31 C
Medan
Saturday, May 25, 2024

Peringatan Hari Ibu, Kembali ke Makna Sesungguhnya

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Tanggal 22 Desember jadi hari spesial bagi para puan. Tidak hanya bagi para kaum ibu, tapi perempuan pada Indonesia seluruhnya. Hari ini jadi titik peringatan perjuangan perempuan dalam memperoleh hak dan kesetaraannya.

Menurut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (MenPPPA) Bintang Puspayoga, Hari Ibu di Indonesia tidak sepenuhnya serupa dengan Mother’s Day yang dirayakan di negara-negara di belahan dunia lain. Hari Ibu di Indonesia memiliki makna yang jauh lebih besar. Yakni, momentum penting untuk mengenang dan memaknai kembali berbagai upaya yang telah dilakukan dalam memajukan pergerakan perempuan pada seluruh aspek pembangunan mewujudkan kesetaraan gender, serta pemberdayaan perempuan.

“Peringatan Hari Ibu sejatinya adalah penanda. Penanda pergerakan perempuan Indonesia dari masa ke masa dalam mendidik generasi bangsa sekaligus berperan besar dalam menyuarakan hak-haknya guna mendapatkan perlindungan dan mencapai kesetaraan gender,” jelasnya.

Selain itu, menurut dia, peringatan hari ini merupakan pengingat bahwa perempuan merupakan sumber daya potensial yang mampu berkontribusi setara dalam pembangunan. Yang tak kalah penting, perempuan juga fondasi kuat bagi tumbuhnya generasi yang berkualitas di Tanah Air. “Maju mundurnya bangsa ini sangat tergantung pada kaum perempuan,” tegasnya.

Tema peringatan Hari Ibu tahun ini tetap konsisten dengan tema tahun lalu. Yakni, Perempuan Berdaya, Indonesia Maju. Ada empat sub tema yang jadi fokus dalam perayaannya. Pertama, kewirausahaan perempuan: mempercepat kesetaraan, mempercepat pemulihan. Kedua, perempuan dan digital economy. Ketiga, perempuan dan kepemimpinan, dan keempat, perempuan terlindungi, perempuan berdaya.

Menurutnya, tema tersebut terus digaungkan karena sejalan dengan target goals dari Sustainable Development Goals (SDGs) dalam mewujudkan perempuan yang memiliki peran dan kedudukan setara. Selain itu, situasi dan kondisi masyarakat saat ini pun turut mendasari tema tersebut. Sebab, hingga kini, masih saja terjadi kekerasan terhadap perempuan, kesenjangan akses ekonomi perempuan, dan keterwakilan perempuan dalam pengambilan keputusan yang sangat tertinggal dibandingkan laki-laki. “Tema tersebut menekankan bahwa perempuan juga mempunyai kesempatan, akses, serta peluang yang sama seperti laki-laki sebagai sumber daya pembangunan,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Bintang menyampaikan, rangkaian peringatan Hari Ibu ke-94 ini juga mendorong kaum ibu untuk terus menjalankan fungsinya sebagai pendidik pertama generasi penerus. Ibu bisa memanfaatkan ruang yang setara untuk berkontribusi optimal bagi bangsa. “Selamat Hari Ibu bagi perempuan-perempuan Indonesia yang tangguh dan luar biasa,” tandasnya.

Dilansir dari laman bpmpriau.kemdikbud.go.id, peringatan Hari Ibu bermula pada 22 hingga 25 Desember 1928 saat para pejuang wanita Indonesia dari Jawa dan Sumatera berkumpul untuk mengadakan Konggres Perempuan Indonesia I yang pertama di Yogyakarta. Gedung Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Laksda Adisucipto, Yogyakarta menjadi saksi sejarah berkumpulnya 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera.

Momen tersebut kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Pada Kongres Perempuan Indonesia I memiliki beberapa agenda utama, meliputi: 1. Mengenai persatuan perempuan Nusantara; 2. Peranan perempuan dalam perjuangan kemerdekaan; 3. Peranan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa; 4. Perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita; 5. Pernikahan usia dini bagi perempuan, dan lain sebagainya.

Dalam pertemuan tersebut, banyak hal besar yang diagendakan, namun tanpa mengangkat masalah kesetaraan gender. Para pejuang perempuan itu menuangkan pemikiran kritis dan upaya-upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa Indonesia khususnya kaum perempuan. Pada Juli 1935 dilaksanakan Kongres Perempuan Indonesia II, dalam konggres ini dibentuk BPBH (Badan Pemberantasan Buta Huruf) dan menentang perlakuan tidak wajar atas buruh wanita perusahaan batik di Lasem, Rembang.

Penetapan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember sendiri baru diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Puncak peringatan Hari Ibu yang paling meriah adalah pada peringatan yang ke-25 pada tahun 1953. Sekitar 85 kota Indonesia dari Meulaboh sampai Ternate merayakan peringatan Hari Ibu secara meriah.

