26.7 C
Medan
Sunday, May 5, 2024

Awas! Petrus Hidup Kembali

Penembak misterius alias Petrus-Ilustrasi.
Penembak misterius alias Petrus-Ilustrasi.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Rencana Komjen yang satu ini boleh juga. Beberapa waktu lalu Budi Waseso berencana membuat penjara khusus terpidana narkoba dijaga buaya ganas. Kini Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) itu akan menghidupkan kembali penembak misterius (petrus) yang sempat ditakuti di era Presiden Soeharto.

Tim Petrus bentukan mantan Kabareskrim ini akan menyasar pengedar dan bandar narkoba. Tim nantinya akan beranggotakan personel polisi dan TNI.

Rencana itu berawal, karena hukum di Indonesia masih kurang tegas terhadap gembong-gembong narkoba.

Tim Petrus akan ditempatkan di wilayah-wilayah perbatasan di mana kerap dijadikan jalur masuk narkoba dari negara lain.

“Secara teknis, Tim Petrus akan bergerak setelah mengantongi data dan identitas bandar atau pengedar dari hasil penyelidikan mendalam BNN. Sehingga tidak akan salah. Karena kita berikan data setelah betul-betul diketahui target memang betul bandar atau pengedar narkoba,” tegas Budi Waseso kepada wartawan, Jumat (27/11).

Pria yang akrab disapa Buwas sengaja memprioritaskan para Petrus di perbatasan. Dia meyakini banyak jalur narkoba dari Malaysia dan Singapura meloloskan zat adiktif itu. Selama ini distribusi narkoba di Indonesia dibawa jaringan internasional.

Kesepakatan membentuk Petrus telah dikoordinasikannya dengan Panglima TNI Gatot Nurmantyo. Keduannya kompak dan sepakat tembak dan tak memberi ampun gembong narkoba. “Makanya saya sepakat dengan Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo yang mengatakan proxy war sudah dimulai. Karena itu, saya minta TNI jangan ragu tembak mati di tempat (pelaku narkoba),” tegasnya.

Alasan lain Buwas sengaja membuat Petrus, lantaran miris melihat lemahnya hukum Tanah Air kepada narkoba. Indonesia masih kalah galak dibanding Malaysia dan Singapura dalam memberikan hukum kepada pengedar maupun pemakai narkoba. Menurut dia, kedua negara itu tidak hanya berani menghukum berat pengedar. Para pemakai juga mendapat sanksi sama, yakni hukuman mati. Maka dari itu, dia berharap segera adanya perubahan undang-undang pemberantasan narkotika di Indonesia.

“Di Malaysia dan Singapura, menerapkan hukuman mati. Bahkan kepada penggunanya. Sementara di Indonesia, penerapan hukuman mati hanya berlaku bagi bandar dan pengedar. Sementara penggunanya, hanya direhab saja,” ungkapnya.

Masalah narkoba di Tanah Air bisa dikatakan sudah sampai titik nadir. Penanganan serius perlu dilakukan secepatnya agar generasi muda tidak terperosok ke lembah hitam. Ngototnya Buwas berantas narkoba bukan sekedar gagah-gagahan. Dia mengakui Indonesia termasuk pasar subur beredarnya barang haram itu. Tidak heran bila negara ini jadi target jaringan internasional.

“Jadi perlu undang-undang khusus yang tegas agar ada efek jera,” terangnya.(bbs/net/ala)

Penembak misterius alias Petrus-Ilustrasi.
Penembak misterius alias Petrus-Ilustrasi.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Rencana Komjen yang satu ini boleh juga. Beberapa waktu lalu Budi Waseso berencana membuat penjara khusus terpidana narkoba dijaga buaya ganas. Kini Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) itu akan menghidupkan kembali penembak misterius (petrus) yang sempat ditakuti di era Presiden Soeharto.

Tim Petrus bentukan mantan Kabareskrim ini akan menyasar pengedar dan bandar narkoba. Tim nantinya akan beranggotakan personel polisi dan TNI.

Rencana itu berawal, karena hukum di Indonesia masih kurang tegas terhadap gembong-gembong narkoba.

Tim Petrus akan ditempatkan di wilayah-wilayah perbatasan di mana kerap dijadikan jalur masuk narkoba dari negara lain.

“Secara teknis, Tim Petrus akan bergerak setelah mengantongi data dan identitas bandar atau pengedar dari hasil penyelidikan mendalam BNN. Sehingga tidak akan salah. Karena kita berikan data setelah betul-betul diketahui target memang betul bandar atau pengedar narkoba,” tegas Budi Waseso kepada wartawan, Jumat (27/11).

Pria yang akrab disapa Buwas sengaja memprioritaskan para Petrus di perbatasan. Dia meyakini banyak jalur narkoba dari Malaysia dan Singapura meloloskan zat adiktif itu. Selama ini distribusi narkoba di Indonesia dibawa jaringan internasional.

Kesepakatan membentuk Petrus telah dikoordinasikannya dengan Panglima TNI Gatot Nurmantyo. Keduannya kompak dan sepakat tembak dan tak memberi ampun gembong narkoba. “Makanya saya sepakat dengan Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo yang mengatakan proxy war sudah dimulai. Karena itu, saya minta TNI jangan ragu tembak mati di tempat (pelaku narkoba),” tegasnya.

Alasan lain Buwas sengaja membuat Petrus, lantaran miris melihat lemahnya hukum Tanah Air kepada narkoba. Indonesia masih kalah galak dibanding Malaysia dan Singapura dalam memberikan hukum kepada pengedar maupun pemakai narkoba. Menurut dia, kedua negara itu tidak hanya berani menghukum berat pengedar. Para pemakai juga mendapat sanksi sama, yakni hukuman mati. Maka dari itu, dia berharap segera adanya perubahan undang-undang pemberantasan narkotika di Indonesia.

“Di Malaysia dan Singapura, menerapkan hukuman mati. Bahkan kepada penggunanya. Sementara di Indonesia, penerapan hukuman mati hanya berlaku bagi bandar dan pengedar. Sementara penggunanya, hanya direhab saja,” ungkapnya.

Masalah narkoba di Tanah Air bisa dikatakan sudah sampai titik nadir. Penanganan serius perlu dilakukan secepatnya agar generasi muda tidak terperosok ke lembah hitam. Ngototnya Buwas berantas narkoba bukan sekedar gagah-gagahan. Dia mengakui Indonesia termasuk pasar subur beredarnya barang haram itu. Tidak heran bila negara ini jadi target jaringan internasional.

“Jadi perlu undang-undang khusus yang tegas agar ada efek jera,” terangnya.(bbs/net/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/