JAKARTA-Budaya antre yang tidak diresapi betul oleh warga Indonesia berkali-kali memakan korban. Mulai dari antre pemberian sembako yang umumnya terjadi saat Hari Raya Kurban hingga antre menonton pertandingan sepakbola. Terbaru, antre diskon 50 persen blackberry bold tipe 9790 di lobby utara Pasifik Place, kawasan niaga SCBD, Jakarta Selatan, juga memakan korban, kemarin (25/11).
Ribuan calon pembeli handphone type Bellagio yang dijual Rp 2.400.000 ribu plus PPN atau setengah dari harga resmi saling berebut. Karena situasi tak terkendali dan 90 lebih orang pingsan, akhirnya polisi membubarkan acara diskon besar-besaran tersebut.
Saking antusiasnya penjualan blackberry murah dibuka dua hari mulai kemarin (25-26/11), para calon pembeli rela mengantre sejak dini hari. Merekapun rela mengantre seharian untuk mendapatkan gelang berlogo blackberry yang harus dikenakan saat melakukan transaksi pembelian. ?Kamis (24/11) sehari sebelum loket dibuka, sekitar pukul 18.00 kita sudah berkumpul di sini Mas, karena panitia hanya menyediakan 1000 gelang,” ujar Fajri, 21, seorang pengantre kepada INDOPOS (Grup Sumut Pos) usai mendapatkan blackberry.
Meski datang lebih awal, Fajri mengaku, antrean mendapatkan gelang tersebut sudah mulai ramai. Penumpukan antrean mulai mengekor sejak pukul 01.00 Jum’at (25/11) dini hari dan semakin ramai sekitar pukul 03.00 pagi. “Tapi petugas beberapa kali membubarkan, karena baru dibuka besok,” katanya.
Namun, karena harga yang dijual sangat murah, calon pembeli dan petugas pun kucing-kucingan. Saat petugas lengah, merekapun kembali mengantre. Apalagi menurut dia, pembagian gelang yang dijadikan salah satu syarat untuk mendapatkan blackberry murah tersebut sangat minim, yakni 1000 gelang. “Ya karena murah, jadi kita rela antre, kalau nggak murah kita nggak mau lah bela-belaain seharian di sini, ini setengah harga loh,” cetusnya.
Animo masyarakatpun semakin banyak dan mencapai ribuan lebih. Gelang yang didistribusikan sekitar pukul 06.00 tersebut pun tidak menampung jumlah calon pembeli yang sudah antre berjam-jam. “Padahal loket pembelian baru dibuka sekitar pukul 09.00 pagi tapi gelang sudah habis dan masyarakat yang datang semakin banyak, malahan yang nggak dapat gelang rela antre,” paparnya.
Sayangnya, ketika transaksi sudah mulai dibuka, masyarakat yang seharian mengantre semakin beringas. Petugas keamanan Pasifik Place dan petugas Polsek Kebayoran Baru pun kewalahan meredakan emosi masyarakat yang ingin segera memasuki counter pembelian. Tidak sabar, dan tak kuat menahan panas, pengantre pun mulai ricuh. Desak-desakan antara petugas keamanan dan calon pembeli pun tidak terelakan di depan kounter.
Sebagian calon pembeli yang didominasi wanita dan pria paruh baya satu demi satu tumbang. Mereka pingsan lantaran lemas dan kepanasan. “Air-air, kita kepanasan,” teriak ribuan calon pembeli.
Mereka juga banyak yang mengeluh karena kaki kram, kepansan dan sesak nafas. “Aduh sakit, kaki saya kram, tolong dong,” rintih seorang perempuan pengantre. Mayoritas pengantre yang pingsan perempuan berusia di atas 30 tahun. Ada 5 dokter menangani pengantre yang pingsan. Mereka diberi nafas oksigen tabung, ada juga yang dipijat kakinya hingga diberi obat pereda nyeri.
