26.7 C
Medan
Sunday, May 12, 2024

Panik, Delapan Nyawa Melayang

Tragedi Kebakaran di KM Kirana IX

SURABAYA- Jangan mudah panik menghadapi bencana. Justru kepanikan itulah yang membuat sulit melepaskan dari bahaya yang mengintai dalam bencana. Tragedi kebakaran di Kapal Motor (KM) Kirana IX di Pelabuhan Tanjung Perak, kemarin pagi, menjadi gambarannya. Delapan nyawa melayang karena kepanikan itu. Selain itu, 55 orang terluka dan seorang masih hilang setelah terjun ke laut.

Kebakaran di kapal tujuan Balikpapan itu sebenarnya tidak besar. Hanya membakar bagian kepala truk bernopol B 9231 TDA yang dikemudikan Faris Anwar, 38, yang ada di dek kapal. Kobaran api itu sempat mengepulkan asap ke bagian kapal lainnya. Meski kebakaran tidak besar, tapi karena penumpang terlalu panik, mereka akhirnya berebut jalan untuk keluar dari kapal.

Akibatnya, delapan orang meninggal. Dari delapan korban meninggal itu ada yang tercatat sebagai pasangan suami-istri (pasutri). Pasutri tersebut adalah Sodik, 50 dan Juminah, 45 yang berasal dari Karang Pinang, Sampang, Madura. Selain keduanya korban meninggal lainnya adalah Sumarni, 50 asal Jalan Cendana, Samarinda, Kalimantan Timur, Natuha, 60 dari Suemendangan Adem Awu, Pemakesan, dan Suminah, 54, yang beralamat di Karang Lundo, Grobogan, Jawa Tengah.

Dalam daftar korban meninggal juga ada nama Sholikah, 50 asal Karang Duren, Balong, Jember, dan Siti Rohanah, 28, yang tinggal di Karang Selang, Magelang. “Satu jenazah lagi masih belum teridentifikasi. Jenis kelaminnya perempuan dan usianya sekitar 50 tahunan,” kata Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak AKBP Jayadi.

Dari delapan korban meninggal tersebut tidak satupun yang menutup mata karena mengalami luka bakar. Juga tidak ada yang meregang nyawa karena terjebur ke laut. “Dari hasil visum, rata-rata korban meninggal karena mati lemas. Hal itu terbukti dengan adanya bintik pendarahan di mata mayoritas korban meninggal. Kondisi itu dimungkinkan karena berdesak-desakan,” ungkap Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RSUD Dr Soetomo Prof Soekry Erfan Kusuma.
Di luar karena faktor lemas, ada satu korban meninggal yang teridentifikasi mengalami luka benturan benda keras. Namun, tim yang melakukan visum baik dari RSUD Dr Soetomo maupun dari Dokpol Polda Jatim tidak menyebutkan namanya. “Hanya ada satu yang mengalami benturan benda keras. Sebab, di hidung dan kuping mengalami pendarahan,” ujar Soekry. Pendarahan itu dimungkinan karena korban terinjak oleh sesama penumpang saat berebut turun dari kapal.

Pengakuan para penumpang menguatkan hasil visum tersebut. Begitu mengetahui ada kebakaran, mereka memang langsung berebut menyelamatkan diri. Apalagi, kala itu ada pengumuman dari petugas kapal lewat megaphone. Tak ayal, orang-orang pun sibuk menyelamatkan diri. “Memang suasana panik saat itu. Semua ingin menyelamatkan diri,” tutur Abdul Arif, 25, salah satu penumpang selamat dengan wajah tegang saat ditemui di Pelabuhan Tanjung Perak.

Hal senada diakui Karjan. Pria asal Karang Lundo, Grobogan itu menuturkan kalau pagi itu dia dan penumpang lainnya langsung semburat keluar begitu mendengar kabar ada kebakaran di kapal. Bahkan tidak sedikit yang sebelumnya bersama-sama di satu kamar dengan keluarganya langsung semburat melarikan diri. Mereka lantas berebut turut melalui dua pintu darurat. “Kami tidak sempat memikirkan yang lain, sebab kami ingin buru-buru keluar dari kapal dan beruntung kapal belum di tengah laut,” ungkap Karjan.

