28 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Tak Sangka Dimas Dianiaya Sahabat Sendiri

 

Foto: Fachril/PM Foto kenangan Dimas bersama pacarnya Tia Harahap.
Foto: Fachril/PM
Foto kenangan Dimas bersama pacarnya Tia Harahap.

MARELAN, SUMUTPOS.CO – Kasus penganiayaan berujung kematian, Dimas Dikita Handoko (19), mahasiswa taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, sontak mengagetkan rekan-rekan korban di Medan. Apalagi, Adenan Fauzi (20), salah satu pelaku merupakan sahabat lama korban dan teman main di Belawan.

Keterkejutan itu disampaikan Rizki (20) warga Sihombak, Marelan yang merupakan teman Dimas dan Adenan. Ia bahkan sempat tak percaya jika Adenan sampai terlibat menganiaya teman sepermainannya.

Padahal saat sama-sama di Marelan, antara Adenan dan Dimas sering bermain basket bersama di Lapangan PLN Paya Pasir, Marelan. Adenan Fauzi sendiri merupakan warga Komplek Perumahaan Bumi Marelan Permai Blok C Nomor 6.

“Saya tidak menyangka, kalau Adenan tega melakukan penganiayaan yang sangat kejam kepada sahabatnya sendiri. Dimana sewaktu Adenan belum berangkat ke Jakarta untuk menjadi taruna STIP. Adenan selalu bermain basket bersama kami di lapangan PLN Paya pasir Marelan,” kenang Rizki yang ditemui POSMETRO MEDAN, kemarin (29/4).

Di saat masih bersama bermain basket, terang Rizki, Adenan dan Dimas tidak pernah berselisih. “Mereka belum pernah bertengkar mulut, apalagi sampai berkelahi. Dimana Adenan yang memiliki sifat pendiam dan baik. Mungkin saja Adenan selaku kakak senior hanya ikut-ikutan saja melakukan penganiayaan tersebut,” belanya juga.

Bagi Rizki, sosok Dimas merupakan teman yang punya banyak kegiatan positif dan rendah hati. “Bulan April tahun 2013 saya terakhir kali berjumpa dan bercakap dengan Dimas. Pada saat itu saya mengatakan kepada Dimas, mengapa kamu kalah. Namun Dimas hanya menggatakan kalau dirinya kalah dalam perlombaan panjat tebing dikarenakan lawanya adalah senior-senior. Sekarang bulan April tahun 2014, Dimas tewas ditangan kakak seniornya,” lirih Rizky.

Saat kediaman Adenan disambangi awak media ini, orangtuanya tak bisa ditemui. Menurut Satpam kompleks, sudah 3 hari keluarga Adenan tidak kelihatan. “Rumahnya sudah tiga hari ini tidak ada orang, mereka semuanya sudah berangkat ke Jakarta untuk menyelesaikan persoalan yang menimpa anak sulung dari dua bersaudara itu,” ungkap salah seorang satpam komplek.

Satpam perumahan itu, menyebut orangtua Adenan bekerja di perusahaan pelayaran. Sehingga jarang pulang ke rumah. Sementara ibunya, hanya ibu rumah tangga biasa dan adiknya masih bersekolah di bangku SMA.

Orangtua Dimas sendiri terus menuntut agar para pelaku dihukum berat. Oleh karenanya, Selasa (29/4), ibu Dimas, Rukita Harnayanti mendatangi Markas Kepolisian Resor Metropolitan Jakarta Utara.

Ia tiba sekira pukul 15.45 di Mapolrestro Jakarta Utara. Rukita yang ditemani beberapa kerabat serta adik Dimas, Dikot Dikita Handoko sengaja datang dari Medan, untuk menyerahkan bukti baru dalam kasus penganiayaan ini.

Menurut Rukita, temuan baru itu adalah adanya percakapan mengenai perencanaan penganiayaan oleh ketujuh seniornya lewat situs jejaring sosial. Menurutnya, temuan tersebut didapati dari saudaranya yang ada di Medan.

“Kita menemukan salah satu bukti dari perencanaan penganiayaan tersangka di (salah satu) media sosial,” ungkap Rukita di Mapolrestro Jakut, Selasa (29/4) sore.

