30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Hasil Tracing Kemenkes, 60 Orang Positif Covid, Pembawa Omicron Pulang dari Nigeria

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kementerian Kesehatan berhasil menemukan dugaan pembawa varian Omicron ke Indonesia. Berdasar hasil tracing, kasus pertama diduga berasal dari warga negara Indonesia (WNI) yang tiba dari Nigeria pada 27 November.

TEMU PERS: Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi saat memberi keterangan pers, beberapa waktu lalu.

Kamis (16/12) lalu Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan temuan kasus varian Omicron. Kasus itu terdeteksi pada seorang petugas kebersihan berinisial N yang bekerja di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. Padahal, N tidak pernah melakukan perjalanan ke luar negeri.

Karena itu, muncul dugaan N tertular dari WNI yang datang dari luar negeri dan dikarantina di Wisma Atlet.

Investigasi lantas dilakukan oleh Kemenkes. Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi menyebutkan, hingga Senin (20/12), sebanyak 250 orang menjalani tracing kontak erat dari temuan kasus omicron pertama di Indonesia. Dari 250 orang, 60 orang hasilnya positif Covid-19. “Adapun 60 kasus positif sedang dilanjutkan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS),” kata Nadia, Senin (20/12).

Dari temuan tersebut, Kemenkes menduga pelacakan asal mula masuknya virus Covid-19 varian omicron ke Indonesia dengan kasus pertama berasal dari warga negara Indonesia (WNI) yang tiba dari Nigeria pada 27 November 2021. Dugaan ini berdasarkan penelusuran kasus WNI yang positif Covid-19 di Wisma Atlet pada 14 hari ke belakang menunjukkan kemungkinan besar kasus pertama omicron adalah WNI dengan inisial TF (21), yang tiba dari Nigeria pada 27 November 2021.

Nadia menuturkan, TF merupakan kasus probable sehingga tidak dikonfirmasikan dalam hitungan kasus Omicron saat ini. Dengan demikian, kasus Covid-19 varian omicron ada tiga kasus. “TF masih probable omicron statusnya karena saat ini sudah negatif,” kata Nadia. Sementara untuk kasus probable lainnya, Nadia melanjutkan, masih menunggu hasil.

Nadia menjelaskan, terdeteksinya kasus pertama omicron di Indonesia merupakan salah satu fungsi utama dari karantina bagi setiap orang yang masuk ke negara Indonesia. Melalui karantina, pelaku perjalanan dari luar negeri akan dipantau dan diobservasi oleh petugas kesehatan. Dengan demikian, apabila pelaku perjalanan tersebut didapati positif Covid-19 bisa dengan segera dilakukan tracing.

Tidak hanya itu, melalui karantina pula pelaku perjalanan yang terkonfirmasi positif Covid-19 dengan gejala bisa langsung ditangani petugas medis. “Penting bagi setiap pelaku perjalanan luar negeri yang masuk ke Indonesia untuk melakukan karantina. Terdeteksinya omicron di Indonesia merupakan salah satu keberhasilan dari karantina dan kita bisa dengan segera melakukan tracing untuk mencegah meluasnya penularan omicron,” kata dr Nadia.

Ia mengimbau masyarakat untuk tetap mewaspadai penyebaranoOmicron dan virus Covid-19 jenis lainnya. “Kurangi mobilitas, tetap gunakan masker, rajin mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak. Jangan lengah dan tetap waspada terhadap penularan virus Covid-19, terutama omicron yang laju penyebarannya sangat cepat.

Varian omicron yang memiliki daya tular lima kali lipat dari varian delta merebak luas pertama kali di negara-negara Afrika bagian selatan. Sebelumnya pada Kamis (16/12) Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengumumkan temuan kasus varian omicron terdeteksi pada seorang petugas kebersihan berinisial N yang bekerja di RSDC Wisma Atlet Kemayoran Jakarta. N tidak pernah melakukan perjalanan ke luar negeri sehingga dapat disimpulkan N tertular dari WNI yang datang dari luar negeri yang melakukan karantina di Wisma Atlet.

Pada Jumat (17/12), Kemenkes kembali mendeteksi dua pasien konfirmasi varian omicron. Dua pasien terkonfirmasi terbaru adalah IKWJ (42 tahun), laki-laki, perjalanan dari Amerika Selatan serta M (50) laki-laki, perjalanan dari Inggris. Saat ini keduanya sedang menjalani karantina di Wisma Atlet.

