33.6 C
Medan
Tuesday, June 25, 2024

Kader Demokrat Saling Sikut

  • Nazaruddin: Andi Malarangeng Pembohong
  • Mahfud Laporkan Nazaruddin ke KPK

JAKARTA-Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD belum berhenti ’bergerak’ dalam pusaran persoalan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin. Kemarin (24/5), Mahfud melaporkan pemberian uang dari Nazaruddin kepada Sekjen MK Janedjri M. Gaffar senilai 120 ribu dolar Singapura (sekitar Rp828 juta, kurs Rp6.900) ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Hari-hari Mahfud juga makin sibuk dengan persoalan itu. Pagi hari kemarin (24/5) misalnya, mantan Menteri Pertahanan era Presiden Gus Dur itu sudah mengikuti wawancara dengan sebuah stasiun televisi swasta. Padahal, kemarin MK menjadi tuan rumah pertemuan konsultasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan pimpinan lembaga negara.

Mulai pukul 09.00 hingga 13.00 WIB, Mahfud sibuk dengan pertemuan rutin yang kali ini membahas tentang penguatan Pancasila itu. Berselang satu setengah jam kemudian, pukul 14.30 WIB, Mahfud sudah bergegas meluncur ke KPK bersama dengan Janedjri M Gaffar.

Namun berbeda dengan hari-hari sebelumnya, kali ini Mahfud irit berbicaran
Usai mengantar Presiden SBY, Wapres Boediono, dan para pimpinan lembaga negara, dia memilih bungkam saat wartawan mencecar pertanyaan seputar kasus Nazaruddin. ”Tanya Pancasila saja,” elaknya sembari bergegas masuk lift menuju ruang kerjanya.

Begitu juga saat hendak berangkat ke KPK. Mahfud hanya berujar singkat. ”Saya mau ke KPK, ketemu Pak Busyro (Ketua KPK Busyro Muqoddas, Red),” katanya. Mobil RI 9-nya lantas meluncur menuju kantor KPK.
Rombongan Mahfud tiba di KPK sekiktar pukul 15.00. Sikap bungkamnya terus berlanjut. Turun dari mobil dinasnya, Mahfud dan Djanedjri langsung bergegas masuk ke Gedung KPK tanpa memberikan keterangan apapun kepada para wartawan yang sudah menunggunya. Yang menarik, berdasarkan pantauan Jawa Pos (grup Sumut Pos), Mahfud mengenakan baju batik yang sama sejak dia mulai beraktifitas di pagi hari hingga sore.

”Dia dan pak Djanedjri langsung ditemui semua pimpinan (KPK),” ucap seorang pegawai KPK yang turut mempersiapkan ruang pertemuan petinggi lembaga negara itu. Memang, kedatangan pria asal Madura itu sudah ditunggu-tunggu oleh kelima pimpinan KPK. Memang beberapa jam sebelumnya, Ketua KPK Busyro Muqoddas dalam pesan singkatnya mengatakan bahwa Ketua MK akan datang ke KPK untuk melaporkan pemberian uang oleh Nazaruddin kepada Djanedjri yang besarnya mencapai 120 ribu dolar Singapura.

Pertemuan tersebut berlangsung sekitar satu jam. Saat keluar, Mahfud dan Djanedjri masih menutup mulut rapat-rapat. Keduanya hanya meringis lebar saat ditanya apa hasil pertemuannya. Bahkan saat hendak masuk ke mobil dinas untuk keluar gedung MK, Mahfud malah melambaikan tangan kepada puluhan wartawan yang bedesak-desakan merayu agar dirinya berbicara.

Wakil Ketua KPK M Jasin kepada para wartawan menerangkan, kedatangan Mahfud bertujuan memberikan keterangan dan cerita selengkap-lengkapnya mengenai peristiwa pemberian uang oleh Nazaruddin kepada Sekjen MK. ”Semuanya sama seperti yang diceritakan Mahfud beberapa hari lalu,” kata Jasin.