Menurut dia, saat itu pihaknya melihat status dari salah seorang mahasiswa STIP, senior Dimas, di twitter. “Dalam twitter itu terdapat pernyataan kalimat “mau bantu eksekusi gak,” kata dia menirukan status tersangka.

 

NUH ANCAM CABUT IZIN STIP

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengingatkan agar pimpinan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda agar bertangggung jawab penuh atas kasus kekerasan yang mengakibatkan tewasnya Dimas Handoko, mahasiswa semester II. Jika tidak, Nuh menyatakan pihaknya akan meminta Kementerian Perhubungan mencabut izin sekolah tersebut.

“Kalau dia (STIP) tidak mau tanggung jawab ya sekolahannya ditutup saja. Gitu aja,” ujar Nuh di kompleks gedung Setneg, Jakarta, Selasa, (29/4).

Nuh menyatakan STIP memang bukan di bawah pengawasan kementeriannya secara langsung. Meski demikian, ujarnya, sekolah tersebut mendapat izin langsung dari Kemendikbud melalui Kemenhub. Tim Kemendikbud, sambungnya, sudah mendatangi kampus STIP untuk menindaklanjuti kasus kekerasan terhadap Dimas dan enam rekan seangkatannya tersebut.

“Kami terus berkoordinasi dengan Kemenhub. Kan kita yang beri kewenangan, meski bukan di bawah Dikbud. Kewenangannya saya cabut, melalui kementerian. Diambil alih aja kalau orangnya ndak sanggup perbaiki,” tegas Nuh.

Jalan lain yang akan dilakukan Nuh jika tak ada pertanggungjawaban adalah menghentikan penerimaan mahasiswa baru di STIP. Ini, sambungnya, sekaligus memutus mata rantai balas dendam antarsiswa yang mendapat kekerasan dari seniornya.

“Tidak boleh terima mahasiswa baru. Untuk memotong mata rantai karena ini bergulir senior ke junior. Yang junior sekarang pasti akan balas dendam. Dua tahun aja sudah cukup potong penerimaan mahasiswa baru,” tandas Nuh. (raja/flo/sam/bd)

 

Foto: Fachril/PM Foto kenangan Dimas bersama pacarnya Tia Harahap.
Foto: Fachril/PM
Foto kenangan Dimas bersama pacarnya Tia Harahap.

MARELAN, SUMUTPOS.CO – Kasus penganiayaan berujung kematian, Dimas Dikita Handoko (19), mahasiswa taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, sontak mengagetkan rekan-rekan korban di Medan. Apalagi, Adenan Fauzi (20), salah satu pelaku merupakan sahabat lama korban dan teman main di Belawan.

Keterkejutan itu disampaikan Rizki (20) warga Sihombak, Marelan yang merupakan teman Dimas dan Adenan. Ia bahkan sempat tak percaya jika Adenan sampai terlibat menganiaya teman sepermainannya.

Padahal saat sama-sama di Marelan, antara Adenan dan Dimas sering bermain basket bersama di Lapangan PLN Paya Pasir, Marelan. Adenan Fauzi sendiri merupakan warga Komplek Perumahaan Bumi Marelan Permai Blok C Nomor 6.

“Saya tidak menyangka, kalau Adenan tega melakukan penganiayaan yang sangat kejam kepada sahabatnya sendiri. Dimana sewaktu Adenan belum berangkat ke Jakarta untuk menjadi taruna STIP. Adenan selalu bermain basket bersama kami di lapangan PLN Paya pasir Marelan,” kenang Rizki yang ditemui POSMETRO MEDAN, kemarin (29/4).

Di saat masih bersama bermain basket, terang Rizki, Adenan dan Dimas tidak pernah berselisih. “Mereka belum pernah bertengkar mulut, apalagi sampai berkelahi. Dimana Adenan yang memiliki sifat pendiam dan baik. Mungkin saja Adenan selaku kakak senior hanya ikut-ikutan saja melakukan penganiayaan tersebut,” belanya juga.