Naik 8 Kali Lipat Dalam Seminggu

Terpisah, Menkes Budi Gunadi Sadikin mengungkap data kasus Corona varian Omicron di dunia yang melonjak drastis. Budi mengatakan, kasus Omicron di dunia naik 8 kali lipat dalam seminggu. “Dibandingkan dua minggu lalu, ada 7.900 kasus Omicron, minggu lalu naik jadi 62.342. Jadi kenaikan lebih dari 8 kali lipat dalam seminggu di dunia,” ujar Budi dalam jumpa pers, Senin (20/12).

Dia mengatakan, jumlah negara yang terdampak Omicron juga bertambah. Pada dua minggu lalu, ada 72 negara yang terdeteksi kasus Omicron. Namun pada pekan lalu menjadi 97 negara.

Budi juga menjelaskan soal pergeseran negara yang mencatat kasus Omicron paling banyak. Inggris menjadi negara dengan kasus Corona varian Omicron tertinggi. “Inggris dengan 37 ribu kasus, Denmark 15 ribu kasus, Norwegia 2.000 kaus, Afsel 1.300, dan AS 1.000 kasus. Jadi mulai terjadi pergeseran populasi omicron yang paling banyak ada di Eropa,” paparnya.

Budi juga menerangkan soal kemampuan netralisasi virus yang menurun terhadap omicron. Bahkan Budi menyebut vaksin booster tak menjamin bisa mencegah omicron. “Ada kemungkinan besar bahwa beberapa orang yang sudah divaksin lengkap maupun booster tetap tertular omicron,” katanya.

Sementara, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyebut, kasus baru Omicron dapat meningkat dua kali lipat selama 1,5 hingga tiga hari ke depan. Seperti diketahui, varian baru corona ini telah dilaporkan menyebar di 97 negara global.

Dilansir dari CNBC Internasional, Senin (20/12), WHO menyebut Omicron telah menyebar dengan cepat di negara-negara dengan tingkat kekebalan populasi yang tinggi. Namun, pihaknya belum mengetahui secara jelas apakah ini didorong oleh kemampuan virus untuk menghindari kekebalan, peningkatan penularan yang melekat atau kombinasi antara keduanya.

Badan kesehatan dunia tersebut sebelumnya menetapkan varian Omicron sebagai variant of concern pada 26 November 2021, dua hari setelah varian tersebut terdeteksi di Afrika Selatan. Namun hingga saat ini diakui masih banyak yang belum diketahui tentang varian omicron, termasuk tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya.

“Data keparahan klinis Omicron masih terbatas. Sehingga lebih banyak data diperlukan untuk memahami profil keparahan dan bagaimana tingkat keparahan dipengaruhi oleh vaksinasi dan kekebalan yang sudah ada sebelumnya”, ujar WHO dalam update terbarunya.

WHO menambahkan, keterbatasan data dari varian baru asal Afrika Selatan (Afsel) tersebut membutuhkan peer-reviewed secara lebih lanjut. WHO memperingatkan bahwa dengan kasus yang meningkat begitu cepat, rumah sakit bisa kewalahan di beberapa tempat. “Rawat inap di Inggris dan Afrika Selatan terus meningkat dan mengingat jumlah kasus yang meningkat pesat, ada kemungkinan banyak sistem perawatan kesehatan menjadi cepat kewalahan,” ujar WHO.

Sementara itu di AS, ahli virologi dan penasihat pandemi Gedung Putin Anthony Fauci memperingatkan dunia akan memasuki “musim dingin yang suram”. Ini akibat Omicron memicu gelombang infeksi baru secara global, mesmice pembatasan dan menekan kapasitas rumah sakit. “Satu hal yang sangat jelas adalah kemampuan penyebaran (Omicron) yang luar biasa,” kata Fauci kepada NBC News. “Itu mengamuk ke seluruh dunia.”

Meskipun ada indikasi bahwa itu tidak lebih parah daripada varian Delta, yang saat ini masih merupakan strain dominan, Omicron sangat bermutasi. Ketahanannya terhadap vaksin juga mengkhawatirkan, apalagi transmisibilitas yang lebih tinggi. Tidak peduli bagaimana Anda melihatnya ketika Anda memiliki begitu banyak infeksi, bahkan jika itu tidak terlalu parah, itu dapat dalam satu atau dua minggu ke depan membuat rumah sakit tertekan terutama di daerah negara dengan tingkat vaksinasi yang rendah,” tegasnya. (jpc/cnbc)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kementerian Kesehatan berhasil menemukan dugaan pembawa varian Omicron ke Indonesia. Berdasar hasil tracing, kasus pertama diduga berasal dari warga negara Indonesia (WNI) yang tiba dari Nigeria pada 27 November.

