.

“Andaikan benar akan ada pengerahan massa, bisa dipastikan tak akan mendapat dukungan penuh dari akar rumput. Massa sekarang lebih terorganisir dalam kepentingan kelompoknya masing-masing. Kelompok buruh berjuang untuk menuntut kenaikan UMR nya, pedagang kaki lima berjuang agar tak digusur dari lapaknya, dan kelompok-kelompok lainnya punya kepentingan masing-masing,” terang Hasanuddin.

Karena kepentingan yang berbeda itulah, menurut dia, mereka agak sulit untuk bersatu dan bersama-sama menurunkan presiden lewat aksi demonstrasi seperti yang terjadi pada tahun 1998 lalu. Masih menurut Hasanuddin, bisa jadi isu itu sengaja dirancang untuk tujuan tertentu yakni sebagai pengalihan isu seperti kasus Hambalang. Sehingga publik tak terlalu fokus pada isu korupsi Hambalang yang mulai menggurita ke mana-mana dan menyentuh elit-elit ‘tertentu’.

“Mari kita lihat benarkah tanggal 25 Maret nanti akan ada kudeta, sementara TNI/ Polri sudah diperintahkan untuk siaga. Yang jelas rakyat jadi ikut bingung,” ujar wakil ketua Komisi I DPR tersebut.

Akan halnya Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Fadli Zon justru menilai sinis isu ancaman kudeta terhadap pemerintahan Presiden SBY cuma pepesan kosong. Sebab, tak ada tradisi kudeta seperti sering terjadi di Thailand atau negara lain.

“Sekalipun ada niat kudeta, pertanyaannya siapa yang akan menggerakkan? Siapa mau kudeta? dengan apa? Karenanya, sebaiknya isu ini dihentikan, tak produktif untuk kondisi bangsa ini dan ini sama saja pembodohan politik,” tegas Fadli.

Melihat kondisi Indonesia sekarang, dia tegaskan, untuk terjadi kudeta dari luar itu sangat tak mungkin. Justru yang paling mungkin itu self-coup. Karena itu, menurutnya, wacana adanya pihak luar yang mau makar atau kudeta merupakan wacana kosong. “Sangat berlebihan dan paranoid. Bagi saya isu ini tak produktif bagi kinerja pemerintahan sendiri,” tegasnya.

Sekadar diketahui, yang dimaksud self-coup, yakni kudeta yang digerakan oleh pemerintah itu sendiri dengan bantuan militernya. Tujuannya untuk mendapatkan ekstra constitutional power.

eperti terjadi di Peru masa Alberto Fujimori. Menurut Fadly, jika melihat model kudeta yang pernah ada, kata dia, sebagian besar selalu melibatkan militer aktif. Seperti terjadi di Portugal 1974, Chili 1973, dan Liberia 1980. Atau setidaknya melibatkan orang dalam pemerintahan.

“Karena itu saya ingin tegaskan bahwa saya pikir tidak ada upaya untuk menggulingkan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Karena faktanya, saat ini tidak ada keadaan yang membuat posisi pemerintahan terancam,” paparnya.
Fadli juga sebelumnya mengaku tak percaya sedikitpun jika ada pihak-pihak yang akan menggulingkan pemerintahan saat ini.

Apalagi, dia tegaskan, pemerintahan SBY sudah diambang pintu selesai masa kekuasaannya.
“Tak ada. Siapa sih yang mau menggulingkan pemerintah,” tegasnya.
Dia menengarai isu ini dibangun pemerintah sendiri. Karena hingga kini kondisi dan situasi bangsa dan negara ini baik-baik saja. (dms/gil/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/