Bagi Rizki, sosok Dimas merupakan teman yang punya banyak kegiatan positif dan rendah hati. “Bulan April tahun 2013 saya terakhir kali berjumpa dan bercakap dengan Dimas. Pada saat itu saya mengatakan kepada Dimas, mengapa kamu kalah. Namun Dimas hanya menggatakan kalau dirinya kalah dalam perlombaan panjat tebing dikarenakan lawanya adalah senior-senior. Sekarang bulan April tahun 2014, Dimas tewas ditangan kakak seniornya,” lirih Rizky.

Saat kediaman Adenan disambangi awak media ini, orangtuanya tak bisa ditemui. Menurut Satpam kompleks, sudah 3 hari keluarga Adenan tidak kelihatan. “Rumahnya sudah tiga hari ini tidak ada orang, mereka semuanya sudah berangkat ke Jakarta untuk menyelesaikan persoalan yang menimpa anak sulung dari dua bersaudara itu,” ungkap salah seorang satpam komplek.

Satpam perumahan itu, menyebut orangtua Adenan bekerja di perusahaan pelayaran. Sehingga jarang pulang ke rumah. Sementara ibunya, hanya ibu rumah tangga biasa dan adiknya masih bersekolah di bangku SMA.

Orangtua Dimas sendiri terus menuntut agar para pelaku dihukum berat. Oleh karenanya, Selasa (29/4), ibu Dimas, Rukita Harnayanti mendatangi Markas Kepolisian Resor Metropolitan Jakarta Utara.

Ia tiba sekira pukul 15.45 di Mapolrestro Jakarta Utara. Rukita yang ditemani beberapa kerabat serta adik Dimas, Dikot Dikita Handoko sengaja datang dari Medan, untuk menyerahkan bukti baru dalam kasus penganiayaan ini.

Menurut Rukita, temuan baru itu adalah adanya percakapan mengenai perencanaan penganiayaan oleh ketujuh seniornya lewat situs jejaring sosial. Menurutnya, temuan tersebut didapati dari saudaranya yang ada di Medan.

“Kita menemukan salah satu bukti dari perencanaan penganiayaan tersangka di (salah satu) media sosial,” ungkap Rukita di Mapolrestro Jakut, Selasa (29/4) sore.

Menurut dia, saat itu pihaknya melihat status dari salah seorang mahasiswa STIP, senior Dimas, di twitter. “Dalam twitter itu terdapat pernyataan kalimat “mau bantu eksekusi gak,” kata dia menirukan status tersangka.

 

NUH ANCAM CABUT IZIN STIP

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengingatkan agar pimpinan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda agar bertangggung jawab penuh atas kasus kekerasan yang mengakibatkan tewasnya Dimas Handoko, mahasiswa semester II. Jika tidak, Nuh menyatakan pihaknya akan meminta Kementerian Perhubungan mencabut izin sekolah tersebut.

“Kalau dia (STIP) tidak mau tanggung jawab ya sekolahannya ditutup saja. Gitu aja,” ujar Nuh di kompleks gedung Setneg, Jakarta, Selasa, (29/4).

Nuh menyatakan STIP memang bukan di bawah pengawasan kementeriannya secara langsung. Meski demikian, ujarnya, sekolah tersebut mendapat izin langsung dari Kemendikbud melalui Kemenhub. Tim Kemendikbud, sambungnya, sudah mendatangi kampus STIP untuk menindaklanjuti kasus kekerasan terhadap Dimas dan enam rekan seangkatannya tersebut.

“Kami terus berkoordinasi dengan Kemenhub. Kan kita yang beri kewenangan, meski bukan di bawah Dikbud. Kewenangannya saya cabut, melalui kementerian. Diambil alih aja kalau orangnya ndak sanggup perbaiki,” tegas Nuh.

Jalan lain yang akan dilakukan Nuh jika tak ada pertanggungjawaban adalah menghentikan penerimaan mahasiswa baru di STIP. Ini, sambungnya, sekaligus memutus mata rantai balas dendam antarsiswa yang mendapat kekerasan dari seniornya.

“Tidak boleh terima mahasiswa baru. Untuk memotong mata rantai karena ini bergulir senior ke junior. Yang junior sekarang pasti akan balas dendam. Dua tahun aja sudah cukup potong penerimaan mahasiswa baru,” tandas Nuh. (raja/flo/sam/bd)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/