MANCHESTER, SUMUTPOS.CO – Datang ke Old Trafford bukan hanya melawan juara bertahan Piala FA, Manchester United. Bagi Jaap Stam, kembali ke Old Trafford ini bagai reuninya setelah ditendang Alex Ferguson 16 tahun silam. Malam nanti WIB, Stam kembali ke Theatre of Dream bersama klub yang dia tangani di Championship, Reading.
“Ini beda. Karena ini bukanlah laga amal. Ini laga besar di Piala FA. Kami bakal menunjukkan ke semua orang bagaimana Reading bermain, dan apa yang dapat kami lakukan di sini,” koar Stam saat konferensi pers, dikutip The Guardian.
Sebelum jadi pelatih, Stam pernah balik ke United pasca dirinya pensiun. Pada 2008 silam dia balik ke United sebagai talent scouter.
Stam punya memori bagus di United. Bermain 127 laga dalam tiga musim sejak 1998-2001, dia adalah skuad United saat menyabet treble winners musim 1998-1999. Akan tetapi, keputusan Ferguson yang melegonya ke Lazio pada musim panas 2001 disebutnya sebagai langkah keliru. Bicara ke media-media Inggris beberapa hari lalu, Stam menyebut saat itu dia ingin terus bersama United.
Marahkah dia? Bek yang sekarang berusia 44 tahun itu menegaskan, tidak ada sedikit pun amarah dirinya kepada Ferguson. Sebaliknya, Stam menilai ada hikmah di balik keputusan Ferguson di saat itu. ”Itu membuat saya lebih kuat, dan punya mentalitas dan keinginan besar membuktikan kepada semua bahwa dirinya bek terbaik dunia. Itu sudah saya lakukan,” ungkap pria berkepala plontos ini.
Sekalipun sudah 16 tahun meninggalkan Old Trafford, Stam masih meyakini bahwa fans United tetap menyanyikan namanya malam nanti. Itu makin membuatnya lebih bersemangat untuk memenangi laga itu. ”Karena saya tetaplah saya. Saya yang sama seperti saat saya di klub ini (United). Yang selalu menginginkan kemenangan. Saya tidak berubah,” lanjutnya.
Nah, sejak membesut The Royals – julukan Reading – di musim panas lalu, Stam selama tujuh tahun sejak 2009 menimba ilmu di beberapa klub Belanda seperti FC Zwolle, Ajax Amsterdam, lalu di Jong Ajax itu sudah membuktikan sentuhannya. Reading yang pasca pergantian tahun 2016 terlempar di luar top ten, maka usai pergantian tahun 2017 ini tiga besar dapat mereka amankan di bawah Stam.
Apa kelebihan Reading yang bisa mempersulit United? Di tangan Stam gaya main Reading kini lebih ke possession football. Di Championship, rerata 58,4 persentase penguasaan bola jadi yang paling dominan di antara 24 klub kasta kedua Liga Inggris itu. Bola-bola pendek jadi ciri khas permainan Paul McShane dkk.
Hanya, banyak celah yang dapat ditembus Wayne Rooney dkk. Untuk diketahui, bobol 32 gol di 24 pekan pertama membuat Reading klub terbobrok pertahanannya di top six Championship. Reratanya 1,33 gol per laga. Uniknya, 25 gol di antaranya terjadi di area tengah pertahanan. Lemahnya Reading di dalam meredam bola-bola terobosan bisa dimanfaatkan.