30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Hutan Jambi, Rumah Baru buat ‘Surya dan Citra’ (4/Habis)

Dipantau Pakai GPS Collar Lebih Kurang 2 Tahun

Surya Manggala dan Citra Kartini sudah berhasil dilepasliarkan ke tengah hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Meski sepasang harimau Sumatra itu telah dilepasliarkan, pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) masih tetap memantau pergerakan keduanya. Caranya, dengan memasang Global Positioning System (GPS) Collar di leher mereka, dengan baterai yang bisa bertahan maksimal 2 tahun.

————————-
Dame Ambarita, Jambi
————————-

Walau ada gangguan cuaca, proses pelepasliaran Surya dan Citra ke TN Kerinci Seblat pada 7-8 Juni 2022 dinilai cukup sukses. Apalagi, konon, ini kali pertama di Indonesia harimau Sumatra hasil breeding di penangkaran bisa dilepasliarkan. Sejumlah pihak membantu mereka ke rumah barunya, mulai dari Yayasan Persamuhan Bodhicitta Mandala Medan (YPBMM) pengelola Sanctuary Harimau Barumun, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatra Utara, hingga PT Agincourt Resources (PTAR).
“Harimau Sumatra saat ini sudah sangat langka. Jadi, kita harus bisa melakukan upaya konservasi,” kata Plt. Kepala BBKSDA Sumatra Utara, Irzal Azhar.
Setelah dilepas ke hutan, pemantauan pergerakan Surya dan Citra dilakukan melalui GPS Collar yang dipasang di lehernya. Pemasangan GPS collar dipastikan tidak mengganggu kenyamanan dan kesejahteraan satwa. Dari sinyal GPS itu, pergerakan kedua harimau akan dipantau untuk dianalisa dan dievaluasi secara berkala.
Syukur Alfajar (Sugenk), Manajer Sanctuary Harimau Barumun, saat ditemui di Bandara Dipati Parbo, Sungai Penuh, Provinsi Jambi, Selasa (7/6/2022), mengatakan baterai GPS Collar yang dipasang di leher Surya dan Citra diperkirakan bisa bertahan hingga 2 tahun.
Begitupun, jika selama dua bulan pertama Surya dan Citra terpantau bisa beradaptasi di rumah barunya, pemantauan sebenarnya tidak urgent lagi. “Tapi pemantauan akan tetap dilakukan minimal 6 bulan,” katanya.
Pemantauan GPS Collar itu juga sebagai early warning system. Jika Surya dan Citra mendekati pemukiman penduduk, tim patroli akan bergerak menghalau agar mereka tidak mengganggu manusia.
“Dengan GPS Collar, pergerakan harimau dapat terpantau ke mana. Perilaku kapan kumpul, juga bisa didata. Pola ruang jelajah (home range) pun dapat diketahui,” katanya.
Bagaimana jika GPS Collar terlepas? “Nah, itu di luar kuasa kita. Kalau sudah di alam liar, apa saja bisa terjadi. Mungkin saja GPS Collar-nya tersangkut ranting atau semak hingga terlepas. Tapi itu sudah di luar kendali kita,” sebut Sugenk.
Ruang jelajah (home range) harimau Sumatra jantan liar diperkirakan mencapai luas 500 km persegi, sedangkan home range betina setengahnya. Postur harimau Sumatra lebih kecil dibandingkan dengan harimau lainnya di dunia, tetapi harimau Sumatra justru paling reaktif dan agresif. Warna corak bulunya juga lebih gelap.
Makanan utamanya babi hutan dan rusa. “Ia bisa berenang dan kadang-kadang makan ikan. Mereka suka air dan sungai. Untungnya, seluruh hutan Sumatra rata-rata ada airnya,” kata Sugenk.
Umur harimau yang hidup di kebun binatang normalnya mencapai 15 tahun. Di hutan liar, belum diketahui karena bangkai harimau mati tua jarang ditemukan. “Usia harimau di alam liar belum bisa diukur,” kata Sugenk.
Harimau Sumatra masuk kategori Critically Endangered atau spesies yang terancam kritis dan berisiko tinggi untuk punah di alam liar, berdasarkan The International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List of Threatened Species. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memperkirakan jumlah harimau Sumatra di alam liar kurang lebih 603 ekor, tersebar dalam 23 lanskap di Sumatra.
Karena status itulah, sejumlah pihak, baik pemerintah, yayasan, maupun korporasi, mengupayakan agar spesies harimau Sumatra bisa terus lestari. PT Agincourt Resources (PTAR) misalnya, menyediakan helikopter untuk melepasliarkan Surya dan Citra ke TN Kerinci Seblat, dan pada tahun 2020 mengantarkan seekor harimau Sumatra ke TN Gunung Leuser, Aceh.
Selain melestarikan fauna, PTAR berupaya menjaga keanekaragaman hayati tumbuhan. Terbukti, pengelola Tambang Emas Martabe itu hingga saat ini sudah menanam lebih dari 41.000 bibit pohon di dalam area dan luar area tambang, yang berasal dari fasilitas pembibitan (nursery) perusahaan. PTAR yang berlokasi di Batangtoru, Tapanuli Selatan, berkomitmen menerapkan praktik pengelolaan lingkungan berkelanjutan sesuai regulasi dan prosedur yang ditetapkan pemerintah serta berhasil meningkatkan kualitas pengolahan air sisa proses yang dialirkan ke Sungai Batangtoru. (mea)

Surya Manggala dan Citra Kartini sudah berhasil dilepasliarkan ke tengah hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Meski sepasang harimau Sumatra itu telah dilepasliarkan, pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) masih tetap memantau pergerakan keduanya. Caranya, dengan memasang Global Positioning System (GPS) Collar di leher mereka, dengan baterai yang bisa bertahan maksimal 2 tahun.

