22.8 C
Medan
Saturday, June 22, 2024

Vaksin AstraZeneca Segera Didistribusikan

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Vaksin Covid-19 AstraZeneca dipastikan segera didistribusikan ke berbagai wilayah yang tersebar di Indonesia. Hal tersebut dikemukakan Presiden Joko Widodo (Jokowi), saat meninjau vaksinasi massal di Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (22/3).

VAKSIN: Seorang petugas medis menunjukkan vaksin AstraZeneca yang akan digunakan untuk kekebalan tubuh dari Covid-19.

Pernyataan ini dikeluarkan Jokowi pasca Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyebut vaksin tersebut haram, namun tetap boleh digunakan. “Saya sudah perintahkan kepada menteri kesehatan untuk segera mendistribusikan vaksin AstraZeneca ke Jawa Timur dan provinsi lain,” kata Jokowi.

Sebagai informasi, Indonesia sendiri telah menerima sebanyak 1,1 juta dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca gratis yang berasal dari kerja sama multilateral dengan Gavi. Vaksin itu tiba di Indonesia pada 8 Maret 2021.

Khusus di Jawa Timur, Jokowi mengaku telah berbincang dengan para ulama Majelis Ulama Indonesia (MUI) serta para tokoh agama setempat terkait vaksin AstraZeneca. Mereka sepakat, akan menggunakan vaksin tersebut.

“Tadi pagi saya sudah bertemu dengan MUI Jawa Timur, sudah bertemu juga dengan para kiai di Provinsi Jawa Timur, mengenai vaksin AstraZeneca. Beliau menyampaikan Jawa Timur siap diberi vaksin AstraZeneca,” kata Jokowi.

Ketua MUI Jawa Timur Hasan Mutawakkil Alallah menjelaskan pendapat dan respon dari para kiai serta para pengasuh pondok pesantren di Jawa Timur sudah baik. Vaksin tersebut, kata dia, halal dan tayyib.

“Vaksin AstraZeneca ini hukumnya halalan dan tayyiban dan memang seharusnya untuk dimanfaatkan program vaksinasi pemerintah,” katanya.

1,1 Juta untuk Dosis Pertama

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, sebanyak 1,1 juta dosis vaksin AstraZeneca akan digunakan pada penyuntikan dosis pertama. Hal tersebut menyesuaikan masa kedaluwarsa vaksin asal Inggris tersebut.

“Iya 1,1 juta dosis itu akan digunakan untuk penyuntikan dosis pertama,” ujar Nadia, Senin (22/3).

Sebelumnya, Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan, baru mengetahui bahwa vaksin Covid-19 AstraZeneca akan kedaluwarsa pada akhir Mei 2021. Merujuk pada hal itu, lanjut Nadia, Kemenkes telah mendistribusikan vaksin AstraZeneca ke tujuh provinsi agar bisa segera digunakan dalam vaksinasi. “Sudah didistribusikan ke tujuh provinsi dengan perhitungan sasarannya,” ungkap Nadia.

Dengan demikian, penyuntikan dosis kedua nantinya akan menggunakan vaksin AstraZeneca yang didatangkan pada April 2021.

Pernyataan Nadia ini sekaligus mengoreksi pernyataan Budi Gunadi Sadikin. Budi menyebut ada 3 juta dosis vaksin AstraZeneca yang akan datang pada Senin, 22 Maret 2021. “Hari ini tidak ada kedatangan,” tutur Nadia.

Adapun rentang waktu atau interval penyuntikan vaksin AstraZeneca yakni selama 8-12 minggu. Dengan kata lain, vaksinasi Covid-19 menggunakan vaksin AstraZeneca memiliki jarak waktu penyuntikan dua bulan.

Rentang waktu untuk AstraZeneca ini berbeda dengan vaksin Sinovac. Menurut Nadia, vaksinasi Covid-19 menggunakan Sinovac memiliki rentang waktu lebih pendek, yakni selama 14 – 28 hari.

Gubsu Edy: Saya Tidak Mengkaji

Terpisah, Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi mengatakan, tidak mengkaji soal vaksin AstraZeneca yang diduga mengandung enzim babi.

“Saya tak mengkaji itu karena saya saat ini masih menggunakan vaksin Sinovac,” katanya menjawab wartawan di Rumah Dinas Gubsu, Jalan Jenderal Sudirman No.41 Medan, Senin (22/3).

Edy mengaku, tidak mengetahui tentang hal ihwal vaksin AstraZeneca. “Saya tidak tau,” katanya.

Begitupun, sambung dia, berdasarkan pernyataan para ahli yang dipercaya oleh negara atau pemerintah atas inovasi vaksin Covid-19 sejauh ini, masih tertuju pada merk vaksin Sinovac. “Saat ini ahli-ahli yang kita bisa pastikan dan percayai adalah, menggunakan vaksin Sinovac,” katanya.