Sementara yang sakitnya dianggap parah dan tidak bisa diobati secara darurat dilarikan ke RS Jakarta. Dikabarkan, dari belasan yang dibawa lari ke rumah sakit, empat di antaranya mengalami patah tulang.
Meski korban pingsan terus berjatuhan, calon pembeli lain semakin ganas mereka terus mendorong dan mendesak petugas yang berjaga-jaga di depan counter.
Menyaksikan hal tersebut, Kapolsek Kebayoran Baru Kompol Hando turun tangan ke tengah kerumunan menenangkan ribuan calon pembeli. Namun imbauannya melalui pengeras suara tidak digubris. “Sabar, jangan berdesakan-desakan, tolong petugas untuk masuk ke kerumunan,” tegasnya.
Upaya tersebut tetap gagal. Massa sudah terlanjur banyak dan tak terkendali lagi. Karena situasi sudah tidak memungkinkan, Kapolsek menginstruksikan panitia menghentikan transaksi pembelian yang sudah setengah jalan tersebut. “Korban sudah 90 lebih, keputusan sementara pembelian blackberry kita hentikan dulu hingga menunggu pengumuman dari pihak panitia,” ucapnya.
Ini semua, kata dia demi keselamatan calon pembeli. “Saya menghargai kecapaian ada, kita sudah koordinasi dengan panitia barang masih ada, tetapi untuk pemberitahuan lebih lanjut kapan dibuka lagi panitia akan mengumumkan lewat media,” sambungnya.
Keputusan yang dianggap bisa menyelesaikan masalah tersebut justru semakin memantik emosi massa. Khususnya para calon pembeli yang sudah mendapatkan gelang namun belum sempat masuk counter. Mereka semakin beringas dan terus berusaha memasuki areal counter penjualan. “Saya tidak terima, blackberry tidak profesioanal, saya sudah mendapat gelang kenapa tidak bisa masuk?” protes Ratna sambil menangis tersedu meminta kepada petugas agar diperbolehkan masuk.
Ironisnya lagi, banyak juga calon pembeli yang sudah mamasuki counter penjualan dan kartu kreditnya dipegang oleh panitia tidak bisa mendapatkan handphone. Calon pembeli yang jenis ini juga menolak untuk bubar dan tetap mendesak untuk bertransaksi sampai selesai. Kerusuhan kembali terjadi hingga menjelang sore massa berangsur-angsur membubarkan diri dengan penuh kecewa.
Kapolres Jakarta Selatan Kombes Imam Sugiyanto menyayangkan peristiwa tersebut. Pihaknya tidak tahu menahu adanya kerumunan massa sebesar itu. Sejatinya, kata dia, jika ada keramaian, panitia atau kapolsek setempat memberikan tembusan kepada polres. “Sampai saat ini tidak ada izin pemberitahuan ke polres, tetapi kita akan selidikan lebih lanjut ke panitian, kita cek kembali dan kita dalami apakah memang sudah memberitahukan kepada petugas atau belum,” katanya.
Penutupan ini, kata dia, untuk menghindari peristiwa yang tidak diinginkan. “Penutupan ini karena alasan keamanan dan kesalamatan konsumen, saya harap calon pembeli menyadari ini,” bebernya.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Baharudin Djafar mengatakan, penjualan?blackberry murah sudah mendapatkan izin, akan tetapi izin tersebut dikeluarkan oleh Polsek Kebayoran Baru tanpa ada tembusan kepada Polres Jakarta Selatan. “Polsek tidak peka, seharusnya dia sampaikan ke Polres juga,” jelasnya.
Sehingga, kata dia, jika terjadi hal yang tidak diinginkan petugas polres bisa membackup dan mengamankan kericuan tersebut. “Itu sebenarnya tempat keramaian, orang tempat berniaga, siapa saja boleh datang, karena memang wilayahnya berniaga. Cuma jumlah pengunjung tidak bisa diatur, makanya kita akan periksa Kapolsek Kebayoran Baru,” tegasnya. (ash/jpnn)