TEMU PERS: Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi saat memberi keterangan pers, beberapa waktu lalu.

Kamis (16/12) lalu Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan temuan kasus varian Omicron. Kasus itu terdeteksi pada seorang petugas kebersihan berinisial N yang bekerja di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. Padahal, N tidak pernah melakukan perjalanan ke luar negeri.

Karena itu, muncul dugaan N tertular dari WNI yang datang dari luar negeri dan dikarantina di Wisma Atlet.

Investigasi lantas dilakukan oleh Kemenkes. Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi menyebutkan, hingga Senin (20/12), sebanyak 250 orang menjalani tracing kontak erat dari temuan kasus omicron pertama di Indonesia. Dari 250 orang, 60 orang hasilnya positif Covid-19. “Adapun 60 kasus positif sedang dilanjutkan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS),” kata Nadia, Senin (20/12).

Dari temuan tersebut, Kemenkes menduga pelacakan asal mula masuknya virus Covid-19 varian omicron ke Indonesia dengan kasus pertama berasal dari warga negara Indonesia (WNI) yang tiba dari Nigeria pada 27 November 2021. Dugaan ini berdasarkan penelusuran kasus WNI yang positif Covid-19 di Wisma Atlet pada 14 hari ke belakang menunjukkan kemungkinan besar kasus pertama omicron adalah WNI dengan inisial TF (21), yang tiba dari Nigeria pada 27 November 2021.

Nadia menuturkan, TF merupakan kasus probable sehingga tidak dikonfirmasikan dalam hitungan kasus Omicron saat ini. Dengan demikian, kasus Covid-19 varian omicron ada tiga kasus. “TF masih probable omicron statusnya karena saat ini sudah negatif,” kata Nadia. Sementara untuk kasus probable lainnya, Nadia melanjutkan, masih menunggu hasil.

Nadia menjelaskan, terdeteksinya kasus pertama omicron di Indonesia merupakan salah satu fungsi utama dari karantina bagi setiap orang yang masuk ke negara Indonesia. Melalui karantina, pelaku perjalanan dari luar negeri akan dipantau dan diobservasi oleh petugas kesehatan. Dengan demikian, apabila pelaku perjalanan tersebut didapati positif Covid-19 bisa dengan segera dilakukan tracing.

Tidak hanya itu, melalui karantina pula pelaku perjalanan yang terkonfirmasi positif Covid-19 dengan gejala bisa langsung ditangani petugas medis. “Penting bagi setiap pelaku perjalanan luar negeri yang masuk ke Indonesia untuk melakukan karantina. Terdeteksinya omicron di Indonesia merupakan salah satu keberhasilan dari karantina dan kita bisa dengan segera melakukan tracing untuk mencegah meluasnya penularan omicron,” kata dr Nadia.

Ia mengimbau masyarakat untuk tetap mewaspadai penyebaranoOmicron dan virus Covid-19 jenis lainnya. “Kurangi mobilitas, tetap gunakan masker, rajin mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak. Jangan lengah dan tetap waspada terhadap penularan virus Covid-19, terutama omicron yang laju penyebarannya sangat cepat.

Varian omicron yang memiliki daya tular lima kali lipat dari varian delta merebak luas pertama kali di negara-negara Afrika bagian selatan. Sebelumnya pada Kamis (16/12) Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengumumkan temuan kasus varian omicron terdeteksi pada seorang petugas kebersihan berinisial N yang bekerja di RSDC Wisma Atlet Kemayoran Jakarta. N tidak pernah melakukan perjalanan ke luar negeri sehingga dapat disimpulkan N tertular dari WNI yang datang dari luar negeri yang melakukan karantina di Wisma Atlet.

Pada Jumat (17/12), Kemenkes kembali mendeteksi dua pasien konfirmasi varian omicron. Dua pasien terkonfirmasi terbaru adalah IKWJ (42 tahun), laki-laki, perjalanan dari Amerika Selatan serta M (50) laki-laki, perjalanan dari Inggris. Saat ini keduanya sedang menjalani karantina di Wisma Atlet.

