JAKARTA, SUMUTPOS.CO- Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menolak hasil survei Poltracking Institute yang menyebutkan bahwa trah Soekarno tidak dikehendaki lagi menjadi ketua umum. Kader partai berlambang banteng dengan moncong putih itu menuduh survei tersebut pesanan lawan politik. Tujuannya, memecah belah partai menjelang kongres di Bali.
Tudingan itu dilontarkan Ketua DPP Bidang Pemuda dan Olahraga Maruarar Sirait kemarin (23/3). Pria yang akrab dipanggil Ara tersebut menjelaskan, menghadapi kongres di Bali, setiap kader PDIP harus waspada karena banyak oknum yang ingin memecah belah partai. “Ini seperti taktik Belanda dulu, devide et impera. Politik adu domba,” ujarnya.
Ara mengatakan, wajar banyak yang menginginkan PDIP pecah. Sebab, partai yang mengusung Jokowi dan JK sebagai presiden dan wakil presiden itu baru saja memenangkan dua pemilihan sekaligus. Yakni, pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres). Ara menegaskan, survei tersebut adalah bagian dari bentuk memecah belah partai. “Kami harus tetap kompak,” paparnya.
Anggota komisi XI itu menambahkan, kader dan anggota partai tidak akan terpengaruh hasil survei tersebut. Sebab, rapat kerja nasional (rakernas) di Semarang pada September tahun lalu telah menetapkan Megawati Soekarnoputri menjabat Ketum lagi. “Sudah kesepakatan peserta rakernas,” ujarnya.
Lalu apakah PDIP tidak berpikir mengenai regenerasi? Ara mengatakan, regenerasi di PDIP terus berjalan. Dia mencontohkan, di lembaga eksekutif, PDIP mampu memenangkan Jokowi menjadi presiden. Sedangkan di legislatif, banyak kader yang potensial. Misalnya, Rieke Dyah Pitaloka dan Budiman Sudjatmiko. “Mereka berhasil karena kaderisasi Ibu Megawati,” tuturnya. (aph/c7/fat/jpnn/rbb)