Tragedi di KM Kirana IX itu memang terjadi ketika kapal masih bersandar di pelabuhan. Kapal baru dijadwalkan berangkat pukul 09.00. Tapi, para penumpang sudah mulai naik ke kapal sejak pukul 03.00. Ada sekitar 758 penumpang yang naik kapal tersebut.

Kebakaran di kapal sendiri diketahui sekitar pukul 05.30. Api muncul dari kepala Truk Fuso nopol B 9231 TDA yang bermuatan Bawang Boombay yang berada di dek kapal bagian timur. Namun, kebakaran itu bisa dengan cepat dijinakkan oleh empat unit mobil PMK yang datang cepat ke lokasi.

Semula muncul dugaan kebakaran di truk berwarna kuning itu karena ada konsleting dari bagian truk. Namun dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), petugas menemukan adanya kardus yang diletakkan di atas mesin truk. Di dalam kardus itu berisikan kaleng parfum dan semacam cairan silicon, serta kepingan CD merk Maxell.

Diduga kuat, dari kaleng itulah api pertama kali muncul lantaran terpengaruh kondisi mesin yang masih panas. Dugaan itu menguat lantaran sempat ada bunyi ledakan seperti bunyi ledakan kaleng sebelum api membesar. “Hasil olah TKP, kami memang menemukan tumpukan kaleng. Tapi, apakah dari kaleng itu sumber apinya, kami masih menunggu hasil pemeriksaan dari Tim Labfor Mabes Polri Cabang Surabaya,” sebut Jayadi.

Perwira dengan dua melati di pundaknya itu menambahkan yang jelas olah TKP sudah dilakukan. Polisi juga sudah mengamankan beberapa alat bukti. Salah satunya truk yang terbakar. “Kami juga sudah memeriksa sepuluh saksi. Diantaranya sopir truk, kernet (Aris Dian Permana, 19) truk, beberapa ABK, dan pihak ekpedisi (PT Pitmas Nuansa Persada Jakarta, red),” beber Jayadi.

Namun, hingga saat ini, pihaknya belum berani mengambil kesimpulan terkait penyebab kebakaran. Pun demikian juga terkait kemungkinan adanya pihak yang ditetapkan sebagai tersangka. “Terlalu prematur kalau sudah menetapkan tersangka. Yang jelas kami terus melakukan pemeriksaan,” ujar Jayadi.

Dari peristiwa kemarin, korban ternyata mayoritas perempuan yang usianya antara 45 hingga 60 tahun. Data korban meninggal menjadi contohnya. Dari delapan korban meninggal, tujuh merupakan perempuan. Kedelapan jenazah itu sudah selesai di visum di ruang forensik RSUD Dr Soetomo, kemarin sore.

Beberapa saat setelah kondisi di Pelabuhan Tanjung Perak bisa dikendalikan, para korban memang langsung dievakusi ke rumah sakit. Korban luka dilarikan ke Rumah Sakit Port Health Center (PHC) Tanjung Perak. Total ada 55 korban luka. Rinciannya 12 harus rawat inap, 39 luka ringan, dan empat lainnya dirawat intensif di ICU. “Tidak ada yang mengalami luka bakar. Semua korban yang dirawat adalah korban yang terinjak-injak,” terang Bernardus Harry Setiawan, Manajer Pemasaran dan Pengembangan RS PHC.

Korban meninggal juga sempat dilarikan ke rumah sakit yang sama sebelum akhirnya dikirim ke RSUD Dr Soetomo. Kedelapan jenazah itu tiba di RSUD Dr Soetomo sekitar pukul 10.00. 15 menit kemudian visum dilakukan dan selesai pukul 15.00. “Sesuai permintaan polisi, kami hanya melakukan visum luar. Hingga saat ini, baru dua jenazah yang sudah kami kembalikan ke keluarganya karena proses pemeriksaannya sudah komplit,” papar Soekry. Dua jenazah yang sudah dibawa pulang itu adalah jenazah Suminah dan Sumarni.

Kepala Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan (Dishub LLAJ) Jatim Wahid Wahyudi menilai, kondisi kapal milik PT Dharma Lautan Utama (DLU) kondisinya baik. “Perlengkapan keselamatan tersedia, pemutaran video cara-cara penyelamatan juga rutin dilakukan. Kami menulai, kru kapal profesional,” yakin Wahid di sela-sela menginspeksi.