Produsen AstraZeneca sebelumnya membantah dan melakukan klarifikasi atas pernyataan Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengungkapkan, tahapan produksi vaksin menggunakan enzim babi. AstraZeneca menegaskan, vaksin tersebut tidak mengandung babi.

“Tidak bersentuhan dengan produk turunan babi atau produk hewani lainnya. Kami menghargai pernyataan yang disampaikan Majelis Ulama Indonesia,” tegas pernyataan resmi AstraZeneca, Sabtu (20/3).

Pihak produsen menegaskan, vaksinnya merupakan vaksin vektor virus yang tidak mengandung produk berasal dari hewan seperti yang telah dikonfirmasikan Badan Otoritas Produk Obat dan Kesehatan Inggris. Menurut perusahaan itu, semua tahapan proses produksinya, vaksin vektor virus ini tidak menggunakan dan bersentuhan dengan produk turunan babi atau produk hewani lainnya.

“Vaksin ini telah disetujui di lebih dari 70 negara di seluruh dunia termasuk Arab Saudi, UEA, Kuwait, Bahrain, Oman, Mesir, Aljazair dan Maroko dan banyak Dewan Islam di seluruh dunia telah telah menyatakan sikap bahwa vaksin ini diperbolehkan untuk digunakan oleh para muslim,” tegas AstraZeneca.

Perusahaan mengklaim, vaksin Covid-19 AstraZeneca aman dan efektif dalam mencegah Covid-19. Uji klinis menemukan bahwa vaksin Covid-19 AstraZeneca 100 persen dapat melindungi dari penyakit yang parah, rawat inap dan kematian, lebih dari 22 hari setelah dosis pertama diberikan.

Penelitian vaksinasi yang telah dilakukan berdasarkan model penelitian dunia nyata (real-world) menemukan bahwa satu dosis vaksin diklaim mengurangi risiko rawat inap hingga 94 persen di semua kelompok umur. Termasuk bagi mereka yang berusia 80 tahun ke atas. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa vaksin dapat mengurangi tingkat penularan penyakit hingga dua pertiga.

“Semua vaksin, termasuk Vaksin COVID-19 AstraZeneca, merupakan bagian penting dalam menanggulangi pandemi Covid-19 agar dapat memulihkan keadaan di Indonesia agar dapat memulihkan perekonomian Indonesia secepatnya,” tegas pernyataan itu. (prn/bbs)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Vaksin Covid-19 AstraZeneca dipastikan segera didistribusikan ke berbagai wilayah yang tersebar di Indonesia. Hal tersebut dikemukakan Presiden Joko Widodo (Jokowi), saat meninjau vaksinasi massal di Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (22/3).

VAKSIN: Seorang petugas medis menunjukkan vaksin AstraZeneca yang akan digunakan untuk kekebalan tubuh dari Covid-19.

Pernyataan ini dikeluarkan Jokowi pasca Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyebut vaksin tersebut haram, namun tetap boleh digunakan. “Saya sudah perintahkan kepada menteri kesehatan untuk segera mendistribusikan vaksin AstraZeneca ke Jawa Timur dan provinsi lain,” kata Jokowi.

Sebagai informasi, Indonesia sendiri telah menerima sebanyak 1,1 juta dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca gratis yang berasal dari kerja sama multilateral dengan Gavi. Vaksin itu tiba di Indonesia pada 8 Maret 2021.

Khusus di Jawa Timur, Jokowi mengaku telah berbincang dengan para ulama Majelis Ulama Indonesia (MUI) serta para tokoh agama setempat terkait vaksin AstraZeneca. Mereka sepakat, akan menggunakan vaksin tersebut.

“Tadi pagi saya sudah bertemu dengan MUI Jawa Timur, sudah bertemu juga dengan para kiai di Provinsi Jawa Timur, mengenai vaksin AstraZeneca. Beliau menyampaikan Jawa Timur siap diberi vaksin AstraZeneca,” kata Jokowi.

Ketua MUI Jawa Timur Hasan Mutawakkil Alallah menjelaskan pendapat dan respon dari para kiai serta para pengasuh pondok pesantren di Jawa Timur sudah baik. Vaksin tersebut, kata dia, halal dan tayyib.

“Vaksin AstraZeneca ini hukumnya halalan dan tayyiban dan memang seharusnya untuk dimanfaatkan program vaksinasi pemerintah,” katanya.

1,1 Juta untuk Dosis Pertama

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, sebanyak 1,1 juta dosis vaksin AstraZeneca akan digunakan pada penyuntikan dosis pertama. Hal tersebut menyesuaikan masa kedaluwarsa vaksin asal Inggris tersebut.

“Iya 1,1 juta dosis itu akan digunakan untuk penyuntikan dosis pertama,” ujar Nadia, Senin (22/3).