Naik 8 Kali Lipat Dalam Seminggu

Terpisah, Menkes Budi Gunadi Sadikin mengungkap data kasus Corona varian Omicron di dunia yang melonjak drastis. Budi mengatakan, kasus Omicron di dunia naik 8 kali lipat dalam seminggu. “Dibandingkan dua minggu lalu, ada 7.900 kasus Omicron, minggu lalu naik jadi 62.342. Jadi kenaikan lebih dari 8 kali lipat dalam seminggu di dunia,” ujar Budi dalam jumpa pers, Senin (20/12).

Dia mengatakan, jumlah negara yang terdampak Omicron juga bertambah. Pada dua minggu lalu, ada 72 negara yang terdeteksi kasus Omicron. Namun pada pekan lalu menjadi 97 negara.

Budi juga menjelaskan soal pergeseran negara yang mencatat kasus Omicron paling banyak. Inggris menjadi negara dengan kasus Corona varian Omicron tertinggi. “Inggris dengan 37 ribu kasus, Denmark 15 ribu kasus, Norwegia 2.000 kaus, Afsel 1.300, dan AS 1.000 kasus. Jadi mulai terjadi pergeseran populasi omicron yang paling banyak ada di Eropa,” paparnya.

Budi juga menerangkan soal kemampuan netralisasi virus yang menurun terhadap omicron. Bahkan Budi menyebut vaksin booster tak menjamin bisa mencegah omicron. “Ada kemungkinan besar bahwa beberapa orang yang sudah divaksin lengkap maupun booster tetap tertular omicron,” katanya.

Sementara, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyebut, kasus baru Omicron dapat meningkat dua kali lipat selama 1,5 hingga tiga hari ke depan. Seperti diketahui, varian baru corona ini telah dilaporkan menyebar di 97 negara global.

Dilansir dari CNBC Internasional, Senin (20/12), WHO menyebut Omicron telah menyebar dengan cepat di negara-negara dengan tingkat kekebalan populasi yang tinggi. Namun, pihaknya belum mengetahui secara jelas apakah ini didorong oleh kemampuan virus untuk menghindari kekebalan, peningkatan penularan yang melekat atau kombinasi antara keduanya.

Badan kesehatan dunia tersebut sebelumnya menetapkan varian Omicron sebagai variant of concern pada 26 November 2021, dua hari setelah varian tersebut terdeteksi di Afrika Selatan. Namun hingga saat ini diakui masih banyak yang belum diketahui tentang varian omicron, termasuk tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya.

“Data keparahan klinis Omicron masih terbatas. Sehingga lebih banyak data diperlukan untuk memahami profil keparahan dan bagaimana tingkat keparahan dipengaruhi oleh vaksinasi dan kekebalan yang sudah ada sebelumnya”, ujar WHO dalam update terbarunya.

WHO menambahkan, keterbatasan data dari varian baru asal Afrika Selatan (Afsel) tersebut membutuhkan peer-reviewed secara lebih lanjut. WHO memperingatkan bahwa dengan kasus yang meningkat begitu cepat, rumah sakit bisa kewalahan di beberapa tempat. “Rawat inap di Inggris dan Afrika Selatan terus meningkat dan mengingat jumlah kasus yang meningkat pesat, ada kemungkinan banyak sistem perawatan kesehatan menjadi cepat kewalahan,” ujar WHO.

Sementara itu di AS, ahli virologi dan penasihat pandemi Gedung Putin Anthony Fauci memperingatkan dunia akan memasuki “musim dingin yang suram”. Ini akibat Omicron memicu gelombang infeksi baru secara global, mesmice pembatasan dan menekan kapasitas rumah sakit. “Satu hal yang sangat jelas adalah kemampuan penyebaran (Omicron) yang luar biasa,” kata Fauci kepada NBC News. “Itu mengamuk ke seluruh dunia.”

Meskipun ada indikasi bahwa itu tidak lebih parah daripada varian Delta, yang saat ini masih merupakan strain dominan, Omicron sangat bermutasi. Ketahanannya terhadap vaksin juga mengkhawatirkan, apalagi transmisibilitas yang lebih tinggi. Tidak peduli bagaimana Anda melihatnya ketika Anda memiliki begitu banyak infeksi, bahkan jika itu tidak terlalu parah, itu dapat dalam satu atau dua minggu ke depan membuat rumah sakit tertekan terutama di daerah negara dengan tingkat vaksinasi yang rendah,” tegasnya. (jpc/cnbc)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/