Jasin lalu mengakui bahwa kedatangan Mahfud tersebut adalah upaya pelaporan MK kepada Nazaruddin. Mengapa Mahfud tidak melapor melalui Direktorat Pengaduan Masyarakat (Dumas) seperti laporan-laporan yang lainnya? Jasin menjawab hal tersebut merupakan hal yang biasa dan sama saja.

Dia lalu menceritakan bahwa ke depan, pihaknya akan mencari informasi sebanyak-banyaknya untuk memindaklanjuti laporan Mahfud. Dengan nada tegas, dia mengatakan KPK akan menelusuri apakah ada motif tertentu saat Nazaruddin memberikan uang tersebut.

Sebab, saat menceritakan proses pemberian uang, KPK belum menemukan adanya motit tertentu. ”Tapi kami tidak boleh percaya begitu saja menerima laporan. Makanya akan mendalami lagi,” terangnya.

Berarti KPK akan memanggil Nazaruddin? Lagi-lagi dengan nada diplomatis Jasin mengatakan langkah tersebut masih terlalu jauh. Menurutnya, laporan Mahfud ini adalah laporan awal yang harus digali lebih dalam lagi. Jadi belum ada rencana pemanggilan Nazaruddin masih dalam waktu dekat.

Yang jelas, kata Jasin, kini pihaknya membentuk tim untuk mendalami kasus ini. Tim inilah nantinya yang juga akan mengkaji apakah perlu memanggil Nazaruddin atau tidak. ”Pokoknya kita tunggu saja,” ucapnya.

Di bagian lain, keputusan Dewan Kehormatan (DK) Partai Demokrat mendongkel Muhammad Nazaruddin dari jabatan bendahara umum DPP bukan akhir segalanya. Sehari pasca keputusan pemecatan, Nazaruddin mulai melancarkan serangan balik. Dia menuding ada skenario penyingkiran dirinya dari partai.
“Pak Andi (Andi Mallarangeng, Red) saya kira ikut terlibat,” ujar Nazaruddin, saat dihubungi, kemarin (24/5). Dia menyatakan, kalau keputusan dewan kehormatan atas pemecatan dirinya juga tak lepas dari peran sekretaris dewan pembina Partai Demokrat yang sekaligus menjabat sebagai menteri olahraga tersebut.

”Keputusan ini jelas mengaburkan kasus kemenpora,” katanya. Menurut dia, kasus seputar pembangunan Wisma Atlet yang menjadi awal semua hal, sesungguhnya tidak lepas dari peran dan atas sepengetahuan Andi Mallarangeng.
Sebab, menurut anggota badan anggaran DPR itu, Andi jugalah yang mempresentasikan anggaran proyek pembangunan. ”Jadi, omongan dia bahwa tidak tahu-menahu itu bohong,” imbuhnya.

Selain menyerang Andi, Nazaruddin juga menyindir Sekretaris DK Demokrat Amir Syamsuddin. Mantan Plt sekjen DPP Demokrat pengganti Marzuki Alie itu dianggap juga terindikasi ikut terlibat dalam skenario penyingkiran dirinya. ”Heran saja seorang Amir Syamsuddin kini tiba-tiba bicara soal etika,” ujar Nazaruddin.
Dia membeber, Amir tercatat sebagai pengacara para koruptor dalam kasus korupsi Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Selain itu, ada laporan yang masuk ke dirinya kalau yang bersangkutan juga pernah melobi MA untuk meloloskan kliennya dengan membawa identitas sebagai petinggi Demokrat. ”Apa seperti ini yang beretika” sindirnya.

Selain itu, langkah mengumumkan ke publik keputusan DK terhadap pemecatan dirinya juga dianggap prematur. Sebab, menurut dia, keputusan tersebut statusnya masih bersifat rekomendasi. ”Bahwa, ini bukan keputusan akhir, masih harus dirapatkan dulu di DPP, keputusan finalnya ada di DPP,” tandasnya.

