”Sebenarnya ada daerah yang lebih panas lagi. Seperti di Cotabato City ataupun di Zamboanga. Namun, militer juga ketat di sana,” paparnya.
Apalagi, kata Ali, ada situasi yang memicu militansi kelompok tersebut. ”Yang saya dengar, ada konflik antara pemerintah dan tokoh di sana,” ungkapnya.
Apalagi, banyak warga Mindanao yang kecewa dengan Presiden Rodrigo Duterte. Mereka berharap bisa dibangun seperti Davao, tapi hingga kini belum terlaksana. ”Jadi, sifatnya akumulatif dan dari banyak faktor,” katanya.
Kecewa terhadap pemerintah, mempunyai kemampuan kombatan dan persenjataan yang cukup, penyerbuan seperti itu hanya menunggu waktu.
”Selama perlakuan terhadap Mindanao tidak banyak berubah, cerita tentang penculikan, kerusuhan bersenjata, hingga penyerbuan seperti Marawi ini akan terus terjadi,” terang Ali.
”Dan jika Mindanao jatuh ke tangan kelompok militan, efeknya akan berbahaya. Indonesia bisa akan ketularan,” tambahnya. (ano/c9/nw)