32 C
Medan
Sunday, October 20, 2024
spot_img

Marak, Ibadah Haji Lewat Filipina

AFP PHOTO / MOHAMMED AL-SHAIKH Umat Islam mengelilingi Kabah di Makkah, 21 September 2015. Musim haji dimulai pada 22 September, and dan lebih dari satu juta umat Islam berada di Saudi Arabia bersiap untuk ritual ibadah haji.
AFP PHOTO / MOHAMMED AL-SHAIKH
Umat Islam mengelilingi Kabah di Makkah, 21 September 2015. Haji asal Indonesia yang menggunakan paspor Filippina marak.

MADINAH, SUMUTPOS.CO – Tertangkapnya 177 jamaah haji asal Indonesia yang berangkat menggunakan paspor Filipina merupakan insiden yang memalukan. Ratusan calon jamaah asal Indonesia itu ketahuan imigrasi Filipina menggunakan paspor negara yang kini dipimpin Rodrigo Duterte tersebut saat akan berangkat menuju Madinah, Jumat (19/8) lalu. Diduga, mereka mendapat paspor tersebut secara ilegal.

“Sangat memalukan. Bagaimana mungkin ibadah yang sakral dilakukan dengan cara yang melanggar aturan,” kata Anggota Komisi VIII DPR Maman Imanulhaq, Minggu (21/8).

Namun demikian, dia meyakini ratusan jamaah tersebut merupakan korban penipuan pihak-pihak tidak bertanggung jawab. Bahkan, ia menduga kejadian itu ulah mafia biro perjalanan.

“Pemalsuan paspor dan dokumentasi lain jadi indikasi bahwa mafia travel memainkan peran penting dalam kasus ini,” ujar politikus PKB tersebut.

Karena itu, untuk mendalami kasus ini DPR akan memanggil Kementerian Agama dan Ditjen Imigrasi untuk dimintai penjelasan soal pemalsuan dokumen keimigrasian tersebut.

Ia juga meminta agar para jemaah lebih teliti dan cermat terhadap oknum travel atau perseorangan yang menawarkan jasa haji atau umroh. Apalagi dengan janji yang tidak rasional dan spekulatif.”Kerinduan menunaikan ibadah haji jangan membuat jamaah kehilangan rasionalitas dan kewaspadaan,” tambahnya.

Kasus jamaah haji Indonesia yang berangkat ke Tanah Suci dengan memanfaatkan kuota negara Filipina ternyata bukan hal baru. Selama dua tahun terakhir, mereka sering ditemui di Bandara King Abdul Aziz Jeddah maupun Bandara Pangeran Muhammad bin Abdul Aziz Madinah.

“Kemarin (dua hari lalu, Red) saya bertemu dengan tiga jamaah haji Indonesia yang tergabung dalam jamaah haji Filipina di bandara Madinah,” ujar Kepala Daerah Kerja (Daker) Airport Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia di Arab Saudi Nurul Badruttamam.

Pertemuan Nurul dengan para anggota jamaah yang rata-rata berusia 40 tahun itu terjadi secara tidak sengaja. Awalnya, tiga orang di antara mereka mondar-mandir ke kemar kecil di terminal kedatangan internasional.

“Mereka seperti saling mencari temannya. Pas ketemu saya, mereka juga yang menyapa dulu,” ungkapnya.

Nurul yakin tiga orang tersebut bukan jamaah haji Indonesia yang menggunakan kuota nasional. Sebab, pada jam itu tidak ada jadwal kedatangan jamaah haji Indonesia yang mendarat di Madinah. Apalagi, mereka tidak mengenakan seragam jamaah haji Indonesia.

“Mereka bareng dengan para jamaah haji dari Filipina. Saat mau saya ajak omong, semua langsung kabur. Soalnya, saya pakai seragam PPIH,” terang pria yang dua tahun terakhir memimpin petugas haji di daker airport itu.

Nurul sangat yakin tiga orang tersebut merupakan jamaah dari Indonesia. Menurut dia, seorang di antara tiga orang itu berlogat Makassar, sedangkan seorang lagi berlogat Jawa. “Sudah pasti mereka orang Indonesia. Mungkin yang semacam itu akan kita temui lagi di Jeddah,” katanya.

Hal serupa dia temukan pada musim Haji 2015 di Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Tidak hanya sekali, tapi sampai tiga kali. ’’Yang pertama, saya ketemu rombongan lima orang, kemudian tujuh orang, setelah itu lima orang lagi,’’ ungkap pria yang sudah lima kali menjadi tim PPIH tersebut.

Bahkan, saat itu Nurul sempat berbincang dengan orang yang menjadi perantara untuk memberangkatkan jamaah haji Indonesia dari Filipina. ’’Ya, sebut saja oknum. Dia terang-terangan mengaku bisa memberangkatkan jamaah haji Indonesia lewat Filipina,’’ ujarnya.

Pria kelahiran Cilacap pada 1978 itu mengungkapkan, sangat sulit mencari tempat pemondokan mereka. Sebab, jamaah itu masuk kuota layanan negara lain. Sikap mereka selama menjalani ibadah haji juga tertutup. Apalagi jika bertemu dengan petugas haji.

“Masalahnya, ketika sudah balik ke tanah air, mereka cerita bahwa berhaji lewat Filipina itu gampang,” ujar lulusan S-2 UN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut.