Serangan balik tidak hanya ditujukan pada rekan-rekan separtainya. Nazaruddin juga menuding kalau Sekretaris MK Djanedri M Gafar yang akrab disapa Djunet itu menyimpan sakit hati terhadap dirinya. Dia menyatakan, sejumlah permintaan Djunet baik untuk kepentingan MK maupun untuk kepentingan pribadinya tidak berhasil.
Menurut Nazaruddin, Djunet yang sebenarnya justru mengejar-ngejar dirinya dengan menjanjikan imbalan tertentu. Yang diharapkan, Nazaruddin bersedia melobi sejumlah proyek MK. Salah satunya adalah proyek pembangunan rumah hakim di MK yang ditolak Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

“Selama ini, Pak Djunet yang kejar-kejar saya,” tegasnya. Nazaruddin membeber, sekitar tiga bulan lalu, Djunet sempat meminta agar dirnya meloby anggaran pembangunan rumah hakim MK agar jangan ditolak Kementrian Keuangan.

“Tapi proyek ini ditolak, jadi dia mungkin sakit hati, makanya cerita soal saya ke Pak Mahfud seperti saat ini,” tandasnya. Atas hal itu lah, dia berharap, agar Djunet maupun Mahfud MD mau bicara jujur. Yaitu, bahwa dirinya tidak pernah terlibat dalam proyek-proyek di MK maupun pernah melobi terkait kasus-kasus di lembaga hukum tersebut.

”Saya tidak pernah berkomunikasi dengan Pak Mahfud, nomor telepon dia di HP saya pun tidak ada. Saya heran, bagaimana beliau bisa bicara sebanyak itu soal saya,” sindir Nazaruddin, kembali.

Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie mengatakan, rencana Nazaruddin yang akan buka-bukaan justru akan menjadi sarana untuk membenahi Partai Demokrat. Hal itu tentu jika didukung dengan fakta hukum. ”Silakan diproses. Kita ini betul-betul ingin membersihkan partai ini dari masalah-masalah yang selama ini selalu diisukan menjalar ke kita,” kata Marzuki di gedung MK, kemarin.

Namun dia enggan mengomentari lebh jauh tentang Nazaruddin yang akan membeberkan borok di tubuh PD. ”Saya tidak bisa menanggapi, belum dengar sendiri,” kilah Marzuki yang juga ketua DPR itu.
Marzuki hanya mengungkapkan, sebelumnya dia sudah pernah bertemu dengan Nazaruddin dan memberikan nasihat. Menurutnya, Nazaruddin mengaku sedih karena mendapat perlakuan tidak adil. ”Kadang kala kita harus menerima itu sebagai realita politik yang kebetulan menimpa kita. Jadi sebaiknya kita terima dengan keikhlasan dan kesabaran,” tuturnya seperti saat bertemu  Nazaruddin.

Nazaruddin Cuma Ngancam

Tetapi, ternyata ancaman Nazaruddin untuk membuka borok kader Partai Demokrat hanya isapan jempol. Pasalnya, untuk kali kedua, Nazaruddin urung menggelar jumpa pers. Padahal, sebelumnya dia gembar gembor akan membuka aib kader PD terkait kasus korupsi.

“Nggak jadi, datanya belum lengkap,” alasan Nazaruddin saat dikonfirmasi watawan, Selasa (24/5).
Ancaman Nazaruddin pertama kali dikeluarkan Senin (23/5). Dia mengaku akan menggelar jumpa pers sore hari dan akan membuka aib MK. Namun jumpa pers itu ditunggu hingga malam hari tidak kunjung digelar.

Nah, yang kedua Nazaruddin rencananya akan melakukan jumpa pers hari ini di DPR. Namun ditunggu hingga sore hari, Nazaruddin tak kunjung menggelar jumpa pers. Padahal, janjinya dia akan membuka data mengenai dugaan korupsi di Kemenpora yang melibatkan sejumlah pihak termasuk politisi demokrat.

Tapi, sebelumnya Nazaruddin mengungkap keterangan mengejutkan. Ia menyebut semua proyek di Kemenpora dikendalikan oleh Choel Mallarangeng, adik kandung Menpora Andi Mallarangeng.
“Semua proyek di Kemenpora itu yang setting Choel Mallarangeng atas sepengetahuan Menpora Andi Mallarangeng,” ujar Nazaruddin.(fal/kuh/dyn/jpnn)

  • Nazaruddin: Andi Malarangeng Pembohong
  • Mahfud Laporkan Nazaruddin ke KPK

JAKARTA-Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD belum berhenti ’bergerak’ dalam pusaran persoalan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin. Kemarin (24/5), Mahfud melaporkan pemberian uang dari Nazaruddin kepada Sekjen MK Janedjri M. Gaffar senilai 120 ribu dolar Singapura (sekitar Rp828 juta, kurs Rp6.900) ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Hari-hari Mahfud juga makin sibuk dengan persoalan itu. Pagi hari kemarin (24/5) misalnya, mantan Menteri Pertahanan era Presiden Gus Dur itu sudah mengikuti wawancara dengan sebuah stasiun televisi swasta. Padahal, kemarin MK menjadi tuan rumah pertemuan konsultasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan pimpinan lembaga negara.

Mulai pukul 09.00 hingga 13.00 WIB, Mahfud sibuk dengan pertemuan rutin yang kali ini membahas tentang penguatan Pancasila itu. Berselang satu setengah jam kemudian, pukul 14.30 WIB, Mahfud sudah bergegas meluncur ke KPK bersama dengan Janedjri M Gaffar.

Namun berbeda dengan hari-hari sebelumnya, kali ini Mahfud irit berbicaran
Usai mengantar Presiden SBY, Wapres Boediono, dan para pimpinan lembaga negara, dia memilih bungkam saat wartawan mencecar pertanyaan seputar kasus Nazaruddin. ”Tanya Pancasila saja,” elaknya sembari bergegas masuk lift menuju ruang kerjanya.

Begitu juga saat hendak berangkat ke KPK. Mahfud hanya berujar singkat. ”Saya mau ke KPK, ketemu Pak Busyro (Ketua KPK Busyro Muqoddas, Red),” katanya. Mobil RI 9-nya lantas meluncur menuju kantor KPK.
Rombongan Mahfud tiba di KPK sekiktar pukul 15.00. Sikap bungkamnya terus berlanjut. Turun dari mobil dinasnya, Mahfud dan Djanedjri langsung bergegas masuk ke Gedung KPK tanpa memberikan keterangan apapun kepada para wartawan yang sudah menunggunya. Yang menarik, berdasarkan pantauan Jawa Pos (grup Sumut Pos), Mahfud mengenakan baju batik yang sama sejak dia mulai beraktifitas di pagi hari hingga sore.

”Dia dan pak Djanedjri langsung ditemui semua pimpinan (KPK),” ucap seorang pegawai KPK yang turut mempersiapkan ruang pertemuan petinggi lembaga negara itu. Memang, kedatangan pria asal Madura itu sudah ditunggu-tunggu oleh kelima pimpinan KPK. Memang beberapa jam sebelumnya, Ketua KPK Busyro Muqoddas dalam pesan singkatnya mengatakan bahwa Ketua MK akan datang ke KPK untuk melaporkan pemberian uang oleh Nazaruddin kepada Djanedjri yang besarnya mencapai 120 ribu dolar Singapura.

Pertemuan tersebut berlangsung sekitar satu jam. Saat keluar, Mahfud dan Djanedjri masih menutup mulut rapat-rapat. Keduanya hanya meringis lebar saat ditanya apa hasil pertemuannya. Bahkan saat hendak masuk ke mobil dinas untuk keluar gedung MK, Mahfud malah melambaikan tangan kepada puluhan wartawan yang bedesak-desakan merayu agar dirinya berbicara.

Wakil Ketua KPK M Jasin kepada para wartawan menerangkan, kedatangan Mahfud bertujuan memberikan keterangan dan cerita selengkap-lengkapnya mengenai peristiwa pemberian uang oleh Nazaruddin kepada Sekjen MK. ”Semuanya sama seperti yang diceritakan Mahfud beberapa hari lalu,” kata Jasin.

