25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Kalimantan Membara, Nyaris 12 Ribu Ha Lahan Ludes

Asap keluar dari sela-sela pepohonan di hutan Kalimantan.
Asap keluar dari sela-sela pepohonan di hutan Kalimantan.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan di Kalimantan belum membuahkan hasil yang maksimal. Yang ada, titik api terus bermunculan di bumi Borneo. Ribuan hektare lahan terbakar dan membuat Manggala Agni beserta petugas gabungan sempat kewalahan untuk memadamkan.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data titik api yang dipantau satelit Modis hingga kemarin sore. kondisi terparah terjadi di Kalimantan tengah, yakni 1.041 titik dengan luasan masing-masing lebih dari enam hektare. Kemudian, di Kalsel terpantau 261 titik, Kaltim 189, dan Kalbar 40.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, untuk wilayah Sumatera kemarin belum sempat terpantau. Sebab, satelit tidak melintasi pulau tersebut. Hanya ada catatan titik api sejumlah 256 buah pada pukul 07.00 kemarin. Dari jumlah tersebut, 223 titik di antaranya berada di Sumsel.

“Total luas lahan terbakar di Kalimantan dilaporkan 11.801 hektare, sedangkan yang berhasil dipadamkan oleh tim Manggala Agni 4.051 hektare,” ujar Sutopo di Jakarta kemarin. Pihaknya mengerahkan 2.200 personel TNI dan 1.050 personel Polri untuk membantu Manggala Agni, dan petugas lainnya memadamkan kebakaran di darat.

Sementara, Satgas udara mengerahkan sembilan helikopter untuk melakukan water bombing di empat provinsi. Yakni, Kalteng, Sumsel, Kalbar, dan Riau. Selain itu, BNPB memasang Ground Mist Generator (GMG) di empat bandara untuk mengisap partikel asap. Masing-masing di bandara Pekanbaru (6 unit), Palembang (6), Pontianak (4), dan Palangkaraya (6).

Pemasangan GMG dilakukan untuk menjaga agar jarak pandang di keempat bandara itu tetap normal. Sehingga, penerbangan sipil tetap bisa beroperasi seperti biasa. “Kami juga melakukan modifiaksi cuaca di Sumsel menggunakan pesawat Hercules milik TNI AU,” lanjut peneliti senior BPPT itu.

Dia mengingatkan, jika tidak ada tindakan lebih tegas untuk mencegah pembakaran lahan, maka kebakaran akan terus berlangsung. Berdasarkan pola titik api tahun 2006-2014, titik api di Sumatera biasanya muncul selama lima bulan, yakni pada pertengahan Juni hingga Oktober. Sedangkan, di Kalimantan antara Agustus sampai Oktober. “Artinya, hingga akhir Oktober nanti titik api masih tetap banyak,” tambahnya. (byu)

Asap keluar dari sela-sela pepohonan di hutan Kalimantan.
Asap keluar dari sela-sela pepohonan di hutan Kalimantan.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan di Kalimantan belum membuahkan hasil yang maksimal. Yang ada, titik api terus bermunculan di bumi Borneo. Ribuan hektare lahan terbakar dan membuat Manggala Agni beserta petugas gabungan sempat kewalahan untuk memadamkan.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data titik api yang dipantau satelit Modis hingga kemarin sore. kondisi terparah terjadi di Kalimantan tengah, yakni 1.041 titik dengan luasan masing-masing lebih dari enam hektare. Kemudian, di Kalsel terpantau 261 titik, Kaltim 189, dan Kalbar 40.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, untuk wilayah Sumatera kemarin belum sempat terpantau. Sebab, satelit tidak melintasi pulau tersebut. Hanya ada catatan titik api sejumlah 256 buah pada pukul 07.00 kemarin. Dari jumlah tersebut, 223 titik di antaranya berada di Sumsel.

“Total luas lahan terbakar di Kalimantan dilaporkan 11.801 hektare, sedangkan yang berhasil dipadamkan oleh tim Manggala Agni 4.051 hektare,” ujar Sutopo di Jakarta kemarin. Pihaknya mengerahkan 2.200 personel TNI dan 1.050 personel Polri untuk membantu Manggala Agni, dan petugas lainnya memadamkan kebakaran di darat.

Sementara, Satgas udara mengerahkan sembilan helikopter untuk melakukan water bombing di empat provinsi. Yakni, Kalteng, Sumsel, Kalbar, dan Riau. Selain itu, BNPB memasang Ground Mist Generator (GMG) di empat bandara untuk mengisap partikel asap. Masing-masing di bandara Pekanbaru (6 unit), Palembang (6), Pontianak (4), dan Palangkaraya (6).

Pemasangan GMG dilakukan untuk menjaga agar jarak pandang di keempat bandara itu tetap normal. Sehingga, penerbangan sipil tetap bisa beroperasi seperti biasa. “Kami juga melakukan modifiaksi cuaca di Sumsel menggunakan pesawat Hercules milik TNI AU,” lanjut peneliti senior BPPT itu.

Dia mengingatkan, jika tidak ada tindakan lebih tegas untuk mencegah pembakaran lahan, maka kebakaran akan terus berlangsung. Berdasarkan pola titik api tahun 2006-2014, titik api di Sumatera biasanya muncul selama lima bulan, yakni pada pertengahan Juni hingga Oktober. Sedangkan, di Kalimantan antara Agustus sampai Oktober. “Artinya, hingga akhir Oktober nanti titik api masih tetap banyak,” tambahnya. (byu)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/