AFP PHOTO / MOHAMMED AL-SHAIKH Umat Islam mengelilingi Kabah di Makkah, 21 September 2015. Musim haji dimulai pada 22 September, and dan lebih dari satu juta umat Islam berada di Saudi Arabia bersiap untuk ritual ibadah haji.
AFP PHOTO / MOHAMMED AL-SHAIKH
Umat Islam mengelilingi Kabah di Makkah, 21 September 2015. Haji asal Indonesia yang menggunakan paspor Filippina marak.

MADINAH, SUMUTPOS.CO – Tertangkapnya 177 jamaah haji asal Indonesia yang berangkat menggunakan paspor Filipina merupakan insiden yang memalukan. Ratusan calon jamaah asal Indonesia itu ketahuan imigrasi Filipina menggunakan paspor negara yang kini dipimpin Rodrigo Duterte tersebut saat akan berangkat menuju Madinah, Jumat (19/8) lalu. Diduga, mereka mendapat paspor tersebut secara ilegal.

“Sangat memalukan. Bagaimana mungkin ibadah yang sakral dilakukan dengan cara yang melanggar aturan,” kata Anggota Komisi VIII DPR Maman Imanulhaq, Minggu (21/8).

Namun demikian, dia meyakini ratusan jamaah tersebut merupakan korban penipuan pihak-pihak tidak bertanggung jawab. Bahkan, ia menduga kejadian itu ulah mafia biro perjalanan.

“Pemalsuan paspor dan dokumentasi lain jadi indikasi bahwa mafia travel memainkan peran penting dalam kasus ini,” ujar politikus PKB tersebut.

Karena itu, untuk mendalami kasus ini DPR akan memanggil Kementerian Agama dan Ditjen Imigrasi untuk dimintai penjelasan soal pemalsuan dokumen keimigrasian tersebut.

Ia juga meminta agar para jemaah lebih teliti dan cermat terhadap oknum travel atau perseorangan yang menawarkan jasa haji atau umroh. Apalagi dengan janji yang tidak rasional dan spekulatif.”Kerinduan menunaikan ibadah haji jangan membuat jamaah kehilangan rasionalitas dan kewaspadaan,” tambahnya.

Kasus jamaah haji Indonesia yang berangkat ke Tanah Suci dengan memanfaatkan kuota negara Filipina ternyata bukan hal baru. Selama dua tahun terakhir, mereka sering ditemui di Bandara King Abdul Aziz Jeddah maupun Bandara Pangeran Muhammad bin Abdul Aziz Madinah.

“Kemarin (dua hari lalu, Red) saya bertemu dengan tiga jamaah haji Indonesia yang tergabung dalam jamaah haji Filipina di bandara Madinah,” ujar Kepala Daerah Kerja (Daker) Airport Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia di Arab Saudi Nurul Badruttamam.

Pertemuan Nurul dengan para anggota jamaah yang rata-rata berusia 40 tahun itu terjadi secara tidak sengaja. Awalnya, tiga orang di antara mereka mondar-mandir ke kemar kecil di terminal kedatangan internasional.

“Mereka seperti saling mencari temannya. Pas ketemu saya, mereka juga yang menyapa dulu,” ungkapnya.

Nurul yakin tiga orang tersebut bukan jamaah haji Indonesia yang menggunakan kuota nasional. Sebab, pada jam itu tidak ada jadwal kedatangan jamaah haji Indonesia yang mendarat di Madinah. Apalagi, mereka tidak mengenakan seragam jamaah haji Indonesia.

“Mereka bareng dengan para jamaah haji dari Filipina. Saat mau saya ajak omong, semua langsung kabur. Soalnya, saya pakai seragam PPIH,” terang pria yang dua tahun terakhir memimpin petugas haji di daker airport itu.

Nurul sangat yakin tiga orang tersebut merupakan jamaah dari Indonesia. Menurut dia, seorang di antara tiga orang itu berlogat Makassar, sedangkan seorang lagi berlogat Jawa. “Sudah pasti mereka orang Indonesia. Mungkin yang semacam itu akan kita temui lagi di Jeddah,” katanya.

Hal serupa dia temukan pada musim Haji 2015 di Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Tidak hanya sekali, tapi sampai tiga kali. ’’Yang pertama, saya ketemu rombongan lima orang, kemudian tujuh orang, setelah itu lima orang lagi,’’ ungkap pria yang sudah lima kali menjadi tim PPIH tersebut.

Bahkan, saat itu Nurul sempat berbincang dengan orang yang menjadi perantara untuk memberangkatkan jamaah haji Indonesia dari Filipina. ’’Ya, sebut saja oknum. Dia terang-terangan mengaku bisa memberangkatkan jamaah haji Indonesia lewat Filipina,’’ ujarnya.

Pria kelahiran Cilacap pada 1978 itu mengungkapkan, sangat sulit mencari tempat pemondokan mereka. Sebab, jamaah itu masuk kuota layanan negara lain. Sikap mereka selama menjalani ibadah haji juga tertutup. Apalagi jika bertemu dengan petugas haji.

“Masalahnya, ketika sudah balik ke tanah air, mereka cerita bahwa berhaji lewat Filipina itu gampang,” ujar lulusan S-2 UN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru