29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Suara Effendi, Suara Megawati?

Koordinator Komite Pemilih untuk Indonesia (TePI) Jeirry Sumampow
Koordinator Komite Pemilih untuk Indonesia (TePI) Jeirry Sumampow

SUMUTPOS.CO – Effendi Simbolon terus bersuara keras mengkritik kepemimpinan Presiden Jokowi. Terakhir, politikus PDIP yang dikenal dekat dengan Megawati Soekarnoputri itu menyebut gaya kepemimpinan Jokowi mengelola negara mirip cara LSM. Berikut wawancara wartawan Sumut Pos Soetomo Samsu dengan Pengamat politik yang juga Koordinator Komite Pemilih untuk Indonesia (TePI) Jeirry Sumampow, Rabu (28/1). Petikannya,

 

Bagaimana Anda melihat suara pedas Effendi Simbolon itu?

Sebenarnya itu baik, dalam konteks partai pendukung pemerintah tidak selalu mengiyakan apa saja langkah presiden. Tapi saya meragukan niatan untuk murni mengkritik. Saya melihat, ini menunjukkan ada problem di internal PDIP. Ada kepentingan yang tak terwadahi sehingga terekpresi ke luar. Kepentingannya apa, ya tanya ke Effendi Simbolon. Yang jelas dia tidak akan mengungkapkan yang sebenarnya. Dari bahasa dan cara mengungkapkan kritik, saya melihat substansinya itu tak murni. Jangan-jangan sedang melakukan bergaining agar kepentingannya terakomodir.

 

Menurut Anda, apa kepentingan Effendi Simbolon?

Apa pun itu, ini menunjukkan PDIP tidak solid. Ada bahaya laten konflik internal. Antara satu dengan lainnya, bicaranya berbeda-beda dalam menyikapi kepemimpinan Jokowi.

 

Apa ini sisa konflik masa penetapan capres PDIP dulu, dimana Effendi Simbolon termasuk yang tidak setuju Jokowi dicapreskan?

Akar pengkubuan memang saat masa pilpres. Kelompok yang dulu tidak menghendaki Jokowi jadi presiden, sekarang ini mendapat momentum untuk melakukan kritik pedas karena memang Jokowi beberapa kali blunder. Yang pasti ada problem internal PDIP karena pernyataan keras seperti itu sebelumnya tidak ada. Dalam 10 tahun PDIP menjadi oposisi, mereka kompak. Kemungkinan juga, setelah 10 tahun menjadi oposisi, sekarang berkuasa, kok tidak dapat apa-apa. Bisa saja seperti itu. Yang jelas ini tidak sehat.

 

Foto: Ricardo/JPNN Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri dan Presiden terpilih Joko Widodo.
Foto: Ricardo/JPNN
Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri dan Presiden terpilih Joko Widodo.

Bagaimana posisi Megawati dalam persoalan seperti ini?

Jangan-jangan di antara Bu Mega dengan Jokowi memang ada perbedaan, sehingga mereka berani bersuara keras mengkritik Jokowi. Kemungkinan itu ada. Anggapan publik selama ini, Jokowi itu seolah-olah disetir Megawati. Bisa jadi anggapan itu salah. Bisa jadi justru antara Megawati dengan Jokowi saat ini sedang berbeda. Ini mengindikasikan Bu Mega dan Jokowi tidak lagi sejalan. Agak sulit dipahami jika suara-suara keras yang ditujukan ke Jokowi itu tidak sepengetahuan Megawati.

 

Maksud Anda, apakah suara keras Effendi Simbolon itu adalah suara Megawati?

Saya kira power Megawati di internal PDIP masih sangat kuat. Bisa saja ini pertarungan Megawati dengan Jokowi. Harus saya katakan, saat ini yang bisa menyaingi Megawati ya Jokowi. Apalagi Jokowi disebut-sebut bisa menggantikan Megawati. Karena itu, ada pengurus partai yang tidak suka ini.

 

Bukankah Megawati masih sangat kuat dan bisa mengendalikan seluruh jajaran pengurus PDIP, mengapa takut dengan Jokowi?

Saya curiga ada banyak keinginan Megawati, yang secara langsung ataupun tidak langsung, tidak koneks atau tidak diakomodir oleh Jokowi. Sedang Jokowi telah menjadi figur yang bisa menyaingi Megawati. Ekspresi-ekpresi seperti diungkapkan Effendi Simbolon, ya karena ada persoalan itu. Bisa jadi, itu upaya mendeskreditkan Jokowi agar tak digadang-gadang menggantikan Megawati.

 

Anda melihat internal PDIP sudah ada yang pro Jokowi?

Yang pasti partai sedang tidak terkonsolidasi dengan baik. Sudah ada dua kekuatan besar di situ, Megawati dan Jokowi. Dari dulu kan tidak pernah seperti itu, hanya ada satu matahari. Sekarang ini sudah ada dua matahari. Ada sedikit pergolakan.

 

Jadi ada kemungkinan Megawati yang meminta Effendi Simbolon bersuara keras mengkritik Jokowi?