Secara resmi tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu adalah setelah Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden Nomor 316 tahun 1959 menetapkan bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga saat ini. (mia/jpg)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Tanggal 22 Desember jadi hari spesial bagi para puan. Tidak hanya bagi para kaum ibu, tapi perempuan pada Indonesia seluruhnya. Hari ini jadi titik peringatan perjuangan perempuan dalam memperoleh hak dan kesetaraannya.

Menurut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (MenPPPA) Bintang Puspayoga, Hari Ibu di Indonesia tidak sepenuhnya serupa dengan Mother’s Day yang dirayakan di negara-negara di belahan dunia lain. Hari Ibu di Indonesia memiliki makna yang jauh lebih besar. Yakni, momentum penting untuk mengenang dan memaknai kembali berbagai upaya yang telah dilakukan dalam memajukan pergerakan perempuan pada seluruh aspek pembangunan mewujudkan kesetaraan gender, serta pemberdayaan perempuan.

“Peringatan Hari Ibu sejatinya adalah penanda. Penanda pergerakan perempuan Indonesia dari masa ke masa dalam mendidik generasi bangsa sekaligus berperan besar dalam menyuarakan hak-haknya guna mendapatkan perlindungan dan mencapai kesetaraan gender,” jelasnya.

Selain itu, menurut dia, peringatan hari ini merupakan pengingat bahwa perempuan merupakan sumber daya potensial yang mampu berkontribusi setara dalam pembangunan. Yang tak kalah penting, perempuan juga fondasi kuat bagi tumbuhnya generasi yang berkualitas di Tanah Air. “Maju mundurnya bangsa ini sangat tergantung pada kaum perempuan,” tegasnya.

Tema peringatan Hari Ibu tahun ini tetap konsisten dengan tema tahun lalu. Yakni, Perempuan Berdaya, Indonesia Maju. Ada empat sub tema yang jadi fokus dalam perayaannya. Pertama, kewirausahaan perempuan: mempercepat kesetaraan, mempercepat pemulihan. Kedua, perempuan dan digital economy. Ketiga, perempuan dan kepemimpinan, dan keempat, perempuan terlindungi, perempuan berdaya.

Menurutnya, tema tersebut terus digaungkan karena sejalan dengan target goals dari Sustainable Development Goals (SDGs) dalam mewujudkan perempuan yang memiliki peran dan kedudukan setara. Selain itu, situasi dan kondisi masyarakat saat ini pun turut mendasari tema tersebut. Sebab, hingga kini, masih saja terjadi kekerasan terhadap perempuan, kesenjangan akses ekonomi perempuan, dan keterwakilan perempuan dalam pengambilan keputusan yang sangat tertinggal dibandingkan laki-laki. “Tema tersebut menekankan bahwa perempuan juga mempunyai kesempatan, akses, serta peluang yang sama seperti laki-laki sebagai sumber daya pembangunan,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Bintang menyampaikan, rangkaian peringatan Hari Ibu ke-94 ini juga mendorong kaum ibu untuk terus menjalankan fungsinya sebagai pendidik pertama generasi penerus. Ibu bisa memanfaatkan ruang yang setara untuk berkontribusi optimal bagi bangsa. “Selamat Hari Ibu bagi perempuan-perempuan Indonesia yang tangguh dan luar biasa,” tandasnya.

Dilansir dari laman bpmpriau.kemdikbud.go.id, peringatan Hari Ibu bermula pada 22 hingga 25 Desember 1928 saat para pejuang wanita Indonesia dari Jawa dan Sumatera berkumpul untuk mengadakan Konggres Perempuan Indonesia I yang pertama di Yogyakarta. Gedung Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Laksda Adisucipto, Yogyakarta menjadi saksi sejarah berkumpulnya 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera.

Momen tersebut kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Pada Kongres Perempuan Indonesia I memiliki beberapa agenda utama, meliputi: 1. Mengenai persatuan perempuan Nusantara; 2. Peranan perempuan dalam perjuangan kemerdekaan; 3. Peranan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa; 4. Perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita; 5. Pernikahan usia dini bagi perempuan, dan lain sebagainya.

Dalam pertemuan tersebut, banyak hal besar yang diagendakan, namun tanpa mengangkat masalah kesetaraan gender. Para pejuang perempuan itu menuangkan pemikiran kritis dan upaya-upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa Indonesia khususnya kaum perempuan. Pada Juli 1935 dilaksanakan Kongres Perempuan Indonesia II, dalam konggres ini dibentuk BPBH (Badan Pemberantasan Buta Huruf) dan menentang perlakuan tidak wajar atas buruh wanita perusahaan batik di Lasem, Rembang.

Penetapan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember sendiri baru diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Puncak peringatan Hari Ibu yang paling meriah adalah pada peringatan yang ke-25 pada tahun 1953. Sekitar 85 kota Indonesia dari Meulaboh sampai Ternate merayakan peringatan Hari Ibu secara meriah.

Secara resmi tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu adalah setelah Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden Nomor 316 tahun 1959 menetapkan bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga saat ini. (mia/jpg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/