29.3 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Presiden ‘Kacang Lupa Kulit’

Jokowi dan Effendi Simbolon. Effendi menyebut Jokowi bergaya LSM.
Jokowi dan Effendi Simbolon. Effendi menyebut Jokowi bergaya LSM.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Politikus PDIP Effendi Simbolon terus melancarkan kritikan tajam terhadap Presiden Jokowi. Dia menilai Jokowi bagai kacang lupa kulitnya. Ia mengatakan, sejak Presiden yang diusung PDIP tersebut dilantik. Jokowi disebut tidak pernah lagi datang ke kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP. Bahkan kebijakan-kebijakan partai tidak satupun didengar mantan gubernur DKI Jakarta itu.

Effendi juga menilai Jokowi tidak berani membawa warna partai dalam kabinetnya. Padahal kebijakan partai pemenang boleh diusung untuk langkah pemerintahan kedepan.

Menurutnya, Jokowi sangat berbeda dengan presiden sebelumnya. Saat pemerintahan SBY jilid satu, SBY berani mengibarkan bendera demokrat di kabinet. Apalagi dimasa pemerintahannya 2009 sampai 2014.

“Masa SBY Jilid II bisa 20 persen benderanya berkibar di kabinet, dan Jokowi tidak berani melakukan itu,” ujar Effendi, Jumat (30/1).

Effendi menyebutkan Jokowi terlalu banyak mendengar pendapat-pendapat sekelompok orang. Sehingga mengabaikan pendapat partai sendiri. Katanya, Jokowi sebagai pendatang baru dalam peta politik nasional harus banyak belajar dari pendahulunya. Mulai dari pemerintahan Soekarno sampai pemerintahan SBY.

Menurut dia, dalam setiap permasalahan Jokowi selalu meminta pendapat dari beberapa orang. Padahal orang tersebut bisa saja menjadi musuhnya suatu hari nanti.

Ia meminta Jokowi belajar lagi tentang manajemen konflik. Sebab konflik seperti KPK dengan Polri dan konflik berbau politik lainnya hanya bisa dipahami oleh yang berpengalaman di peta politik nasional.

“Semuanya hanya permainan politik, tidak satu pun lawan politik yang senang kamu menjabat,” tutup Effendi.

Kritik keras yang dilontarkan Effendi kepada Jokowi sempat menimbulkan banyak spekulasi mengenai motif yang ada di balik kritikan itu.

Politikus muda PDIP Charles Honoris yang sempat mengkritik penyataan-pernyataan Effendi berpendapat bahwa yang disampaikan Effendi tidak boleh dianggap angin lalu.

“Saya sudah berdiskusi panjang dengan bang Effendi dan menyimpulkan bahwa maksud beliau baik untuk mengingatkan pemerintah, apalagi substansi yang disampaikan juga benar,” jelas Chalres di Jakarta, Jumat (30/1).

Sebab itu, dia menarik ucapan sebelumnya yang sempat berseberangan dengan seniornya itu.

“Untuk itu saya menarik kembali yang pernah saya sampaikan sebelumnya mengenai halusinasi dan menyampaikan permohonan maaf kepada yang bersangkutan” imbuhnya.

Bagi dia, kritikan Efendi harus menjadi cambuk bagi Jokowi. Dia juga mengingatkan agar anggota legislatif tak meninggalkan fungsi kontrolnya terhadap pemerintahan.

“Walaupun bukan gelombang besar di PDIP, peringatan dari bang Effendi jangan dianggap angin lalu oleh pemerintahan Jokowi. Ada fungsi kontrol yang melekat pada anggota dewan dalam menjaga keberpihakan jalannya roda pemerintahan bagi rakyat banyak dan itu yang sedang dilakukan oleh bang Effendi,” tegas dia.

Sebelumnya, Charles justru mengkritik pernyataan Effendi yang dianggap tak mewakili pandangan partainya.