Jasin lalu mengakui bahwa kedatangan Mahfud tersebut adalah upaya pelaporan MK kepada Nazaruddin. Mengapa Mahfud tidak melapor melalui Direktorat Pengaduan Masyarakat (Dumas) seperti laporan-laporan yang lainnya? Jasin menjawab hal tersebut merupakan hal yang biasa dan sama saja.

Dia lalu menceritakan bahwa ke depan, pihaknya akan mencari informasi sebanyak-banyaknya untuk memindaklanjuti laporan Mahfud. Dengan nada tegas, dia mengatakan KPK akan menelusuri apakah ada motif tertentu saat Nazaruddin memberikan uang tersebut.

Sebab, saat menceritakan proses pemberian uang, KPK belum menemukan adanya motit tertentu. ”Tapi kami tidak boleh percaya begitu saja menerima laporan. Makanya akan mendalami lagi,” terangnya.

Berarti KPK akan memanggil Nazaruddin? Lagi-lagi dengan nada diplomatis Jasin mengatakan langkah tersebut masih terlalu jauh. Menurutnya, laporan Mahfud ini adalah laporan awal yang harus digali lebih dalam lagi. Jadi belum ada rencana pemanggilan Nazaruddin masih dalam waktu dekat.

Yang jelas, kata Jasin, kini pihaknya membentuk tim untuk mendalami kasus ini. Tim inilah nantinya yang juga akan mengkaji apakah perlu memanggil Nazaruddin atau tidak. ”Pokoknya kita tunggu saja,” ucapnya.

Di bagian lain, keputusan Dewan Kehormatan (DK) Partai Demokrat mendongkel Muhammad Nazaruddin dari jabatan bendahara umum DPP bukan akhir segalanya. Sehari pasca keputusan pemecatan, Nazaruddin mulai melancarkan serangan balik. Dia menuding ada skenario penyingkiran dirinya dari partai.
“Pak Andi (Andi Mallarangeng, Red) saya kira ikut terlibat,” ujar Nazaruddin, saat dihubungi, kemarin (24/5). Dia menyatakan, kalau keputusan dewan kehormatan atas pemecatan dirinya juga tak lepas dari peran sekretaris dewan pembina Partai Demokrat yang sekaligus menjabat sebagai menteri olahraga tersebut.

”Keputusan ini jelas mengaburkan kasus kemenpora,” katanya. Menurut dia, kasus seputar pembangunan Wisma Atlet yang menjadi awal semua hal, sesungguhnya tidak lepas dari peran dan atas sepengetahuan Andi Mallarangeng.
Sebab, menurut anggota badan anggaran DPR itu, Andi jugalah yang mempresentasikan anggaran proyek pembangunan. ”Jadi, omongan dia bahwa tidak tahu-menahu itu bohong,” imbuhnya.

Selain menyerang Andi, Nazaruddin juga menyindir Sekretaris DK Demokrat Amir Syamsuddin. Mantan Plt sekjen DPP Demokrat pengganti Marzuki Alie itu dianggap juga terindikasi ikut terlibat dalam skenario penyingkiran dirinya. ”Heran saja seorang Amir Syamsuddin kini tiba-tiba bicara soal etika,” ujar Nazaruddin.
Dia membeber, Amir tercatat sebagai pengacara para koruptor dalam kasus korupsi Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Selain itu, ada laporan yang masuk ke dirinya kalau yang bersangkutan juga pernah melobi MA untuk meloloskan kliennya dengan membawa identitas sebagai petinggi Demokrat. ”Apa seperti ini yang beretika” sindirnya.

Selain itu, langkah mengumumkan ke publik keputusan DK terhadap pemecatan dirinya juga dianggap prematur. Sebab, menurut dia, keputusan tersebut statusnya masih bersifat rekomendasi. ”Bahwa, ini bukan keputusan akhir, masih harus dirapatkan dulu di DPP, keputusan finalnya ada di DPP,” tandasnya.