Bahkan, DLU menjelang angkutan Lebaran pada Agustus lalu menerima dua rekor dari Musium Rekor Indonesia (Muri). Rekor itu terkait aspek layanan dan aspek keselamatan angkutan. Yakni, angkutan penyeberangan pertama sejak 1977 yang memiliki pramugari. Kemudian, angkutan transportasi berbasis perairan pertama yang selalu memutar video keselamatan serta mencontohkan cara pemakaian jaket keselamatan sejak 2000.

Pejabat dari Tuban itu mengatakan, meski menelan korban sedikitnya delapan orang tewas, kejadian itu dipicu insiden kecil yang seharusnya bisa diatasi bila penumpang tidak panik. Saat kejadian, menurut Wahid, nahkoda sudah mengumumkan supaya penumpang tetap di dalam kapal.

Hal itu diperkuat kebijakan pihak Syahbandar belum mengeluarkan surat persetujuan berlayar karena memang sedang proses muat penumpang. Terhadap insiden itu, kaca truck dipecah untuk memadamkan jok yang terbakar karena pintu truck terkunci dan sopir di luar. “Truk sebenarnya tidak mengalami kerusakan lainnya. Malah masih bisa berjalan ke luar kapal,” terangnya.

Wahid menambahkan, perusahaan menyatakan komitmennya mengembalikan uang tiket penumpang. Selain itu, penumpang diberi uang saku untuk pulang plus diangkut bus Damri. Perusahaan juga akan memberi santunan bagi yang meninggal. “Insiden ini bukan dari kapalnya, tetapi dipicu oleh asap yang keluar dari kabin truk,” tukas Wahid.
Sementara itu Kepala Cabang Jasa Raharja Jawa Timur  Nana Suyatna mengungkapkan bahwa korban kecelakaan KM Kirana IX akan mendapatkan santunan. Khusus untuk korban yang meninggal dunia akan diberikan santunan sebanyak 25 juta rupiah kepada setiap keluarga atau ahli waris korban yang meninggal dunia. Sedangkan untuk korban luka-luka santunan akan diberikan pasca keluar dari rumah sakit. Dengan jumlah santunan maksimal 10 juta rupiah. “Kami akan tunggu klaim dari rumah sakit setelah korban luka-luka keluar,” paparnya. (mar/fim/upi/sep/jpnn)

Tragedi Kebakaran di KM Kirana IX

SURABAYA- Jangan mudah panik menghadapi bencana. Justru kepanikan itulah yang membuat sulit melepaskan dari bahaya yang mengintai dalam bencana. Tragedi kebakaran di Kapal Motor (KM) Kirana IX di Pelabuhan Tanjung Perak, kemarin pagi, menjadi gambarannya. Delapan nyawa melayang karena kepanikan itu. Selain itu, 55 orang terluka dan seorang masih hilang setelah terjun ke laut.

Kebakaran di kapal tujuan Balikpapan itu sebenarnya tidak besar. Hanya membakar bagian kepala truk bernopol B 9231 TDA yang dikemudikan Faris Anwar, 38, yang ada di dek kapal. Kobaran api itu sempat mengepulkan asap ke bagian kapal lainnya. Meski kebakaran tidak besar, tapi karena penumpang terlalu panik, mereka akhirnya berebut jalan untuk keluar dari kapal.

Akibatnya, delapan orang meninggal. Dari delapan korban meninggal itu ada yang tercatat sebagai pasangan suami-istri (pasutri). Pasutri tersebut adalah Sodik, 50 dan Juminah, 45 yang berasal dari Karang Pinang, Sampang, Madura. Selain keduanya korban meninggal lainnya adalah Sumarni, 50 asal Jalan Cendana, Samarinda, Kalimantan Timur, Natuha, 60 dari Suemendangan Adem Awu, Pemakesan, dan Suminah, 54, yang beralamat di Karang Lundo, Grobogan, Jawa Tengah.

Dalam daftar korban meninggal juga ada nama Sholikah, 50 asal Karang Duren, Balong, Jember, dan Siti Rohanah, 28, yang tinggal di Karang Selang, Magelang. “Satu jenazah lagi masih belum teridentifikasi. Jenis kelaminnya perempuan dan usianya sekitar 50 tahunan,” kata Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak AKBP Jayadi.

Dari delapan korban meninggal tersebut tidak satupun yang menutup mata karena mengalami luka bakar. Juga tidak ada yang meregang nyawa karena terjebur ke laut. “Dari hasil visum, rata-rata korban meninggal karena mati lemas. Hal itu terbukti dengan adanya bintik pendarahan di mata mayoritas korban meninggal. Kondisi itu dimungkinkan karena berdesak-desakan,” ungkap Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RSUD Dr Soetomo Prof Soekry Erfan Kusuma.
Di luar karena faktor lemas, ada satu korban meninggal yang teridentifikasi mengalami luka benturan benda keras. Namun, tim yang melakukan visum baik dari RSUD Dr Soetomo maupun dari Dokpol Polda Jatim tidak menyebutkan namanya. “Hanya ada satu yang mengalami benturan benda keras. Sebab, di hidung dan kuping mengalami pendarahan,” ujar Soekry. Pendarahan itu dimungkinan karena korban terinjak oleh sesama penumpang saat berebut turun dari kapal.

Pengakuan para penumpang menguatkan hasil visum tersebut. Begitu mengetahui ada kebakaran, mereka memang langsung berebut menyelamatkan diri. Apalagi, kala itu ada pengumuman dari petugas kapal lewat megaphone. Tak ayal, orang-orang pun sibuk menyelamatkan diri. “Memang suasana panik saat itu. Semua ingin menyelamatkan diri,” tutur Abdul Arif, 25, salah satu penumpang selamat dengan wajah tegang saat ditemui di Pelabuhan Tanjung Perak.

Hal senada diakui Karjan. Pria asal Karang Lundo, Grobogan itu menuturkan kalau pagi itu dia dan penumpang lainnya langsung semburat keluar begitu mendengar kabar ada kebakaran di kapal. Bahkan tidak sedikit yang sebelumnya bersama-sama di satu kamar dengan keluarganya langsung semburat melarikan diri. Mereka lantas berebut turut melalui dua pintu darurat. “Kami tidak sempat memikirkan yang lain, sebab kami ingin buru-buru keluar dari kapal dan beruntung kapal belum di tengah laut,” ungkap Karjan.

Tragedi di KM Kirana IX itu memang terjadi ketika kapal masih bersandar di pelabuhan. Kapal baru dijadwalkan berangkat pukul 09.00. Tapi, para penumpang sudah mulai naik ke kapal sejak pukul 03.00. Ada sekitar 758 penumpang yang naik kapal tersebut.

Kebakaran di kapal sendiri diketahui sekitar pukul 05.30. Api muncul dari kepala Truk Fuso nopol B 9231 TDA yang bermuatan Bawang Boombay yang berada di dek kapal bagian timur. Namun, kebakaran itu bisa dengan cepat dijinakkan oleh empat unit mobil PMK yang datang cepat ke lokasi.

Semula muncul dugaan kebakaran di truk berwarna kuning itu karena ada konsleting dari bagian truk. Namun dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), petugas menemukan adanya kardus yang diletakkan di atas mesin truk. Di dalam kardus itu berisikan kaleng parfum dan semacam cairan silicon, serta kepingan CD merk Maxell.

Diduga kuat, dari kaleng itulah api pertama kali muncul lantaran terpengaruh kondisi mesin yang masih panas. Dugaan itu menguat lantaran sempat ada bunyi ledakan seperti bunyi ledakan kaleng sebelum api membesar. “Hasil olah TKP, kami memang menemukan tumpukan kaleng. Tapi, apakah dari kaleng itu sumber apinya, kami masih menunggu hasil pemeriksaan dari Tim Labfor Mabes Polri Cabang Surabaya,” sebut Jayadi.

Perwira dengan dua melati di pundaknya itu menambahkan yang jelas olah TKP sudah dilakukan. Polisi juga sudah mengamankan beberapa alat bukti. Salah satunya truk yang terbakar. “Kami juga sudah memeriksa sepuluh saksi. Diantaranya sopir truk, kernet (Aris Dian Permana, 19) truk, beberapa ABK, dan pihak ekpedisi (PT Pitmas Nuansa Persada Jakarta, red),” beber Jayadi.

Namun, hingga saat ini, pihaknya belum berani mengambil kesimpulan terkait penyebab kebakaran. Pun demikian juga terkait kemungkinan adanya pihak yang ditetapkan sebagai tersangka. “Terlalu prematur kalau sudah menetapkan tersangka. Yang jelas kami terus melakukan pemeriksaan,” ujar Jayadi.