————————-
Dame Ambarita, Jambi
————————-

Walau ada gangguan cuaca, proses pelepasliaran Surya dan Citra ke TN Kerinci Seblat pada 7-8 Juni 2022 dinilai cukup sukses. Apalagi, konon, ini kali pertama di Indonesia harimau Sumatra hasil breeding di penangkaran bisa dilepasliarkan. Sejumlah pihak membantu mereka ke rumah barunya, mulai dari Yayasan Persamuhan Bodhicitta Mandala Medan (YPBMM) pengelola Sanctuary Harimau Barumun, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatra Utara, hingga PT Agincourt Resources (PTAR).
“Harimau Sumatra saat ini sudah sangat langka. Jadi, kita harus bisa melakukan upaya konservasi,” kata Plt. Kepala BBKSDA Sumatra Utara, Irzal Azhar.
Setelah dilepas ke hutan, pemantauan pergerakan Surya dan Citra dilakukan melalui GPS Collar yang dipasang di lehernya. Pemasangan GPS collar dipastikan tidak mengganggu kenyamanan dan kesejahteraan satwa. Dari sinyal GPS itu, pergerakan kedua harimau akan dipantau untuk dianalisa dan dievaluasi secara berkala.
Syukur Alfajar (Sugenk), Manajer Sanctuary Harimau Barumun, saat ditemui di Bandara Dipati Parbo, Sungai Penuh, Provinsi Jambi, Selasa (7/6/2022), mengatakan baterai GPS Collar yang dipasang di leher Surya dan Citra diperkirakan bisa bertahan hingga 2 tahun.
Begitupun, jika selama dua bulan pertama Surya dan Citra terpantau bisa beradaptasi di rumah barunya, pemantauan sebenarnya tidak urgent lagi. “Tapi pemantauan akan tetap dilakukan minimal 6 bulan,” katanya.
Pemantauan GPS Collar itu juga sebagai early warning system. Jika Surya dan Citra mendekati pemukiman penduduk, tim patroli akan bergerak menghalau agar mereka tidak mengganggu manusia.
“Dengan GPS Collar, pergerakan harimau dapat terpantau ke mana. Perilaku kapan kumpul, juga bisa didata. Pola ruang jelajah (home range) pun dapat diketahui,” katanya.
Bagaimana jika GPS Collar terlepas? “Nah, itu di luar kuasa kita. Kalau sudah di alam liar, apa saja bisa terjadi. Mungkin saja GPS Collar-nya tersangkut ranting atau semak hingga terlepas. Tapi itu sudah di luar kendali kita,” sebut Sugenk.
Ruang jelajah (home range) harimau Sumatra jantan liar diperkirakan mencapai luas 500 km persegi, sedangkan home range betina setengahnya. Postur harimau Sumatra lebih kecil dibandingkan dengan harimau lainnya di dunia, tetapi harimau Sumatra justru paling reaktif dan agresif. Warna corak bulunya juga lebih gelap.
Makanan utamanya babi hutan dan rusa. “Ia bisa berenang dan kadang-kadang makan ikan. Mereka suka air dan sungai. Untungnya, seluruh hutan Sumatra rata-rata ada airnya,” kata Sugenk.
Umur harimau yang hidup di kebun binatang normalnya mencapai 15 tahun. Di hutan liar, belum diketahui karena bangkai harimau mati tua jarang ditemukan. “Usia harimau di alam liar belum bisa diukur,” kata Sugenk.
Harimau Sumatra masuk kategori Critically Endangered atau spesies yang terancam kritis dan berisiko tinggi untuk punah di alam liar, berdasarkan The International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List of Threatened Species. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memperkirakan jumlah harimau Sumatra di alam liar kurang lebih 603 ekor, tersebar dalam 23 lanskap di Sumatra.
Karena status itulah, sejumlah pihak, baik pemerintah, yayasan, maupun korporasi, mengupayakan agar spesies harimau Sumatra bisa terus lestari. PT Agincourt Resources (PTAR) misalnya, menyediakan helikopter untuk melepasliarkan Surya dan Citra ke TN Kerinci Seblat, dan pada tahun 2020 mengantarkan seekor harimau Sumatra ke TN Gunung Leuser, Aceh.
Selain melestarikan fauna, PTAR berupaya menjaga keanekaragaman hayati tumbuhan. Terbukti, pengelola Tambang Emas Martabe itu hingga saat ini sudah menanam lebih dari 41.000 bibit pohon di dalam area dan luar area tambang, yang berasal dari fasilitas pembibitan (nursery) perusahaan. PTAR yang berlokasi di Batangtoru, Tapanuli Selatan, berkomitmen menerapkan praktik pengelolaan lingkungan berkelanjutan sesuai regulasi dan prosedur yang ditetapkan pemerintah serta berhasil meningkatkan kualitas pengolahan air sisa proses yang dialirkan ke Sungai Batangtoru. (mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/