JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Menyambut Hari Guru yang jatuh pada 25 November 2021, Cetta Satkaara bekerja sama dengan Rumah Guru BK (RGBK) menyelenggarakan kegiatan webinar bagi guru tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat secara nasional. Rangkaian webinar ini diadakan pada 20 dan 21 November 2021 melalui aplikasi zoom meeting dan diikuti 674 guru yang terpilih.
Pada webinar yang digelar Minggu (21/11/2021), dengan tema Mengembangkan Kemampuan Dasar Melalui Public Speaking, diikuti 240 guru terpilih. Narasumber yang dihadirkan, Manager Presenter dan Sekretariat Redaksi tvOne, Divi Lukmansyah dan Founder Rumah Guru BK dan Widyaiswara di Kemendikbud RI, Ana Susanti.
Tema public speaking ini dipilih berdasarkan poling nasional yang dilakukan per November 2021 kepada 106 guru ditingkat SD hingga SMA dari 20 provinsi, seputar permasalahan yang sering mereka temui dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), termasuk soal penyampaian materi pelajaran saat berbicara di depan kelas.
Co-Founder dan Senior Advisor PT Cetta Satkaara, Ruth Andriani menuturkan, Program Webinar Satkaara Berbagi kepada guru diselenggarakan sebagai wujud nyata komitmen dan kepedulian Satkaara terhadap pendidikan di Indonesia. “Satkaara Berbagi lahir berlandaskan core value dari Satkaara yaitu Care and Respect. Salah satu ranah yang disasar adalah pendidikan di Indonesia. Melalui rangkaian Program Webinar Satkaara Berbagi, kami berupaya membantu guru dalam menjawab tantangan jaman dengan meningkatkan kompetensi diri di bidang public speaking,” ujar Ruth.
Peran public speaking sebagai seni penyampaian informasi sangat penting dalam menunjang pengajaran yang efektif. Kemampuan public speaking akan memudahkan dalam menyampaikan materi pelajaran secara jelas dan tepat. Guru yang menguasai teknik public speaking akan lebih percaya diri, tidak malu, tidak minder, mampu menempatkan diri dengan siapa, kapan, dan dimana tempat berbicaranya.
Berdasarkan penelitian pakar komunikasi, kata-kata hanya menyumbang 7%; suara menyumbang 38%; sementara bahasa tubuh menyumbang 55% bagi kesuksesan berbicara. Faktor-faktor tersebut menuntut tenaga pendidik untuk peka dan terus meningkatkan kompetensi diri dalam memberikan pengajaran.
Menurut Divi, guru sebagai pengajar memiiki modal untuk menjadi seorang public speaker. Seorang guru terbiasa memperkaya diri dengan literasi sebagai bahan pengajaran untuk dibagikan kepada murid. Apabila modal tersebut dilengkapi dengan penyampaian lewat public speaking yang baik maka KBM akan lebih menyenangkan bagi guru dan murid.
Divi menjelaskan ada empat faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam public speaking yaitu audience, penampilan, delivery dan konten. Keempat faktor tersebut harus dipersiapkan dengan baik oleh guru sebelum berbicara di depan umum.
“Kita harus mengenal siapa yang menjadi audience dan behaviournya untuk menyesuaikan konsep pengajaran serta cara penyampaiannya (delivery). Guru memiliki audience gen z dengan karakteririk kreatif, Inovatif, Informatif dan akrab dengan teknologi. Oleh sebab itu para guru wajib mengembangkan diri, beradaptasi dengan penggunaan teknologi dalam penyampaian (delivery) materi pelajaran berupa konten yang menarik,” paparnya.
Salah satu kendala paling besar dalam public speaking, menurut Divi adalah kurangnya kepercayaan diri (self-confidence) sehingga menimbukan rasa gugup. Padahal memiliki kepercayaan diri yang baik akan sangat berguna untuk memberikan ketenangan, mengontrol bahasa tubuh (gesture) serta intonasi suara saat berbicara di depan umum.
“Kepercayaan diri bisa dipupuk dengan berlatih berbicara di depan kaca. Kita bisa belajar memformulasikan kata untuk membentuk makna sambil melatih gesture yang baik. Jangan takut salah saat berbicara di depan umum dan buat semenarik mungkin agar siswa tetap antusias mengikuti proses pembelajaran,” ungkap Divi.
Sebagai mitra pelaksana Rangkaian Program Webinar Satkaara Berbagi 2021, RGBK pun menyambut positif antusiasme dari para guru. Kepedulian Satkaara Berbagi terhadap permasalahan di masa peralihan PJJ ke PTM ini sangat bermanfaat bagi para guru untuk meningkatkan kompetensi publk speaking.
“Melalui Webinar Satkaara berbagi ini para guru dapat memperoleh banyak manfaat tentang penguatan keterampilan public speaking serta implementasinya dalam mengajar. Semoga program Satkaara Berbagi dapat membantu guru sebagai pembelajar sejati dalam menciptakan suasana KBM yang semakin efektif,” ungkap Founder RGBK Dr. Marjuki, M.pd.
Selain tema public speaking, Satkaara Berbagi juga memfasilitasi para guru untuk mencari solusi terkait permasalahan KBM terutama yang timbul jelang PTM melalui Webinar Basic Counseling Skills yang diselenggarakan pada hari Sabtu 20 November 2021. Webinar yang diikuti oleh 286 guru terpilih ini menghadirkan narasumber Kepala Bagian Psikologi Klinis Universitas Katholik Atma Jaya,Nanda Rossalia, M.Psi.,Psikolog serta Founder RGBK dan Widyaiswara PPPPTK Penjas dan BK di Kemendikbud Ristek, Ana Susanti, M.Pd.CEP, CHt. Kedua webinar yang didedikasikan bagi para guru ini merupakan wujud nyata komitmen Satkaara Berbagi untuk meningkatkan kualitas tenaga pengajar dan pendidikan di Indonesia.
Selain pengetahuan baru, Satkaara Berbagi juga memberikan apresiasi berupa asuransi jiwa kepada 60 guru yang ikut serta dalam rangkaian program webinar dengan total nilai perlindungan sebesar Rp300.000.000 dan periode perlindungan selama satu tahun.
Dari penyelenggaraan kedua di tahun 2021 ini, Satkaara Berbagi telah menghimpun tenaga pendidik dalam sebuah komunitas yang diberi nama Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB). Harapannya, KGSB mampu menjadi wadah bagi para guru untuk saling berbagi, berdampak dan bernilai bagi dunia pendidkan yang lebih baik di masa depan.
“Kami berterima kasih kepada RGBK, para narasumber, serta para guru yang membantu terlaksananya rangkaian program Webinar Satkaara Berbagi 2021. Secara reguler, melalui KGSB kami juga akan mengadakan kegiatan webinar lainya. Kami akan berkolaborasi dengan berbagai mitra yang memiliki kepedulian serupa. Semoga kontribusi Satkaara Berbagi ini dapat meningkatkan kapabilitas dan kompetensi dari para tenaga pendidik, serta kualitas pendidikan di Indonesia,” ujar Ruth.(adz)