26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Tragedi Kanjuruhan: PSSI Harus Bertanggung Jawab

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 127 orang menjadi noda hitam bagi sepak bola Indonesia. Pengamanan kerusuhan yang terjadi usai pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10) malam tersebut dinilai mengabaikan aturan FIFA.

Hal itu dikatakan Kelompok Suporter PSMS yang tergabung Suporter Medan Cinta Kinantan (SMeCK) Hooligan. Mereka mengaku kecewa dengan sikap pihak keamanan yang menembakkan gas air mata ke arah tribun penonton.

“Pertama, kami dari SMeCK HOOLIGAN mengucapkan turut berdukacita yang sedalam-dalamnya. Semoga para korban yang meninggal ditempatkan di sisi Tuhan Yang Maha Esa dan semoga tenang di tribun barunya. Amin,” ujar Ketua SMeCK Hooligan, Lawren Simorangkir kepada Sumut Pos, Minggu (2/10).

Lawren menegaskan, PSSI harus bertanggungjawab atas kejadian ini. “Kami sangat kecewa adanya kejadian ini, kenapa harus menembakkan gas air mata dan terjadi keberutalan terhadap suporter. Di sini PSSI harus bertanggung jawab atas kejadian tersebut,” tegasnya.

Lawren menegaskan, pengamanan massa di Stadion Kanjuruhan telah melanggar aturan FIFA. Sesuai dengan pasal 19 FIFA Stadium Safety dan Security Regulation bahwa gas air mata dan senjata api dilarang digunakan dalam pengamanan massa di dalam stadion.

“Bahkan kedua benda itu dilarang dibawa ke dalam stadion. Kenapa di Kanjuruhan bisa ada gas air mata? Apakah PSSI tidak menjelaskan regulasi itu kepada pihak keamanan?” tegasnya.

Dia meminta agar kejadian ini diusut hingga tuntas. Kemudian, SMeCK Hooligan berharap agar kejadian ini tidak berimbas terhadap sanksi bagi sepak bola Indonesia.

“Kamu tidak ingin kejadian ini berimbas kepada sanksi bagi sepak bola Indonesia. Apalagi sampai kompetisi sepak bola Indonesia dihentikan, karena PSMS sedang bersinar dan dalam perjalanan ke Liga 1,” pungkasnya. (dek)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 127 orang menjadi noda hitam bagi sepak bola Indonesia. Pengamanan kerusuhan yang terjadi usai pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10) malam tersebut dinilai mengabaikan aturan FIFA.

Hal itu dikatakan Kelompok Suporter PSMS yang tergabung Suporter Medan Cinta Kinantan (SMeCK) Hooligan. Mereka mengaku kecewa dengan sikap pihak keamanan yang menembakkan gas air mata ke arah tribun penonton.

“Pertama, kami dari SMeCK HOOLIGAN mengucapkan turut berdukacita yang sedalam-dalamnya. Semoga para korban yang meninggal ditempatkan di sisi Tuhan Yang Maha Esa dan semoga tenang di tribun barunya. Amin,” ujar Ketua SMeCK Hooligan, Lawren Simorangkir kepada Sumut Pos, Minggu (2/10).

Lawren menegaskan, PSSI harus bertanggungjawab atas kejadian ini. “Kami sangat kecewa adanya kejadian ini, kenapa harus menembakkan gas air mata dan terjadi keberutalan terhadap suporter. Di sini PSSI harus bertanggung jawab atas kejadian tersebut,” tegasnya.

Lawren menegaskan, pengamanan massa di Stadion Kanjuruhan telah melanggar aturan FIFA. Sesuai dengan pasal 19 FIFA Stadium Safety dan Security Regulation bahwa gas air mata dan senjata api dilarang digunakan dalam pengamanan massa di dalam stadion.

“Bahkan kedua benda itu dilarang dibawa ke dalam stadion. Kenapa di Kanjuruhan bisa ada gas air mata? Apakah PSSI tidak menjelaskan regulasi itu kepada pihak keamanan?” tegasnya.

Dia meminta agar kejadian ini diusut hingga tuntas. Kemudian, SMeCK Hooligan berharap agar kejadian ini tidak berimbas terhadap sanksi bagi sepak bola Indonesia.

“Kamu tidak ingin kejadian ini berimbas kepada sanksi bagi sepak bola Indonesia. Apalagi sampai kompetisi sepak bola Indonesia dihentikan, karena PSMS sedang bersinar dan dalam perjalanan ke Liga 1,” pungkasnya. (dek)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/