Nahas nasib Jenni br Marbun (50), warga Dusun Sihapas, Desa Pearaja, Kecamatan Sorkam, Tapteng ini. Ibu separuh baya itu tewas setelah dipukul dengan parutan kelapa di bagian kepala saat tertidur pulas. Sadisnya lagi, orang yang merenggut nyawanya tak lain adalah anak kandungnya sendiri, Sapril Sinaga (23).
Informasi yang dihimpun menerangkan, kisah sadis tersebut terjadi, Kamis (21/3) malam sekitar pukul 22.30 WIB. Ibu anak enam ini tertidur pulas bersama anak-anaknya, Parsaulian Sinaga (16) dan Muba Toman Sinaga (14), sedangkan Sapril Sinaga tidur sendiri di dalam kamar.
“Tiga anaknya lagi merantau, dan suaminya Udin Sinaga bekerja sebagai buruh tani di Manduamas,” cerita tetangga korban, Boru Sinaga yang diamini beberapa warga lainnya saat diwawancarai di rumah duka, Jumat (22/3).
Entah setan apa yang merasuk dalam benak Sapril Sinaga. Ketika ibunya tertidur pulas, dia mengambil parutan kelapa terbuat dari kayu sepanjang sekitar 50 centimeter lalu dihantamkannya ke dahi sebelah kanan Jenni. Ibunya itu seketiak tak berkutik dengan kondisi batok kepala pecah.
Sementara kedua anak korban yang mendengar pukulan itu sontak terbangun. Melihat kepala ibunya bersimbah darah, kedua anaknya berteriak histeris hingga membangunkan warga sekitar. Melihat ibunya terkapar Sapril bukannya sedih, justru kembali mengayunkan parutan kelapa itu ke arah ibunya. Dua adiknya langsung menghadang tindakan brutal abangnya. Mereka pun bergumul.
Mendapat perlawanan, Sapril langsung masuk kembali ke dalam kamar dan mengurung diri. Sedangkan kedua adiknya itu menangis histeris menyaksikan cucuran darah di dahi ibunya.
Para tetangga yang mendegar teriakan dan tangisan kedua anaknya itu berdatangan dan kemudian menghubungi polisi. Tak berapa lama, petugas Polsek Sorkam tiba. Petugas kemudian mendobrak pintu kamar dan mengamankan Sapril serta parutan kelapa yang disembunyikannya di tumpukan kain dalam kamar.
Anak korban, Muba Toman Sinaga mengakui perbuatan abangnya itu. Katanya, dirinya begitu kaget setelah mendengar pukulan keras di batok kepala ibunya. Terkejutnya lagi dia pelakunya adalah Sapril, abang kandungnya.
“Kami sudah tidur waktu itu. Aku, ibu dan Parsaulian. Tiba-tiba Sapit (nama panggilan Sapril) memukul kepala ibu. Kami tidak tau mengapa Sapit berbuat seperti itu,”ujar Muba saat diwawancarai di rumahnya.
Muba yang didampingi pamanya, M Sinaga mengatakan, ada kajanggalan prilaku Sapril belakangan ini. Sapril terlihat seperti depresi dan hampir gila. Namun prilaku itu kambuh-kambuhan. Hal itu sudah mulai terlihat sejak Sapril kembali dari perantaunnya di Jakarta tahun 2010 lalu, namun itu tidak begitu mereka perdulikan.
Keanehan makin sering dilakukan Sapril. Dari nada bicara, alur ceritanya sering ngaur bahkan sering bertingkah aneh. Hanya saja kalau berpenampilan, Sapril selalu bersih dan rapi. Sehingga kecurigaan adanya kelaian jiwa tidak terlalu mereka pikirkan.
Sementara Kapolsek Sorkam Iptu M Simatupang mengatakan pihaknya kini menahan dan memeriksa Sapril. Hingga kini polisi belum memastikan apakah Sapril mengalami gangguan jiwa atau tidak. Tersangka Sapril diwawancarai di Mapolsek Sorkam, mengaku tidak tau apa-apa tentang kejadian itu. Namun setelah parutan kelapa yang digunakan memukul ibunya itu ditunjukkan, dirinya baru mengaku. “Aku stress, tidak tau aku apa yang terjadi,” ujarnya.(fred/smg)