Dari peristiwa kemarin, korban ternyata mayoritas perempuan yang usianya antara 45 hingga 60 tahun. Data korban meninggal menjadi contohnya. Dari delapan korban meninggal, tujuh merupakan perempuan. Kedelapan jenazah itu sudah selesai di visum di ruang forensik RSUD Dr Soetomo, kemarin sore.

Beberapa saat setelah kondisi di Pelabuhan Tanjung Perak bisa dikendalikan, para korban memang langsung dievakusi ke rumah sakit. Korban luka dilarikan ke Rumah Sakit Port Health Center (PHC) Tanjung Perak. Total ada 55 korban luka. Rinciannya 12 harus rawat inap, 39 luka ringan, dan empat lainnya dirawat intensif di ICU. “Tidak ada yang mengalami luka bakar. Semua korban yang dirawat adalah korban yang terinjak-injak,” terang Bernardus Harry Setiawan, Manajer Pemasaran dan Pengembangan RS PHC.

Korban meninggal juga sempat dilarikan ke rumah sakit yang sama sebelum akhirnya dikirim ke RSUD Dr Soetomo. Kedelapan jenazah itu tiba di RSUD Dr Soetomo sekitar pukul 10.00. 15 menit kemudian visum dilakukan dan selesai pukul 15.00. “Sesuai permintaan polisi, kami hanya melakukan visum luar. Hingga saat ini, baru dua jenazah yang sudah kami kembalikan ke keluarganya karena proses pemeriksaannya sudah komplit,” papar Soekry. Dua jenazah yang sudah dibawa pulang itu adalah jenazah Suminah dan Sumarni.

Kepala Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan (Dishub LLAJ) Jatim Wahid Wahyudi menilai, kondisi kapal milik PT Dharma Lautan Utama (DLU) kondisinya baik. “Perlengkapan keselamatan tersedia, pemutaran video cara-cara penyelamatan juga rutin dilakukan. Kami menulai, kru kapal profesional,” yakin Wahid di sela-sela menginspeksi.

Bahkan, DLU menjelang angkutan Lebaran pada Agustus lalu menerima dua rekor dari Musium Rekor Indonesia (Muri). Rekor itu terkait aspek layanan dan aspek keselamatan angkutan. Yakni, angkutan penyeberangan pertama sejak 1977 yang memiliki pramugari. Kemudian, angkutan transportasi berbasis perairan pertama yang selalu memutar video keselamatan serta mencontohkan cara pemakaian jaket keselamatan sejak 2000.

Pejabat dari Tuban itu mengatakan, meski menelan korban sedikitnya delapan orang tewas, kejadian itu dipicu insiden kecil yang seharusnya bisa diatasi bila penumpang tidak panik. Saat kejadian, menurut Wahid, nahkoda sudah mengumumkan supaya penumpang tetap di dalam kapal.

Hal itu diperkuat kebijakan pihak Syahbandar belum mengeluarkan surat persetujuan berlayar karena memang sedang proses muat penumpang. Terhadap insiden itu, kaca truck dipecah untuk memadamkan jok yang terbakar karena pintu truck terkunci dan sopir di luar. “Truk sebenarnya tidak mengalami kerusakan lainnya. Malah masih bisa berjalan ke luar kapal,” terangnya.

Wahid menambahkan, perusahaan menyatakan komitmennya mengembalikan uang tiket penumpang. Selain itu, penumpang diberi uang saku untuk pulang plus diangkut bus Damri. Perusahaan juga akan memberi santunan bagi yang meninggal. “Insiden ini bukan dari kapalnya, tetapi dipicu oleh asap yang keluar dari kabin truk,” tukas Wahid.
Sementara itu Kepala Cabang Jasa Raharja Jawa Timur  Nana Suyatna mengungkapkan bahwa korban kecelakaan KM Kirana IX akan mendapatkan santunan. Khusus untuk korban yang meninggal dunia akan diberikan santunan sebanyak 25 juta rupiah kepada setiap keluarga atau ahli waris korban yang meninggal dunia. Sedangkan untuk korban luka-luka santunan akan diberikan pasca keluar dari rumah sakit. Dengan jumlah santunan maksimal 10 juta rupiah. “Kami akan tunggu klaim dari rumah sakit setelah korban luka-luka keluar,” paparnya. (mar/fim/upi/sep/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/