Sebelumnya, Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan, baru mengetahui bahwa vaksin Covid-19 AstraZeneca akan kedaluwarsa pada akhir Mei 2021. Merujuk pada hal itu, lanjut Nadia, Kemenkes telah mendistribusikan vaksin AstraZeneca ke tujuh provinsi agar bisa segera digunakan dalam vaksinasi. “Sudah didistribusikan ke tujuh provinsi dengan perhitungan sasarannya,” ungkap Nadia.

Dengan demikian, penyuntikan dosis kedua nantinya akan menggunakan vaksin AstraZeneca yang didatangkan pada April 2021.

Pernyataan Nadia ini sekaligus mengoreksi pernyataan Budi Gunadi Sadikin. Budi menyebut ada 3 juta dosis vaksin AstraZeneca yang akan datang pada Senin, 22 Maret 2021. “Hari ini tidak ada kedatangan,” tutur Nadia.

Adapun rentang waktu atau interval penyuntikan vaksin AstraZeneca yakni selama 8-12 minggu. Dengan kata lain, vaksinasi Covid-19 menggunakan vaksin AstraZeneca memiliki jarak waktu penyuntikan dua bulan.

Rentang waktu untuk AstraZeneca ini berbeda dengan vaksin Sinovac. Menurut Nadia, vaksinasi Covid-19 menggunakan Sinovac memiliki rentang waktu lebih pendek, yakni selama 14 – 28 hari.

Gubsu Edy: Saya Tidak Mengkaji

Terpisah, Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi mengatakan, tidak mengkaji soal vaksin AstraZeneca yang diduga mengandung enzim babi.

“Saya tak mengkaji itu karena saya saat ini masih menggunakan vaksin Sinovac,” katanya menjawab wartawan di Rumah Dinas Gubsu, Jalan Jenderal Sudirman No.41 Medan, Senin (22/3).

Edy mengaku, tidak mengetahui tentang hal ihwal vaksin AstraZeneca. “Saya tidak tau,” katanya.

Begitupun, sambung dia, berdasarkan pernyataan para ahli yang dipercaya oleh negara atau pemerintah atas inovasi vaksin Covid-19 sejauh ini, masih tertuju pada merk vaksin Sinovac. “Saat ini ahli-ahli yang kita bisa pastikan dan percayai adalah, menggunakan vaksin Sinovac,” katanya.

Produsen AstraZeneca sebelumnya membantah dan melakukan klarifikasi atas pernyataan Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang mengungkapkan, tahapan produksi vaksin menggunakan enzim babi. AstraZeneca menegaskan, vaksin tersebut tidak mengandung babi.

“Tidak bersentuhan dengan produk turunan babi atau produk hewani lainnya. Kami menghargai pernyataan yang disampaikan Majelis Ulama Indonesia,” tegas pernyataan resmi AstraZeneca, Sabtu (20/3).

Pihak produsen menegaskan, vaksinnya merupakan vaksin vektor virus yang tidak mengandung produk berasal dari hewan seperti yang telah dikonfirmasikan Badan Otoritas Produk Obat dan Kesehatan Inggris. Menurut perusahaan itu, semua tahapan proses produksinya, vaksin vektor virus ini tidak menggunakan dan bersentuhan dengan produk turunan babi atau produk hewani lainnya.

“Vaksin ini telah disetujui di lebih dari 70 negara di seluruh dunia termasuk Arab Saudi, UEA, Kuwait, Bahrain, Oman, Mesir, Aljazair dan Maroko dan banyak Dewan Islam di seluruh dunia telah telah menyatakan sikap bahwa vaksin ini diperbolehkan untuk digunakan oleh para muslim,” tegas AstraZeneca.

Perusahaan mengklaim, vaksin Covid-19 AstraZeneca aman dan efektif dalam mencegah Covid-19. Uji klinis menemukan bahwa vaksin Covid-19 AstraZeneca 100 persen dapat melindungi dari penyakit yang parah, rawat inap dan kematian, lebih dari 22 hari setelah dosis pertama diberikan.

Penelitian vaksinasi yang telah dilakukan berdasarkan model penelitian dunia nyata (real-world) menemukan bahwa satu dosis vaksin diklaim mengurangi risiko rawat inap hingga 94 persen di semua kelompok umur. Termasuk bagi mereka yang berusia 80 tahun ke atas. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa vaksin dapat mengurangi tingkat penularan penyakit hingga dua pertiga.

“Semua vaksin, termasuk Vaksin COVID-19 AstraZeneca, merupakan bagian penting dalam menanggulangi pandemi Covid-19 agar dapat memulihkan keadaan di Indonesia agar dapat memulihkan perekonomian Indonesia secepatnya,” tegas pernyataan itu. (prn/bbs)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/