28.9 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Sumut Butuh Figur Baru

JAKARTA – Banyaknya kasus kepala daerah yang berurusan dengan kasus korupsi, termasuk Syamsul Arifin, bakal mempengaruhi psikologi masyarakat Sumut dalam Pilgub 2013 mendatang. Warga yang punya hak pilih akan malas memberikan hak suara di hari pencoblosan bila calon yang maju dianggap tak mengusung ikon perubahan. Angka golput di Pilgubsu diprediksi akan sama tinggi seperti Pilgub DKI.
Menurut pakar sosiologi politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta, Arie Sudjito, satu-satunya hal yang bisa menekan angka golput adalah munculnya cagub yang merupakan figur baru.

“Saat ini muncul gejala masyarakat pemilih kecewa dengan perilaku elit, banyak kepala daerah yang ditangkap KPK. Pemilih jadi malas. Masyarakat frustrasi. Hanya figur baru, yang punya magnet kuat, yang bisa menekan angka golput,” ujar Arie, akhir pekan lalu.
Dia memberi contoh kasus DKI Jakarta. Warga ibu kota punya semangat pergi ke TPS dan memberikan hak suaranya, lantaran ada figur baru, yakni Jokowi. “Dia merupakan figur yang punya daya magnet sangat kuat. Nah, apakah nanti di Sumut  ada figur baru? Kita belum tahu,” ujar dosen pascasarjana Fisipol UGM itu.

Namun, lanjutnya, di pilgub Sumut untuk sementara ini belum terlihat ada figur yang punya daya magnet kuat seperti Jokowi. Jika hingga hari penutupan pendaftaran calon nantinya belum juga muncul figur baru, dia yakin angka golput di Sumut sulit dihindari.
Memang, lanjutnya, dengan politik pragmatisme, yakni dengan politik uang, warga mau menggunakan hak pilihnya. Namun, lanjutnya, warga yang gampang disetir dengan uang ini, jumlahnya tidaklah banyak.

Lebih lanjut dikatakan, mesin partai politik pun tidak akan mampu mendongkrak tingkat partisipasi pemilih. Pemicunya, ya karena masyarakat sudah sangat kecewa dengan partai, yang kader-kadernya banyak yang tersangkut korupsi. “Proyek pengadaan Alquran saja dikorupsi. Nah, yang seperti ini yang merasuk dalam memori masyarakat,” kata Arie.

Ketua KPUD Sumut Irham Buana Nasution mengatakan pihaknya sedang berusaha memikirkan strategi yang tepat sasaran agar Pilgubsu 2013 tidak ‘dimenangi’ kaum golput. ‘’Kami coba sosialiasikan dengan baik soal pentingnya memberikan pilihan, apalagi ini menyangkut pilihan pemimpin lima tahun ke depan,’’ katanya. (sam/rud)

JAKARTA – Banyaknya kasus kepala daerah yang berurusan dengan kasus korupsi, termasuk Syamsul Arifin, bakal mempengaruhi psikologi masyarakat Sumut dalam Pilgub 2013 mendatang. Warga yang punya hak pilih akan malas memberikan hak suara di hari pencoblosan bila calon yang maju dianggap tak mengusung ikon perubahan. Angka golput di Pilgubsu diprediksi akan sama tinggi seperti Pilgub DKI.
Menurut pakar sosiologi politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta, Arie Sudjito, satu-satunya hal yang bisa menekan angka golput adalah munculnya cagub yang merupakan figur baru.

“Saat ini muncul gejala masyarakat pemilih kecewa dengan perilaku elit, banyak kepala daerah yang ditangkap KPK. Pemilih jadi malas. Masyarakat frustrasi. Hanya figur baru, yang punya magnet kuat, yang bisa menekan angka golput,” ujar Arie, akhir pekan lalu.
Dia memberi contoh kasus DKI Jakarta. Warga ibu kota punya semangat pergi ke TPS dan memberikan hak suaranya, lantaran ada figur baru, yakni Jokowi. “Dia merupakan figur yang punya daya magnet sangat kuat. Nah, apakah nanti di Sumut  ada figur baru? Kita belum tahu,” ujar dosen pascasarjana Fisipol UGM itu.

Namun, lanjutnya, di pilgub Sumut untuk sementara ini belum terlihat ada figur yang punya daya magnet kuat seperti Jokowi. Jika hingga hari penutupan pendaftaran calon nantinya belum juga muncul figur baru, dia yakin angka golput di Sumut sulit dihindari.
Memang, lanjutnya, dengan politik pragmatisme, yakni dengan politik uang, warga mau menggunakan hak pilihnya. Namun, lanjutnya, warga yang gampang disetir dengan uang ini, jumlahnya tidaklah banyak.

Lebih lanjut dikatakan, mesin partai politik pun tidak akan mampu mendongkrak tingkat partisipasi pemilih. Pemicunya, ya karena masyarakat sudah sangat kecewa dengan partai, yang kader-kadernya banyak yang tersangkut korupsi. “Proyek pengadaan Alquran saja dikorupsi. Nah, yang seperti ini yang merasuk dalam memori masyarakat,” kata Arie.

Ketua KPUD Sumut Irham Buana Nasution mengatakan pihaknya sedang berusaha memikirkan strategi yang tepat sasaran agar Pilgubsu 2013 tidak ‘dimenangi’ kaum golput. ‘’Kami coba sosialiasikan dengan baik soal pentingnya memberikan pilihan, apalagi ini menyangkut pilihan pemimpin lima tahun ke depan,’’ katanya. (sam/rud)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/