28 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Memilih 170 dari Total 23 Ribu Aksi

Hingga saat ini, Yuvaldo telah memberikan konsultasi di beberapa kampung dan sekolah di Kota Bengkulu. Jumlah pesertanya pun sudah lebih dari seratus orang.

Dalam melaksanakan misinya sebagai konselor, Yuvaldo memosisikan diri sebagai teman curhat sebaya. Diharapkan, remaja yang menjadi targetnya merasa nyaman. ”Sebelum sosialisasi, saya akan melakukan investigasi ke sekolah-sekolah dan tempat nongkrong. Baru setelah itu pendekatan ke anak-anak yang menurut saya menyimpang,” ungkap cowok yang bersekolah di SMA Plus Negeri 7 Bengkulu tersebut.

Peserta lain yang punya aksi mengagumkan adalah Grace Dwi Laksana dari Gorontalo. Sangat rendahnya kesadaran masyarakat wilayahnya akan kebersihan lingkungan membuat pelajar SMKN 4 Gorontalo itu ingin melakukan perubahan. Dia lantas mencanangkan program penyuluhan kebersihan bagi masyarakat sekitar.

”Karena terpilih sebagai duta sanitasi di sini, saya rutin mengadakan penyuluhan, bekerja sama dengan duta lingkungan setiap sekolah,” terang Grace. ”Bersama kami mengajarkan gerakan 3R, yakni reduce, reuse, dan recycle. Setiap penyuluhan, saya juga membawa contoh barang-barang yang bisa diolah, seperti sampah botol bekas yang dapat diubah menjadi bros cantik,” papar Grace.

Dengan mengikuti kompetisi Zetizen itu, Grace merasa bisa mengembangkan lagi dampak aksinya. ”Aku merasa tertantang buat mengikuti kompetisi karena ini lingkupnya nasional. Aku pengin menyadarkan masyarakat Gorontalo dan Indonesia,” tutur Grace.

Siapa saja 170 finalis atau 5 orang dari setiap provinsi itu? Pengumumannya akan disampaikan Sabtu besok, 1 Oktober, di koran-koran Jawa Pos Group. (dhs/giv/c11/dri/jpg)

Hingga saat ini, Yuvaldo telah memberikan konsultasi di beberapa kampung dan sekolah di Kota Bengkulu. Jumlah pesertanya pun sudah lebih dari seratus orang.

Dalam melaksanakan misinya sebagai konselor, Yuvaldo memosisikan diri sebagai teman curhat sebaya. Diharapkan, remaja yang menjadi targetnya merasa nyaman. ”Sebelum sosialisasi, saya akan melakukan investigasi ke sekolah-sekolah dan tempat nongkrong. Baru setelah itu pendekatan ke anak-anak yang menurut saya menyimpang,” ungkap cowok yang bersekolah di SMA Plus Negeri 7 Bengkulu tersebut.

Peserta lain yang punya aksi mengagumkan adalah Grace Dwi Laksana dari Gorontalo. Sangat rendahnya kesadaran masyarakat wilayahnya akan kebersihan lingkungan membuat pelajar SMKN 4 Gorontalo itu ingin melakukan perubahan. Dia lantas mencanangkan program penyuluhan kebersihan bagi masyarakat sekitar.

”Karena terpilih sebagai duta sanitasi di sini, saya rutin mengadakan penyuluhan, bekerja sama dengan duta lingkungan setiap sekolah,” terang Grace. ”Bersama kami mengajarkan gerakan 3R, yakni reduce, reuse, dan recycle. Setiap penyuluhan, saya juga membawa contoh barang-barang yang bisa diolah, seperti sampah botol bekas yang dapat diubah menjadi bros cantik,” papar Grace.

Dengan mengikuti kompetisi Zetizen itu, Grace merasa bisa mengembangkan lagi dampak aksinya. ”Aku merasa tertantang buat mengikuti kompetisi karena ini lingkupnya nasional. Aku pengin menyadarkan masyarakat Gorontalo dan Indonesia,” tutur Grace.

Siapa saja 170 finalis atau 5 orang dari setiap provinsi itu? Pengumumannya akan disampaikan Sabtu besok, 1 Oktober, di koran-koran Jawa Pos Group. (dhs/giv/c11/dri/jpg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/