“Pernyataan Effendi Simbolon tidak mewakili sikap PDI Perjuangan. Itu pernyataan pribadi beliau. Mungkin pak Effendi lagi halusinasi waktu bicara itu,” canda Charles saat ditanya wartawan, beberapa hari lalu. (bbs/val)

Jokowi dan Effendi Simbolon. Effendi menyebut Jokowi bergaya LSM.
Jokowi dan Effendi Simbolon. Effendi menyebut Jokowi bergaya LSM.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Politikus PDIP Effendi Simbolon terus melancarkan kritikan tajam terhadap Presiden Jokowi. Dia menilai Jokowi bagai kacang lupa kulitnya. Ia mengatakan, sejak Presiden yang diusung PDIP tersebut dilantik. Jokowi disebut tidak pernah lagi datang ke kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP. Bahkan kebijakan-kebijakan partai tidak satupun didengar mantan gubernur DKI Jakarta itu.

Effendi juga menilai Jokowi tidak berani membawa warna partai dalam kabinetnya. Padahal kebijakan partai pemenang boleh diusung untuk langkah pemerintahan kedepan.

Menurutnya, Jokowi sangat berbeda dengan presiden sebelumnya. Saat pemerintahan SBY jilid satu, SBY berani mengibarkan bendera demokrat di kabinet. Apalagi dimasa pemerintahannya 2009 sampai 2014.

“Masa SBY Jilid II bisa 20 persen benderanya berkibar di kabinet, dan Jokowi tidak berani melakukan itu,” ujar Effendi, Jumat (30/1).

Effendi menyebutkan Jokowi terlalu banyak mendengar pendapat-pendapat sekelompok orang. Sehingga mengabaikan pendapat partai sendiri. Katanya, Jokowi sebagai pendatang baru dalam peta politik nasional harus banyak belajar dari pendahulunya. Mulai dari pemerintahan Soekarno sampai pemerintahan SBY.

Menurut dia, dalam setiap permasalahan Jokowi selalu meminta pendapat dari beberapa orang. Padahal orang tersebut bisa saja menjadi musuhnya suatu hari nanti.

Ia meminta Jokowi belajar lagi tentang manajemen konflik. Sebab konflik seperti KPK dengan Polri dan konflik berbau politik lainnya hanya bisa dipahami oleh yang berpengalaman di peta politik nasional.

“Semuanya hanya permainan politik, tidak satu pun lawan politik yang senang kamu menjabat,” tutup Effendi.

Kritik keras yang dilontarkan Effendi kepada Jokowi sempat menimbulkan banyak spekulasi mengenai motif yang ada di balik kritikan itu.

Politikus muda PDIP Charles Honoris yang sempat mengkritik penyataan-pernyataan Effendi berpendapat bahwa yang disampaikan Effendi tidak boleh dianggap angin lalu.

“Saya sudah berdiskusi panjang dengan bang Effendi dan menyimpulkan bahwa maksud beliau baik untuk mengingatkan pemerintah, apalagi substansi yang disampaikan juga benar,” jelas Chalres di Jakarta, Jumat (30/1).

Sebab itu, dia menarik ucapan sebelumnya yang sempat berseberangan dengan seniornya itu.

“Untuk itu saya menarik kembali yang pernah saya sampaikan sebelumnya mengenai halusinasi dan menyampaikan permohonan maaf kepada yang bersangkutan” imbuhnya.

Bagi dia, kritikan Efendi harus menjadi cambuk bagi Jokowi. Dia juga mengingatkan agar anggota legislatif tak meninggalkan fungsi kontrolnya terhadap pemerintahan.

“Walaupun bukan gelombang besar di PDIP, peringatan dari bang Effendi jangan dianggap angin lalu oleh pemerintahan Jokowi. Ada fungsi kontrol yang melekat pada anggota dewan dalam menjaga keberpihakan jalannya roda pemerintahan bagi rakyat banyak dan itu yang sedang dilakukan oleh bang Effendi,” tegas dia.

Sebelumnya, Charles justru mengkritik pernyataan Effendi yang dianggap tak mewakili pandangan partainya.

“Pernyataan Effendi Simbolon tidak mewakili sikap PDI Perjuangan. Itu pernyataan pribadi beliau. Mungkin pak Effendi lagi halusinasi waktu bicara itu,” canda Charles saat ditanya wartawan, beberapa hari lalu. (bbs/val)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/