Ya, jangan-jangan memang Bu Mega sendiri yang secara tidak langsung meminta. Dugaan-dugaan seperti itu bisa saja benar. Ada kemungkinan memang didukung Megawati. Karena toh sampai sekarang Megawati tidak bersuara, tidak menegur Effendi Simbolon. (*)

 

 

 

Koordinator Komite Pemilih untuk Indonesia (TePI) Jeirry Sumampow
Koordinator Komite Pemilih untuk Indonesia (TePI) Jeirry Sumampow

SUMUTPOS.CO – Effendi Simbolon terus bersuara keras mengkritik kepemimpinan Presiden Jokowi. Terakhir, politikus PDIP yang dikenal dekat dengan Megawati Soekarnoputri itu menyebut gaya kepemimpinan Jokowi mengelola negara mirip cara LSM. Berikut wawancara wartawan Sumut Pos Soetomo Samsu dengan Pengamat politik yang juga Koordinator Komite Pemilih untuk Indonesia (TePI) Jeirry Sumampow, Rabu (28/1). Petikannya,

 

Bagaimana Anda melihat suara pedas Effendi Simbolon itu?

Sebenarnya itu baik, dalam konteks partai pendukung pemerintah tidak selalu mengiyakan apa saja langkah presiden. Tapi saya meragukan niatan untuk murni mengkritik. Saya melihat, ini menunjukkan ada problem di internal PDIP. Ada kepentingan yang tak terwadahi sehingga terekpresi ke luar. Kepentingannya apa, ya tanya ke Effendi Simbolon. Yang jelas dia tidak akan mengungkapkan yang sebenarnya. Dari bahasa dan cara mengungkapkan kritik, saya melihat substansinya itu tak murni. Jangan-jangan sedang melakukan bergaining agar kepentingannya terakomodir.

 

Menurut Anda, apa kepentingan Effendi Simbolon?

Apa pun itu, ini menunjukkan PDIP tidak solid. Ada bahaya laten konflik internal. Antara satu dengan lainnya, bicaranya berbeda-beda dalam menyikapi kepemimpinan Jokowi.

 

Apa ini sisa konflik masa penetapan capres PDIP dulu, dimana Effendi Simbolon termasuk yang tidak setuju Jokowi dicapreskan?

Akar pengkubuan memang saat masa pilpres. Kelompok yang dulu tidak menghendaki Jokowi jadi presiden, sekarang ini mendapat momentum untuk melakukan kritik pedas karena memang Jokowi beberapa kali blunder. Yang pasti ada problem internal PDIP karena pernyataan keras seperti itu sebelumnya tidak ada. Dalam 10 tahun PDIP menjadi oposisi, mereka kompak. Kemungkinan juga, setelah 10 tahun menjadi oposisi, sekarang berkuasa, kok tidak dapat apa-apa. Bisa saja seperti itu. Yang jelas ini tidak sehat.

 

Foto: Ricardo/JPNN Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri dan Presiden terpilih Joko Widodo.
Foto: Ricardo/JPNN
Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri dan Presiden terpilih Joko Widodo.

Bagaimana posisi Megawati dalam persoalan seperti ini?

Jangan-jangan di antara Bu Mega dengan Jokowi memang ada perbedaan, sehingga mereka berani bersuara keras mengkritik Jokowi. Kemungkinan itu ada. Anggapan publik selama ini, Jokowi itu seolah-olah disetir Megawati. Bisa jadi anggapan itu salah. Bisa jadi justru antara Megawati dengan Jokowi saat ini sedang berbeda. Ini mengindikasikan Bu Mega dan Jokowi tidak lagi sejalan. Agak sulit dipahami jika suara-suara keras yang ditujukan ke Jokowi itu tidak sepengetahuan Megawati.

 

Maksud Anda, apakah suara keras Effendi Simbolon itu adalah suara Megawati?

Saya kira power Megawati di internal PDIP masih sangat kuat. Bisa saja ini pertarungan Megawati dengan Jokowi. Harus saya katakan, saat ini yang bisa menyaingi Megawati ya Jokowi. Apalagi Jokowi disebut-sebut bisa menggantikan Megawati. Karena itu, ada pengurus partai yang tidak suka ini.

 

Bukankah Megawati masih sangat kuat dan bisa mengendalikan seluruh jajaran pengurus PDIP, mengapa takut dengan Jokowi?

Saya curiga ada banyak keinginan Megawati, yang secara langsung ataupun tidak langsung, tidak koneks atau tidak diakomodir oleh Jokowi. Sedang Jokowi telah menjadi figur yang bisa menyaingi Megawati. Ekspresi-ekpresi seperti diungkapkan Effendi Simbolon, ya karena ada persoalan itu. Bisa jadi, itu upaya mendeskreditkan Jokowi agar tak digadang-gadang menggantikan Megawati.

 

Anda melihat internal PDIP sudah ada yang pro Jokowi?

Yang pasti partai sedang tidak terkonsolidasi dengan baik. Sudah ada dua kekuatan besar di situ, Megawati dan Jokowi. Dari dulu kan tidak pernah seperti itu, hanya ada satu matahari. Sekarang ini sudah ada dua matahari. Ada sedikit pergolakan.

 

Jadi ada kemungkinan Megawati yang meminta Effendi Simbolon bersuara keras mengkritik Jokowi?

Ya, jangan-jangan memang Bu Mega sendiri yang secara tidak langsung meminta. Dugaan-dugaan seperti itu bisa saja benar. Ada kemungkinan memang didukung Megawati. Karena toh sampai sekarang Megawati tidak bersuara, tidak menegur Effendi Simbolon. (*)

 

 

 

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/