Serangan balik tidak hanya ditujukan pada rekan-rekan separtainya. Nazaruddin juga menuding kalau Sekretaris MK Djanedri M Gafar yang akrab disapa Djunet itu menyimpan sakit hati terhadap dirinya. Dia menyatakan, sejumlah permintaan Djunet baik untuk kepentingan MK maupun untuk kepentingan pribadinya tidak berhasil.
Menurut Nazaruddin, Djunet yang sebenarnya justru mengejar-ngejar dirinya dengan menjanjikan imbalan tertentu. Yang diharapkan, Nazaruddin bersedia melobi sejumlah proyek MK. Salah satunya adalah proyek pembangunan rumah hakim di MK yang ditolak Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

“Selama ini, Pak Djunet yang kejar-kejar saya,” tegasnya. Nazaruddin membeber, sekitar tiga bulan lalu, Djunet sempat meminta agar dirnya meloby anggaran pembangunan rumah hakim MK agar jangan ditolak Kementrian Keuangan.

“Tapi proyek ini ditolak, jadi dia mungkin sakit hati, makanya cerita soal saya ke Pak Mahfud seperti saat ini,” tandasnya. Atas hal itu lah, dia berharap, agar Djunet maupun Mahfud MD mau bicara jujur. Yaitu, bahwa dirinya tidak pernah terlibat dalam proyek-proyek di MK maupun pernah melobi terkait kasus-kasus di lembaga hukum tersebut.

”Saya tidak pernah berkomunikasi dengan Pak Mahfud, nomor telepon dia di HP saya pun tidak ada. Saya heran, bagaimana beliau bisa bicara sebanyak itu soal saya,” sindir Nazaruddin, kembali.

Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie mengatakan, rencana Nazaruddin yang akan buka-bukaan justru akan menjadi sarana untuk membenahi Partai Demokrat. Hal itu tentu jika didukung dengan fakta hukum. ”Silakan diproses. Kita ini betul-betul ingin membersihkan partai ini dari masalah-masalah yang selama ini selalu diisukan menjalar ke kita,” kata Marzuki di gedung MK, kemarin.

Namun dia enggan mengomentari lebh jauh tentang Nazaruddin yang akan membeberkan borok di tubuh PD. ”Saya tidak bisa menanggapi, belum dengar sendiri,” kilah Marzuki yang juga ketua DPR itu.
Marzuki hanya mengungkapkan, sebelumnya dia sudah pernah bertemu dengan Nazaruddin dan memberikan nasihat. Menurutnya, Nazaruddin mengaku sedih karena mendapat perlakuan tidak adil. ”Kadang kala kita harus menerima itu sebagai realita politik yang kebetulan menimpa kita. Jadi sebaiknya kita terima dengan keikhlasan dan kesabaran,” tuturnya seperti saat bertemu  Nazaruddin.

Nazaruddin Cuma Ngancam

Tetapi, ternyata ancaman Nazaruddin untuk membuka borok kader Partai Demokrat hanya isapan jempol. Pasalnya, untuk kali kedua, Nazaruddin urung menggelar jumpa pers. Padahal, sebelumnya dia gembar gembor akan membuka aib kader PD terkait kasus korupsi.

“Nggak jadi, datanya belum lengkap,” alasan Nazaruddin saat dikonfirmasi watawan, Selasa (24/5).
Ancaman Nazaruddin pertama kali dikeluarkan Senin (23/5). Dia mengaku akan menggelar jumpa pers sore hari dan akan membuka aib MK. Namun jumpa pers itu ditunggu hingga malam hari tidak kunjung digelar.

Nah, yang kedua Nazaruddin rencananya akan melakukan jumpa pers hari ini di DPR. Namun ditunggu hingga sore hari, Nazaruddin tak kunjung menggelar jumpa pers. Padahal, janjinya dia akan membuka data mengenai dugaan korupsi di Kemenpora yang melibatkan sejumlah pihak termasuk politisi demokrat.

Tapi, sebelumnya Nazaruddin mengungkap keterangan mengejutkan. Ia menyebut semua proyek di Kemenpora dikendalikan oleh Choel Mallarangeng, adik kandung Menpora Andi Mallarangeng.
“Semua proyek di Kemenpora itu yang setting Choel Mallarangeng atas sepengetahuan Menpora Andi Mallarangeng,” ujar Nazaruddin.(fal/kuh/dyn/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/